Â
Garut, Indonesia 4 November 2024 -- Kabupaten Garut, sebuah wilayah yang kaya akan sejarah dan budaya, menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di tingkat global namun tetap memiliki karakter yang kuat. Untuk menghadapi tantangan ini, sangat penting untuk memperkuat kembali nilai-nilai budaya Sunda dan Islam yang telah lama berakar di Garut sebagai dasar pembentukan karakter masyarakat. Nilai-nilai ini, terutama di kalangan generasi muda, dipandang sebagai fondasi penting dalam upaya pembangunan SDM yang berdaya saing tinggi.
Menurut Gema Fajar Rakhmawan, Budayawan dari Yayasan Madinatul Fadhilah Parahiyangan, budaya Sunda secara historis telah menyatu dengan ajaran Islam dan dapat menjadi landasan yang kokoh dalam pembentukan karakter generasi muda Garut. "Budaya Sunda yang memiliki prinsip spiritual Islam telah ada sejak lama di Garut. Filosofi Sunda yang mengandung nilai tauhid, jauh sebelum Islam tersebar luas, sudah menjadi bagian dari etika kepemimpinan dan kehidupan masyarakat Sunda," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa nilai-nilai ini perlu dikembalikan sebagai dasar pendidikan agar generasi mendatang tidak kehilangan jati diri mereka di tengah arus modernisasi dan globalisasi.
"Edward Said, penulis buku Orientalism dan Imperialisme Kebudayaan, mengatakan bahwa kebudayaan adalah perjuangan untuk melawan kemusnahan. Andai kita berhenti berjuang dan memperjuangkan eksistensi kita sebagai bangsa yang berbudaya serta identitas kita sebagai suatu bangsa, maka saat itu pula ancaman punah akan senantiasa menghantui. Oleh sebab itulah, kita tidak boleh berhenti berjuang memelihara dan mengembangkan identitas atau kepribadian kita, baik sebagai muslim atau orang Indonesia. " Tegas Gema.
Selain budaya, Gema juga menyoroti pentingnya pemahaman sejarah dan warisan budaya lokal seperti keris Pasundan. Â Dari dahulu Keris dari Garut dikenal sebagai salah satu keris terbaik di Nusantara dan diakui hingga ke Asia Tenggara pada masa lalu. "Keris Pasundan tidak hanya sekadar senjata, tetapi juga simbol identitas budaya suatu bangsa. Naskah Amanat Galunggung, Serat Paniti Khadga, hingga catatan T.S. Raffles mengemukakan bahwa cikal bakal keris di Jawa Timur dan Pagaruyung dipengaruhi oleh empu-empu dari tatar Sunda yang hijrah di abad 12. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat Garut, terutama generasi muda, perlu menyadari betapa pentingnya melestarikan dan memahami kekayaan budaya ini agar tidak kehilangan jati diri mereka di tengah derasnya arus globalisasi. Bahwa, sejatinya leluhur tanah Sunda bukanlah bangsa yang kecil," jelasnya.
Sejalan dengan pandangan Gema, Dandi Ryadi, Pengamat Kebijakan dan Pembangunan Multidisipliner, menambahkan bahwa arus globalisasi dan digitalisasi saat ini menghadirkan tantangan besar bagi identitas lokal. Budaya konsumerisme dan materialisme yang sering datang dari luar seringkali tidak sesuai dengan nilai-nilai lokal yang lebih menekankan kebersamaan dan spiritualitas. Oleh karena itu, Dandi menekankan pentingnya literasi budaya yang kuat serta pendidikan kritis yang berbasis pada nilai-nilai agama dan budaya lokal.
"Pendidikan alternatif berbasis budaya dan agama sangat diperlukan untuk membangun SDM yang memiliki perspektif kritis dan karakter yang kokoh, tanpa tergerus oleh budaya konsumerisme yang tidak sesuai dengan nilai lokal," tambahnya.
Dandi juga menyoroti pentingnya melestarikan identitas budaya Garut, terutama produk-produk budaya seperti keris dan Tosan Aji Pasundan, yang memiliki sejarah panjang dan prestisius. "Keris Pasundan dari Garut dikenal sebagai salah satu keris terbaik di Nusantara, bahkan diakui hingga Asia Tenggara di masa lalu. Masyarakat Garut harus sadar akan kekayaan budaya ini, agar tidak kehilangan jati diri mereka dalam arus globalisasi," katanya. Dandi menambahkan, seperti yang kita lihat di negara-negara maju seperti Iran, India, Korea, China dan Turki, ketika mereka mengangkat budaya dan sejarahnya, bangsa mereka semakin maju di berbagai bidang.
Dandi juga menilai bahwa pasangan calon nomor 2, Syakur Amin dan Putri Karlina, adalah sosok yang diharapkan dapat membawa visi pembangunan SDM berbasis literasi budaya dan pendidikan Islami di Garut. Syakur Amin, dengan latar belakangnya sebagai santri, akademisi, dan Rektor di salah satu universitas di Garut, diyakini mampu merumuskan kebijakan pendidikan yang mengedepankan penguatan budaya lokal dan agama. "Syakur Amin adalah pemimpin yang memahami pentingnya pendidikan berbasis nilai-nilai lokal, dan dengan integritas serta pengalaman akademisnya, saya yakin beliau mampu membawa perubahan yang dibutuhkan oleh Garut," ujar Dandi.
Sementara itu, Putri Karlina, calon Wakil Bupati yang muda dan inovatif, diharapkan dapat membawa angin segar bagi pendidikan alternatif yang lebih modern namun tetap berakar pada budaya Sunda. Dengan pendekatan yang progresif dan orientasi masa depan, pasangan ini diperkirakan akan mampu menciptakan ekosistem pendidikan yang inovatif, kritis, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern tanpa mengabaikan akar budayanya.
Dengan kebijakan yang berfokus pada pendekatan literasi budaya dan pendekatan pendidikan yang kritis, pasangan calon nomor 2 diharapkan mampu mengatasi persoalan sosial, budaya, hingga ekonomi di Garut. Melalui penguatan literasi budaya, pendidikan Islami, dan pendekatan kritis, mereka diharapkan dapat membangun SDM Kabupaten Garut yang memiliki daya saing global serta kepribadian yang tangguh dan berakar kuat pada nilai-nilai lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H