Memang, dialog merupakan metode pembelajaran yang cukup ampuh untuk melakukan perubahan. Lihat saja di negeri komunis, atau zaman dahulu ketika Indonesia tak mengakui kebebasan berpendapat, negeri ini seperti jalan di tempat. Bukan berarti negeri ini tanpa perubahan, tapi perubahan itu tidak berbentuk kemajuan. Pada akhirnya, dialog lah yang memberikan jalan. Jika tak percaya, silahkan dipraktekkan, apa outcome dari mendidik anak dengan paksaan. Tak perlu menunggu lama, anak tersebut sudah kick back tak lebih dari setahun.
Kembali ke IndonesiaX, saya memberi apresiasi dengan kesediaan mereka untuk berbagi. IndonesiaX sedang memberi pencerahan kepada bangsa Indonesia bahwa jalan kaya itu tidak hanya akumulasi harta. Justru, kekayaan itu seperti gelombang di lautan, semakin banyak memberi, semakin banyak kekayaan. Seperti halnya kekayaan yang didapat oleh Ustadz Yusuf Mansur, IndonesiaX akan kaya melalui berbagi. Saya memaknai slogan enrich itu sebagai berbagi.
Demikian pula dengan lembaga-lembaga dan tokoh-tokoh yang bekerja sama dengan IndonesiaX. Saya meyakini bahwa platform kerja sama mereka didasarkan pada semangat berbagi. Dengan sukarela, IndonesiaX menyediakan wadahnya, sementara lembaga dan tokoh sebagai energi pengisi sirkuitnya. Sebagai peserta kursus, kami menikmati persembahan mereka semua dengan ungkapan bangga dan terima kasih tak terhingga.
Sebagai awalan, saya meyakini bahwa kesediaan beberapa lembaga yang sudah bergabung, merupakan kontribusi penting terhadap tujuan, yaitu enrich dan character building. Berbagi adalah karakter penting dalam membangun bangsa. Dalam bahasa ekstrim, siapa bangsa bersedia berkorban, tak ada rintangan yang mampu menghadang. Negara ini bisa menjadi apapun di dunia ini. Kita malu dengan para pendiri bangsa ini, yang menawarkan diri dengan jiwa raga dan hartanya untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Kita harus melanjutkan perjuangan mereka. Setidaknya, mempertahankan apa yang telah mereka capai. Kita harus berjama’ah, kita harus bersatu dalam kesadaran. Bukankah kita telah menunjukkan, bahwa mengikuti MOOC berawal dari kesadaran. Karakter itu harus dibentuk dan dibangun. Tidak mungkin muncul begitu saja tanpa stimulan. Kita bisa memanfaatkan media ini dalam proses membentuk karakter, termasuk di dalamnya dialog intensif, bebas, dan bertanggung jawab. Kunci keberhasilan pembentukan karakter adalah kebebasan untuk memilih berdasarkan argumentasi. Seorang yang berkarakter adalah seorang yang sadar kenapa ia harus bertindak.
Kami berterima kasih kepada IndonesiaX yang menyediakan wadah, juga kepada Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Rumah Perubahan, Bursa Efek Indonesia, Net TV, edX, HarvardX, dan Universitas Terbuka, yang rela bergabung memakmurkannya. Kami juga berterima kasih kepada tokoh-tokoh seperti Dr. Edmon Makarim, Prof. Rhenald Kasali, Ito Warsito, Whisnutama, Prof. Iwan J. Azis, dan mereka yang belum tersebut. Dengan bersama-sama, dengan rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Indonesia bisa menjadi bangsa yang beradab, dengan karakter-karakter berkemajuan.
Sebagai penutup, mari berjuang dengan karya dan keteladanan. Itulah backing terkuat yang tak mungkin tergoyahkan.
Wallahu a’lam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H