Setelah diangkat menjadi Nabi, Ibrahim mempunyai tugas untuk berdakwah kepada kaumnya dan mengajak agar kaumnya terlepas dari menyembah berhala. Hal tersebut sangatlah sulit dan mendapatkan banyak tantangan bagi Nabi Ibrahim. Namun, kesabaran dan kecerdasan yang dapat membuahkan hasil dari jerih payah usaha Nabi Ibrahim mengembalikan ketauhidan kaumnya.
Hikmah yang dapat diambil dari kisah Nabi Ibrahim adalah dalam berdakwah menyampaikan risalah agama tauhid ia mengajak berdiskusi/berdialektika dengan para petinggi kerajaan hingga berhalanya. Suatu ketika ia menghancurkan seluruh berhalanya dan menyisahkan satu berhala terbesar, lalu senjata penghancurnya digenggam oleh satu berhala terbesarnya. Maka, terjadilah dialektika antara kaumnya dan Nabi Ibrahim hingga kaumnya terheran-heran dan memikirkannya dengan ucapan terakhir Nabi Ibrahim yang digambarkan di surat Al Anbiya ayat 62-66. "Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?".
Pentingnya keahlian berdialog, berdialektika dan berdiskusi dalam suatu urusan (musyawarah) dalam menyelesaikan suatu permasalahan, bermediasi hingga berdiplomasi agar pihak umat Islam dapat mencapai kejayaannya. Saat ini sedang dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat menyelesaikan permasalahan umat Islam yang sedang berkonflik untuk dapat diselesaikan secara segera. Dengan adanya kisah dari Nabi Ibrahim dapat kita ambil sebagai ilmu profetiknya dan dapat diimplementasikan oleh generasi muda muslim masa kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H