Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Pepo, TGB Salah Apa?

16 Maret 2018   08:10 Diperbarui: 17 Maret 2018   13:26 2846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pepo, TGB tentu akan sadar diri, beliau bukan seperti Pak Prabowo yang punya Partai Gerindra, Cak Imin yang punya PKB, Pak Wiranto dengan Hanura, atau Bu Mega dengan PDI Perjuangan. Mau manuver bagaimana, nahkodanya kan sudah jelas.

Pepo, ini tambahan curhat saya. Sekitar 19 tahun lalu, sebagai santri di Mambaul Maarif, Denanyar-Jombang, ada kebanggaan membuncah. Masjid ponpes belum sebagus sekarang. Saat itu KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) jadi presiden. Kemudian masjid pondok dibangun. Suara-suara muncul, seperti "Itu kalau presidennya dari ponpes," "kalau pemimpin santri peduli sama ponpes," dan paling keren orang tua ramai mengirim anaknya ke ponpes, kemudian mendoakan supaya bisa ngaji dan jadi presiden seperti Gus Dur.

Sekarang saya bernostalgia. Merasakan itu lagi dari riuhnya TGB. Banyak orang tua tak takut mengirim anaknya ke pesantren, karena kurang menjanjikan di dunia kerja. Anggapan sekolah umum saja membuat anak sukses. Tapi, sekarang mereka berani bilang, itu ada bukti TGB bisa jadi kepala daerah. Bisa ngaji, lulusan Al Azhar, Mesir, dan doktor ahli tafsir. Bahkan ada kiai yang terang-terangan bilang, bila TGB itu bukti nyata Allah memuliakan ahli Quran.

"Sopo uwong nggembol Quran, bakal mulyo. Niki buktine, TGB," begitu KH Abdul Wahid Rozaq dari Mojokerto berkata kepada wali santri. Kiai, Buya, maupun Ajengan dari daerah lain mengucapkan hal serupa.

Saat ini ada belasan bahkan mungkin puluhan juta santri Indonesia yang menjadikan TGB idola. Bila TGB disakiti, tentu para santri ikut menangis. Hampir dua dasawarsa kami merindukan santri fenomenal setelah Gus Dur. Apa rindu ini akan layu sebelum berkembang? Pepo, sebagai orang tua di Partai Demokrat, kami para santri yakin panjenengan bakal menjadi peneduh untuk semua kader. Adil dan tak tebang pilih kepada semua. Tak ada istilah, satu dielus dan satu diinjak. Semoga curhatan saya ini bisa disampaikan oleh para kader Partai Demokrat kepada Bapak SBY. Saya mewakili curhat para santri.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun