-------
*CERITA SEBELUMNYA*
Cukup lama kami menjadi norak  saat melihat keindahan bandara CHANGI. Kenorakan kami terhenti karena akhirnya kami sadar bahwa kam tengah ditatap para pekerja bandara dengan tatapan seperti melihat orang gila. Pun perut sudah keroncongan, kami kemudian membawa sikap kampungan kami keluar dari bandara untuk mencari tempat makan lezat yang murah dan berkualitas.
-------
Setelah meninggalkan bandara, kami menuju ke penginapan kami  yang terletak di CHINA TOWN ( GLODOK versi Singapura) untuk menaruh barang-barang kita sebelum makan.
Walau kami sendiri juga warga keturunan, kami sempat bingung kenapa sih Singapura yang mayoritas semua orang Chenes masih punya China Town? Bukankah harus dikatakan bahwa Singapura sendiri adalah kota Tionghoa yang besar?
Oooooh, ternyata  yang namanya Singapore CHINATOWN itu adalah memang dasarnya tempat berkumpulnya atau base camp orang Zung Guo daratan ( orang asli negara tirai bambu ) yang datang langsung dari sana.
Mengapa kita bisa memiliki pengetahuan yang begitu mengesankan itu? Karena kami, meskipun bayar, tetap diusir dengan cara yang tidak pantas menurut kearifan Tiongkok saat kami makan di stall hawker setempat.
Tidak bisa menyalahkan mereka, jujur berkata. Kamilah yang salah. Siapa yang menyuruh kami mencari makanan murah di tempat antah berantah menjelang tengah malam saat tempat itu hendak tutup. Kami memang pantas menerima ketidak pantasan itu secara sah.
Setelah pulih dari breakdance mental, kami meletakkan barang-barang di apartemen, lalu langsung menuju CLARKE QUAY.
 BERIKUTNYA ------> MRT Man of Culture
-------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H