Seorang anak yang tumbuh dalam budaya kolektivistik mungkin merasa tekanan sosial untuk memprioritaskan keluarga di atas kepentingan pribadi. Namun, jika ia hidup dalam lingkungan modern yang terpapar nilai-nilai individualistik, ia mungkin mengalami konflik antara harapan budaya dan kenyataan lingkungan.
Contoh 2
Anak yang tumbuh di lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang tetapi tinggal dalam budaya yang penuh tekanan sosial mungkin mengembangkan strategi adaptasi emosional yang berbeda dibandingkan dengan anak dari budaya lain.
4. Dampak Lingkungan dan Budaya pada Perkembangan Sosial-Emosional
Berikut adalah dampak positif dan negatif dari lingkungan dan budaya terhadap perkembangan sosial-emosional:
Dampak Positif:
Lingkungan yang mendukung secara emosional (keluarga, sekolah, komunitas) mendorong rasa percaya diri, empati, dan kemampuan regulasi emosi.
Budaya yang inklusif memberikan kesempatan untuk memahami perbedaan, sehingga mendukung perkembangan keterampilan sosial seperti toleransi dan penghargaan terhadap keragaman.
Dampak Negatif:
Lingkungan yang penuh konflik atau pengabaian emosional dapat menyebabkan anak merasa cemas, tidak aman, atau mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial.
Budaya yang terlalu kaku atau menekan individu untuk memenuhi standar tertentu dapat menyebabkan stres, rasa malu, atau ketidakmampuan untuk mengekspresikan diri.