sumber gambar : alwaysloneliness.blogspot.com
Kau tak pernah tahu bagaimana aku suka mengintip senyum itu dari balik jendela reyot gubukku. Memang hanya tampak samar-samar siluetmu, namun aku tahu kau sedang tersenyum untukrembulan itu di tepian pantai. Sebuah senyuman yang hanya mengembang ketika rembulan memerah sedang bulat sempurna.
Kini sudah tujuh purnama kau tak lagi sendiri menikmatirembulanmu, selalu menyambangi gubukku , lalu menarik tanganku sedikit lembut memaksa hingga pasrah mengikuti seirama bersama langkahmu.
“kau lihat bulan itu Ann, bukankah cukup menerangi malam kita hingga sampai ke pulau seberang, tak sabar aku mengecup nikmatnya pulau itu bersamamu Ann !”
Aku diam dan memilih diam memandangi bulan yang sama denganmu, namun berbeda hati kita yang memainkannya. Sedangkan ajakanmu seperti de Javu buatku. Sama kurasa tak ada beda, kata, kalimat, titik, koma dan cengkok yang selalu sama. Entah apakah ini benar de Javu ataukah pikiranku yang semakin pintar beralibi.
“tidak La El, sudah tujuh purnama, tidakkah kau lelah atau merasa bosan menanyakan halyang sama dan kau sendiri tahu jawabannya?! katakan saja pada bulanmu dan perahu retak yang sebentar lagi karam itu, bahwa..kau ingkari janjimu membawaku bersamamu..!”
“Tapi bahagia itu bila kita bersama, Ann! akan aku katakan pada perahu retak itu, aku berenang sambil membopongmu!”
“Jangan memaksa! bukalah matamu! kita hanyalah orang-orang bodoh dengan pilihan-pilihan yang sama bodohnya!”
Kemudian kau diam dan diammu kali ini sama seperti diamku, tahukah kau memandangimu dengan cara seperti ini membuatku ingin segera mendekapmu dan berkata tolong jangan pergi tetaplah bersamaku, bahagialah dengan pilihan bodohku bukan pilihan bodohmu, mengertilah aku menjadi sangat egois ketika aku mencintai !
“ Kau lihat Polaris itu La El ? seperti itulah diriku. Polaris yang selalu setia di tempatnya, bersinar paling terang mengantarkan cahaya ribuan tahun lalu
Dan Bulan kemerahan itu adalah dirimu. Tempatmu selalu berpindah sesuka hatimu hingga cahayamu meredup, barulah kau teringat untuk kembali”
Polaris itu milikku,takdirku menua dan mati di pulau ini adalah pilihanku.
Dan bulan itu milikmu, berpetualang lalu mati tenggelamdibawah cahaya rembulanadalah pilihanmu.
“hahahaha…Sama-sama bodohnya, bukan? !”
Pada akhirnya tak satupun dari kita yang bisa menentukan atau memaksakan pilihan. Bila kau bahagia dengan kebodohanmu, sama..! Akupun bahagia dengan kebodohanku.
Hidup ini dipenuhi pilihan dan sebodoh apapun pilihan itu, kita tetap harus memilih..atau pilihan itu yang akan berbalik menentukan hidup kita.
Pergilah La El…..dan aku akan merasahasiakanmu sedalam-dalamnya sebagai kekasihku, aku tidak bisa menahanmu lagi.
Kusambut dekapan eratmu malam ini dibawah Purnama ke tujuh sebagai dekapanpaling hangat lagi menghangatkan. Lalu kau melepas dekapanmu, sempat kau berkata “tunggulah aku pasti kembali dan saat itu kuburkan jasadku di sebelah gubukmu, kau boleh memilikiku Ann…!”
“Oh ya? pilihan bodoh apalagi yang kau tawarkan La El?”
Kau menyeringai tidak menjawabku, dan malah berlari mengejar Purnama yang beranjak redup.Dengan perahu kecil kau pergi meninggalkanku sendiri di tepian pantai. Lelakiku dan rembulan itu kini bersatu di malam angin yang angkuh. Andai kau tahu ingin sekali kaki ini berlari ke arahmu dan menyerah menikmati pilihan bodoh milikmu.
Tapi biarlah kita menikmati pilihan bodoh masing-masing, setidaknya aku tak perlu merasa bersalah membawamu dalam kebodohanku. Mencoba mencintaimu dengan tidak egois!
Kita tidak perlu saling menyalahkan ataupun menyakiti. Karena memiliki dan memilih bodoh dengan cara kita yang paling original!
La El…sebelum kau terjaga dari kebodohanmu, hanya untuk malam ini saja ku izinkan rembulan itu menemanimu singgah ke pulau-pulau yang menjadi hasratmu..
Tapi janji yaah..setelah kau terjaga,cepatlah kembali karena ada aku di sini sedang berdiri bersama Polaris untuk menantimu…
Kembalilah seutuhnya untukku dan dipangkuanmu kurebahkan tubuh ini lalu dongengkan tentang kisah bodohmu di pulau seberang, hingga aku terlelap…
salam
Ann^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H