Mohon tunggu...
Sakinah mawardah
Sakinah mawardah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Global terhadap Perkembangan Sosial Emosional Anak

17 Oktober 2024   08:21 Diperbarui: 17 Oktober 2024   09:31 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan sosial dan emosional anak adalah fondasi penting bagi kesejahteraan mereka di masa depan. Keseimbangan ini dibentuk oleh lingkungan tempat mereka tumbuh, yang tidak hanya melibatkan keluarga dan komunitas lokal, tetapi juga faktor-faktor global yang semakin signifikan. Di era globalisasi, berbagai pengaruh dari luar batas geografis semakin meresap dalam kehidupan anak-anak, memberikan dampak besar pada aspek sosial dan emosional mereka. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana pengaruh global ini membentuk perkembangan sosial-emosional anak-anak, baik secara positif maupun negatif.

1. Peran Teknologi dan Media Sosial

Teknologi, terutama internet dan media sosial, memiliki pengaruh yang mendalam terhadap anak-anak di seluruh dunia. Di satu sisi, teknologi memberikan akses yang luas terhadap informasi dan memungkinkan anak-anak untuk belajar tentang berbagai budaya, pandangan, dan ide dari seluruh penjuru dunia. Ini dapat memfasilitasi perkembangan kognitif dan sosial mereka dengan mendorong rasa ingin tahu dan pemahaman tentang dunia yang lebih luas.

Namun, di sisi lain, akses yang tidak terbatas terhadap teknologi juga memiliki dampak negatif yang cukup besar terhadap kesejahteraan emosional anak. Media sosial, misalnya, dapat menjadi sumber tekanan yang signifikan. Anak-anak yang terlalu sering menggunakan media sosial dapat merasa terisolasi, cemas, dan memiliki harga diri yang rendah. Fenomena seperti cyberbullying, tekanan untuk selalu tampil sempurna, dan perbandingan diri dengan orang lain bisa menurunkan kesejahteraan mental mereka. Bahkan anak-anak yang berusia sangat muda pun mulai mengalami efek dari paparan media sosial ini.

Selain itu, ketergantungan pada teknologi sering kali menggantikan interaksi sosial langsung yang penting untuk perkembangan emosional anak. Waktu layar yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan mereka untuk memahami emosi orang lain, mengembangkan empati, dan berkomunikasi secara efektif di dunia nyata.

2. Pengaruh Budaya Global

Anak-anak yang tumbuh dalam era globalisasi terpapar pada berbagai budaya melalui media, internet, dan kontak langsung dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Hal ini bisa menjadi kekuatan positif, memperluas perspektif mereka, mendorong toleransi, dan meningkatkan rasa empati terhadap orang lain. Anak-anak yang akrab dengan budaya global lebih mungkin untuk menjadi individu yang terbuka dan fleksibel dalam berpikir.

Namun, paparan terhadap budaya global juga bisa menimbulkan kebingungan identitas, terutama bagi anak-anak yang tumbuh di lingkungan multikultural. Mereka mungkin kesulitan dalam menemukan keseimbangan antara identitas budaya lokal dan pengaruh budaya global. Dalam beberapa kasus, ini bisa menyebabkan krisis identitas, di mana anak merasa terputus dari akar budaya mereka sendiri. Hal ini dapat memicu kebingungan emosional dan perasaan tidak nyaman dengan diri mereka sendiri.

3. Krisis Global dan Dampaknya terhadap Emosi Anak

Peristiwa global seperti pandemi COVID-19, perubahan iklim, dan konflik politik global juga memiliki pengaruh signifikan terhadap emosi anak-anak. Misalnya, pandemi menyebabkan banyak anak merasakan isolasi sosial karena harus belajar dari rumah dan dibatasi interaksi fisik dengan teman-teman mereka. Ketidakpastian yang disebabkan oleh situasi global seperti ini dapat memicu kecemasan, ketakutan, dan perasaan tidak aman pada anak-anak.

Selain itu, paparan media yang terus-menerus terhadap berita-berita negatif tentang krisis global bisa membuat anak-anak merasa kewalahan. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami situasi yang sedang terjadi, tetapi mereka bisa merasakan ketakutan dan stres yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan emosional mereka, menyebabkan mereka mengalami masalah tidur, kesulitan berkonsentrasi, atau bahkan memicu gangguan kecemasan.

4. Pola Asuh dan Pendidikan dalam Konteks Global

Globalisasi juga memengaruhi cara orang tua mendidik anak-anak mereka. Tren global dalam pola asuh dan pendidikan sering kali mendorong pendekatan yang lebih terbuka, menghargai kreativitas, dan mendukung otonomi anak. Anak-anak diajarkan untuk berpikir kritis, mengeksplorasi minat mereka, dan menjadi individu yang mandiri.

Namun, pengaruh global ini juga membawa tantangan tersendiri. Di banyak negara, ada tekanan untuk mengikuti standar pendidikan yang lebih tinggi karena persaingan global. Hal ini dapat menyebabkan stres akademis yang berlebihan pada anak-anak. Mereka mungkin merasa tertekan untuk selalu berprestasi demi memenuhi harapan keluarga dan masyarakat. Stres ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan emosional mereka, memicu perasaan gagal atau tidak cukup baik jika mereka tidak dapat mencapai standar tersebut.

5. Ketimpangan Ekonomi Global

Globalisasi ekonomi telah menciptakan peluang, tetapi juga memperlebar jurang ketimpangan sosial di banyak negara. Anak-anak dari keluarga yang kurang mampu sering kali menjadi korban dari ketimpangan ini. Mereka mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas, teknologi, atau layanan kesehatan, yang semuanya penting untuk perkembangan sosial-emosional mereka.

Ketimpangan ini juga bisa menimbulkan rasa rendah diri atau perasaan terpinggirkan. Anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah mungkin merasa tidak setara dengan teman-temannya yang memiliki akses lebih baik terhadap sumber daya global. Perasaan ini dapat memengaruhi harga diri mereka dan menyebabkan mereka merasa kurang berharga atau diabaikan.

6. Perubahan Struktur Keluarga

Globalisasi sering kali menyebabkan pergeseran dalam struktur keluarga. Misalnya, banyak orang tua yang harus bekerja di luar negeri atau jauh dari rumah untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Ketidakhadiran orang tua ini bisa berdampak negatif pada perkembangan emosional anak. Mereka mungkin merasa kesepian atau terabaikan, yang bisa menyebabkan masalah emosional seperti kecemasan, depresi, atau perilaku menyimpang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun