Selain itu, pemahaman aksiologi juga mendorong literasi ketika mengevaluasi informasi politik. Orang yang memahami nilai-nilai moral dan etika lebih mampu membedakan kepentingan di balik informasi politik dan mengenali kemungkinan bias atau manipulasi dalam informasi tersebut. Dengan demikian, kesadaran literasi dapat terjaga dan informasi yang diterima masyarakat lebih akurat dan berimbang.
Selain itu, kesadaran literasi berdasarkan perspektif aksiologi juga mendorong pemahaman yang mendalam tentang implikasi politik dan sosial dari kebijakan luar negeri. Dalam konteks kebijakan luar negeri antara Indonesia dan Jepang, kesadaran literasi yang kuat membuat masyarakat dapat melihat dampak kebijakan politik terhadap nilai-nilai masing-masing negara. Hal ini memungkinkan publik untuk berpartisipasi aktif dalam dialog kebijakan luar negeri dan debat publik, serta mempengaruhi arah politik yang lebih sejalan dengan nilai-nilai yang dianggap penting.
Di era digital yang penuh dengan arus informasi yang kompleks dan terkadang bias, peran filsafat ilmu dalam menumbuhkan literasi menjadi semakin penting. Dalam konteks politik luar negeri Indonesia dan Jepang, pemahaman aksiologis tentang nilai-nilai moral dan etika serta pemahaman epistemologis tentang hakikat sains membantu membangun kesadaran literasi yang kokoh.Â
Dengan pemahaman tersebut, masyarakat dapat lebih kritis dan terinformasi dalam mengolah informasi terkait hubungan antar negara. Oleh karena itu, penting untuk memperkuat peran filsafat ilmu dalam meningkatkan kesadaran literasi di era digital yang terus berkembang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H