Mohon tunggu...
Shien Lai
Shien Lai Mohon Tunggu... -

http://swsmisce.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menerima Sinar Matahari yang Sama

4 Mei 2010   15:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:25 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang demikian kenyataannya dalam diri kita manusia di dunia
ini. Kita yang beragama selalu kejangkitan penyakit yang
sama, yaitu menganggap diri sendiri bersih dan baik, menganggap diri sendiri
sebagai kekasih - kekasih Tuhan akan tetapi memandang orang atau golongan lain
seperti melihat orang - orang yang kotor penuh dosa dan dikutuk atau dimusuhi
Tuhan !
Betapa kotornya pandangan seperti ini dan jelas bukan
pandangan yang bersih.

Kekuasaan Tuhan yang nampak di dunia ini sama sekali tidak
pernah membeda - bedakan antara manusia, dari bangsa atau golongan atau agama
apapun juga !
Kasih Tuhan nampak dimana - mana, merata dan sudah
tersedia bagi manusia yang tinggal menikmatinya saja asal kita mau menyadari
akan hal itu. Lihatlah sinar matahari yang hangat, menghidupkan, nyaman
dan menjadi sumber kehidupan segala sesuatu yang nampak di permukaan bumi.
Bukankan sinar matahari itu satu di antara kekuasaan dan kasih sayang Tuhan ?
Dan apakah sinar matahari itu, seperti anugerah - anugerah yang lain, membeda -
bedakan ? Sama sekali tidak.

Baik seseorang itu pendeta yang katanya suci, maupun dia
seorang yang dianggap paling jahat, akan menerima sinar matahari yang sama.
Hanya bedanya, orang yang mau membuka matanya dan sadar akan semua yang berada
diluar dirinya, akan dapat menikmati sepenuhnya kalau matahari pagi yang hangat
dan sehat memancarkan cahayanya, dan akan berteduh dengan penuh pengertian kalau
matahari menyengat terlampau keras. Sebaliknya orang yang pikirannya
selalu keruh dan sibuk, akan lengah dan tidak mampu menikmati keindahan dan
kegunaan matahari pagi, kemudian akan mengeluh dan mengomel kalau matahari
terlalu terik. Jelaslah, bagi kekuasaan Tuhan, bagi alam, tidak ada
bedanya diantara manusia karena disitu tidak terdapat penilaian.

Hanya penilaian yang menimbulkan pembedaan, karena penilaian
ini didasari oleh Aku yang merasakan diuntungkan dan dirugikan. Kalau
diuntungkan, maka penilaian tentu saja condong ke arah baik sedangkan kalau
dirugikan, dinilai buruk. Jelas bahwa penilaian bersumber kepada
ke-Akuan yang selalu mengejar kesenangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun