Mohon tunggu...
Sakiniah
Sakiniah Mohon Tunggu... Mahasiswa - ada

selalulah tersenyum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengaruh Orang "Ndalem" Dalam Aktifitas Kehidupan Beragama

30 Juni 2022   22:47 Diperbarui: 30 Juni 2022   23:02 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara etimologis secara sederhana sosiologi berarti sebagai ilmu sosial yang mempelajari masyarakat sama seperti antropologi dan ilmu-ilmu sosial yang lainnya. Dalam website wikipedia disebutkan definisi tentang sosiologi agama. Jadi, Sosiologi agama adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari peran, sejarah, perkembangan dan tema universal dari agama di dalam masyarakat. Dalam sosiologi agama, nilai kebenaran filsafat serta dogma dalam teologi tidak dijadikan sebagai bahan kajian.

Sosiologi agama mengkaji tentang kehidupan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat sebagai penggambaran dari keagamaan. Kehidupan beragama secara otomatis masuk dalam bidang kajian ilmu sosiologi agama.

Kehidupan beragama adalah adanya keselarasan antara tingkah laku seseorang dengan nilai-nilai moral dalam agamanya. Hal ini berarti bahwa mora-litas agama telah menyatu dalam seluruh aspek kehidupan seseorang. Dalam sebuah daerah pasti ada sekelompok orang yang terpamdang didalamnya. Misalnya ketua RT, RW, Camat, lurah dan sebagainya. Apalagi kehidupan bermasyarakat di desa.

Di sebuah daerah, tempat tinggal saya, di kabupaten Jember, juga ada orang-orang atau yang terpandang, keluarga yang disegani, dicontoh dan sebagainya. ada sebuah keluarga yang segalanya ditiru dalam masyarakat terutama dalam kehidupan beragama. Keluarga ini biasanya juga sering disebut dengan orang ndalem. Keluarga ini merupakan keluarga besar yang mendirikan sebuah pondok pesantren, yang berdiri sejak jaman orang tua saya. Meskipun sekarang sudah tidak aktif lagi, namun keluarga kyai ini tetap menjani keluarga yang dicontoh dalm masyarakat.

Kehidupan beragama masyarakat didaerah ini cukup dibilang baik. Masih banyak masyarakat yang malaksanakn sholat berjama’ah di dalam masjid. sholat fardhu hingga sholat tarawin dilaksanakan masyarakat disini secara beramai-ramai. Datangnya bulan ramadhan, masjid dipenuhi masyarakat. Namun akhir-akhir ini, dua tahun terakhir kehidupan shoalt berjama’ah menjadi jarang.

Terdapat masalah internal dalam keluarga kyai yang membuat kebiasaan berjama’ah menjadi jarang. Orang - orang menjadi lebih suka sholat sendiri di rumah masing – masing. Keluarga besar kyai ini berpisah dan membangun sebuah musholla baru. Membuat masyarakat menyebar dalam sholat bejama’ah maupun dalam melaksanakan sholat tarawih tidak lagi dalam satu masjid besar. Sebagian melaksanakan shalat tarawih di masjid, sebagian melaksanakannya di musholla baru yang telah dibangun, sebagiannya lagi sholat dirumah masing-masing.

Bukan hanya menurunnya atau jarangnya para orang-orang tua dalam berjama’ah di masjid, namun hal ini juga berdampak pada remaja sekitar. Kebanyakan minat para remaja dalam berjama’ah di masjid dikarenakan ajakan orang tua. Dengan ajakan orang tua pun masih banyak remaja yang tidak minat dalam berjama’ah ke masjid. Sekarang bukan hanya menurun, tetapi hampir tidak ada remaja yang berminat dalam berjama’ah ke masjid. Mirisnya sekarang, mungkin kurang lebih hanya ada lima orang yang berjama’ah di dalam masjid, lima orang ini sudah termasuk imam masjid.

Masalah internal yang terjadi ini seharusnya bisa diselesaikan secara internal juga tidak seharusnya menimbulkan masalah eksternal. Masalah ini juga seharusnya tidak memecah belah masyarakat sekitar. Sebenarnya dalam melaksanakan sholat terserah dan senyaman kita mau dimana saja, namun tetap mengikuti syarat – syarat nya.  Namun, dilihat dari menurunnya minat masyarakat dalam sholat berjama’ah didalam masyarakat, hal ini menunjukkan hal yang kurang baik dalam kehidupan beragama di daerah ini. Kualitas kehidupan beragama di daerah ini menjadi menurun. Dengan adanya keluarga kyai, keluarga yang dipandang, dicontoh, dan sebagainya seharusnya mampu membuat masyarakat minimal berminat dalam melaksanakan sholat berjama’ah. Namun semoga kedepannya minat berjama’ah ini meracuni masyarakat tanpa adanya ketergantungan terhadap keluarga kyai atau keluarga-keluarga yang lainnya. Bukan hanya dalam kehidupan berjama’ah ke masjid, namun hal-hal lain yang dapat membuat kualitas kehidupan beragama di daerah ini dapat meningkat dan terus meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun