Ajakan untuk segera bergegas menuju arah panggilan sholat , beriringan dengan seruan menuju kebahagiaan. Kalimat itu lebih dipertegas lagi dengan firmanNya: ""Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya,"(Surat Al-Mu'minun:1- 2).  Keyakinan yang benar dan teguh akan janjiNya , menjadikan seorang muslim berusaha sekuat tenaga senantiasa menjaga hari-harinya selalu  memelihara sholatnya: "serta orang yang memelihara shalatnya.  (Surat Al-Mu'minun, Ayat 9). Lantas janji kebahagiaan apakah yang akan diperuntukkan bagi orang-orang yang konsisten menegakkan sholat. "Mereka itulah orang yang akan mewarisi,(yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (Surat Al-Mu'minun, Ayat 10-11).
Kalimat-kalimat itu pun kembali menegaskan siapa sesungguhnya yang Maha Agung di atas segala bentuk pengagungan segenap makhluk, dan berulang dua kali diperdengarkan, seolah memproklamirkan bahwa selain Allah adalah kecil dan tak akan mengurangi KeagunganNya. Â
Allah menggambarkan siapa sesungguhnya penguasa yang Agung: "Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Surat Al-Hadid, Ayat 1-2). Dipenghujung panggilan itu ,kalimat tauhid yang agung  menggema di seantero jagat raya bahwa tiada tuhan selain Allah. Allah begitu Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba-hambanya.Â
Dari menara-menara masjid itu panggilan cintaNya selalu menyapa manusia, siapakah diantara mereka yang selalu terpanggil dan bergegas menyambut kasih sayangNya maka mereka itulah yang layak kelak dipanggil oleh Allah dengan panggilan yang teramat mesra. "Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku" .(Surat Al-Fajr, Ayat 27-30)
Sayup-sayup panggilan cinta itu menghilang terbawa hembusan angin, beragam respon orang-orang terhadap seruan itu. Ada yang bersegera, ada juga berjeda untuk merespon, ada tak acuh bahkan mungkin ada yang merasa terganggu. Seiring  waktu, masa tak pernah menunggu, masa tak mengenal kompromi dengan yang dilewatinya, ia terus bergulir menggenapkan bilangannya.Â
Kini kembali suara seruan itu berkumandang dari ketinggian menara masjid dalam waktu dan suasana yang berganti, demikian seterusnya dalam sehari semalam lima kali akan berkumandang selama ada muslim yang hadir mengumandangkannya dan sampai hari akhir yang tiba-tiba menghampiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H