Syahbandar pelabuhan Sunda Kelapa sedang mengamati kapal yang sedang berlabuh di dermaga. Terhitung terdapat sekitar puluhan kapal yang bersandar dari berbagai bangsa dunia. Terdapat kapal yang berbeda dari ciri khas bahtera di Nusantara, yaitu kapal besar dari negeri Eropa akan berlabuh. Kapten kapal turun tangga dan mencari Syahbandar pelabuhan Sunda Kelapa.Â
"Siapa penguasa pelabuhan di sini?", berkata seorang kapten yang berlagak sombong memakai dialek Spanyol. "Ada apa tuan mencari saya", balas dari seorang Syahbandar yang perlahan mendekati kapten. "Saya melihat pelabuhan di sini menjual rempah-rempah dari negeri yang kaya raya akan rempah", "benar kapten, apakah kapten sedang mencari rempah-rempah, kah?" tanya seorang syahbandar sambal menggenggam tali kapal.
Saya sebagai laskar rempah sangat menikmati pertunjukan video Syahbandar Pelabuhan Sunda Kelapa. Laskar rempah adalah sekumpulan anak muda yang tergabung dalam program jalur rempah Republik Indonesia yang sedang mengikuti Festival Bumi Rempah Nusantara untuk Dunia. Seluruh laskar rempah pun sangat berkhidmat melihat pertunjukannya sampai-sampai akan lupa jagung panasnya sudah mendingin akibat bumi Borobudur telah dibasahi hujan.
Indonesia zaman dahulu merupakan pusat perdagangan Rempah dunia. Tentu rempah yang menjadi penggerak sejarah bangsa Eropa, Asia, Afrika dan Indonesia. Selain itu, Berkat Rempah cerita Nusantara menjadi sangat ramai dan kaya akan seni budaya, kriya, wastra, kuliner hingga arsitektur dan sejarah. Cerita kekayaan di Nusantara kini ditampung oleh Kemdikbudristek dalam Festival Bumi Rempah Nusantara untuk Dunia. Berbagai art performance budaya dan penayangan Jalur Rempah di Nusantara ditampilkan di taman Aksobya kompleks Candi Borobudur pada 29-30 Oktober 2021.
Malam hari setelah bumi Borobudur dibasahi oleh hujan. Para Laskar Rempah bergegas mengganti pakaian dengan kostum adat dari daerah masing-masing. Dari laskar rempah sumatera selatan memkai busana adat Ulos, laskar rempah Kalimantan Utara mengenakan pakaian Ta'a dan saya sendiri memakai pakaian adat suku Baduy. Begitu pula dengan seluruh laskar rempah lainnya yang mewakili provinsi daerah memakai pakaian daerah sebagai ciri identitasnya.
" Wahh, pakaianmu besar sekali" kata seorang laskar rempah dari provinsi Sulawesi Tenggara. Hal tersebut menandakan sebuah kekayaan budaya akan pakaian tradisional di Nusantara yang beragam, unik dan bernilai filosofis. Kami seluruh laskar rempah sesampai tiba di taman Aksobya Candi Borobudur disambut oleh jalanan lilin menyala merah merona. Masing-masing laskar rempah mencari tempat duduk yang nyaman untuk menikmati pemandangan Candi Borobudur dimalam hari yang tersinari cahaya.
Di malam hari itu, seluruh lasakar rempah menikmati penayangan video klip lagu Dendang Rempah Nusantara dan penayangan video Syahbandar. Lagu dan video tersebut merefleksikan untuk laskar rempah dari seluruh Indonesia bahwa negara Indonesia mempunyai sejarah maritim yang hebat. Acara berlalu, kami pun menyantap jagung hangat sembari menyimak sekapur sirih dari Dirjen Kebudayaan Pak Hilmar Farid dan Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Pak Restu Gunawan.Â
Mereka menyampaikan kepada para hadirin bahwa ekosistem "Rempah" di Nusantara merupakan jaringan yang menggerakan bangsa-bangsa dunia untuk datang ke Nusantara dan menghubungkan antar suku bangsa di Nusantara. Akhir sambutan pun selesai, kami masih menyantap jagung hangat yang membuat energi dalam tubuh semakin membara.
Lima perwakilan laskar lempah memberikan testimoni singkat untuk membuktikan pengakuan laskar rempah dalam rangka mewujudkan agar jalur rempah di Nusantara dapat diakui oleh UNESCO sebagai cagar budaya tak benda kategori jalur. "Kami laskar rempah siap bergerak bersama!", satu suara dalam video yang disusun kolase dari seluruh laskar rempah Indonesia. Seluruh para hadirin tercengang melihat komitmen, optimism dan idealisme para laskar rempah untuk siap berjuang agar jalur rempah di Indonesia diakui oleh UNESCO sebagai cagar budaya tak benda kategori jalur.
Sebagai penutup Festival Bumi Rempah Nusantara untuk Dunia, pertunjukan tari Mataya Indonesia ditampilkan. "Inilah yang aku tunggu-tunggu", kata seorang laskar rempah asal Maluku. Tarian yang ditunjukan menyampaikan gambaran keanekaragaman etnis, agama serta budaya Indonesia yang memiliki satu kesatuan dan saling mengisi serta menguatkan satu sama lain. Kami menikmati tarian Mataya Indonesia sesekali mengobrol antar laskar rempah dari provinsi lain supaya terbangun emosional dan persahabatan. Setelah pertunjukan selesai, kami secara formal menandatangani pakta integritas untuk bersama bergerak dalam satu nafas sebagai laskar rempah Indonesia. Hal tersebut kita refleksikan seperti sumpah pemuda 1928.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H