Mohon tunggu...
Saiful Muhlis
Saiful Muhlis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis dan Blogger

Seseorang yang selalu ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbagi Kebahagiaan dalam Keterbatasan

27 Desember 2020   11:45 Diperbarui: 27 Desember 2020   11:53 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah setiap orang bisa berbagi kebahagiaan, meskipun ia sendiri tidak sedang dalam keadaan berlebih? Jawabnya tentu saja bisa! Kebahagiaan adalah energi lintas dimensi yang pasti dimiliki oleh setiap manusia yang masih bernafas, sehat rohani, dan berhati lapang. Maka tidaklah mustahil bahwa siapapun dalam keadaan apapun akan mampu memberi sesuatu kepada orang lain.  Seperti yang kita semua tahu bahwa sesuatu itu tidak harus selalu berwujud benda yang kasat mata. Sesuatu itu bisa berupa hal-hal non material seperti perhatian, empati, nasihat, motivasi, ilmu, pengalaman, dan pegetahuan. Bahkan sekadar senyuman pun bisa diterima oleh orang lain sebagai pemberian yang membahagiakan.

Berbicara tentang berbagi kebahagiaan, penulis kembali teringat apa yang dikatakan oleh Bos PT Jalur Nugraha Eka Kurir (JNE) Johari Zein ketika tengah menjadi bintang tamu podcast di kanal Youtube Coach Yudi Candra tanggal 17 Maret 2020 yang lalu. Di kanal Youtube yang kontennya berfokus tentang kewirausahaan tersebut Johari Zein banyak bercerita perihal cara  membagi bahagia yang kita miliki kepada orang lain.  

Menurut pengusaha yang lahir di kota Medan Sumatera Utara 66 tahun silam itu, memberikan pengalaman baru kepada orang lain yang belum pernah mengalami adalah salah satu bentuk pemberian yang membahagiakan. Beliau mencontohkan seperti ketika menyantuni anak-anak yatim, Bos JNE itu tidak langsung memberikan makanan atau uang secara langsung melainkan mengajak anak-anak yatim makan sendiri di restoran, berbelanja sesuai keinginan masing-masing di swalayan, dan mengajak nonton bareng film yang cocok untuk anak-anak di bioskop.

Dari cerita BOS JNE di atas kita bisa menarik hikmah, bahwa ada dimensi-dimensi lain di luar dimensi materialistik yang bisa kita bagikan kepada orang lain.  Seterbatas apapun kita dalam hal harta misalnya, kita tetap bisa memberi orang lain sesuatu dalam porsi yang kita mampu.  Ketika kita melihat orang lain yang merasa perlu dibantu atas masalah yang mereka alami, dan setelah mengukur diri sendiri dan ternyata kita mampu dan memiliki keinginan untuk membantu maka sejatinya kita sudah memiliki hati yang bahagia untuk kita bagikan kepada sesama.

Penulis punya kisah yang tidak menyenangkan namun bagi penulis sangat membahagiakan. Di awal tahun 2020 tepatnya bulan Maret, dengan segala perjuangan akhirnya penulis bisa menerbitkan sebuah buku berjudul "Coba Saja Dulu" yang isinya tentang kewirausahaan. Buku itu diterbitkan secara self publishing  yang artinya penulis harus membiayai ongkos cetaknya juga memasarkannya sendiri. Nekat memang, bukan siapa-siapa yang sudah memiliki banyak penggemar memutuskan secara berani menerbitkan sebuah buku.  

Buku itu tidak berisi tentang pengajaran, melainkan kumpulan cerita pengalaman. Perjalanan pribadi penulis juga kawan-kawan penulis yang bersedia membagikan kisahnya dalam merintis usaha sendiri di tengah keterbatasannya, mulai keterbatasan fisik, problem keluarga yang menghambat, hingga keterbatasan ilmu dan modal.  

Pada awalnya penulis berharap buku yang dicetak 300 eksemplar dengan ongkos produksi 6 juta rupiah tersebut akan terjual minimal separuhnya sebagai ganti biaya yang sudah keluar. Akan tetapi sampai menjelang akhir tahun 2020 ini buku hanya mampu terjual tidak lebih dari 20 eksemplar. Penulis maklum, karena pemasaran hanya melalui daring di media sosial, mencoba menitipkan di toko-toko buku yang ada di kota ditolak. Sekali lagi penulis maklum karena memang penulis bukan siapa-siapa yang memiliki penggemar, ditambah lagi di masa pandemi seperti ini ekonomi di semua lini terpukul.  Kecewa? Tentu!

Setelah menimbang dan mengukur banyak hal, penulis memutuskan untuk membagikan secara cuma-cuma sebagian buku tersebut kepada komunitas-komunitas pegiat literasi yang mengelola taman baca, juga kepada kawan-kawan di dunia maya maupun dunia nyata yang tertarik merintis usaha dan berkenan membaca buku penulis.  

Beruntung sekali sekarang ini ada jasa ekspedisi seperti JNE yang menjembatani para wirausahawan dalam kirim mengirim barang. Dengan biaya antara Rp 12.000,-  sampai Rp 20.000,-  tergolong sangat murah karena penulis bisa mengirim buku sampai ke luar pulau Jawa.

Buku tidak banyak terjual adalah pengalaman yang tidak menyenangkan karena biaya cetak 6 juta rupiah cukup berat bagi penulis, namun bisa berbagi cerita dan tips-tips wirausaha lewat buku merupakan kebahagiaan yang begitu besar. Apalagi ketika banyak teman yang sudah membaca mengatakan beruntung bisa menggali makna tersirat dari kisah yang tersurat di buku.  Satu kalimat dari Budi Maryono, sastrawan juga penulis senior asal Semarang yang menjadi idola dan pembimbing penulis adalah:

"Sebuah tulisan terbaca oleh satu orang saja yang kemudian bergerak ke sikap, pemahaman, atau apa pun yang lebih baik, itu tulisan sukses".  

Maka dari itulah penulis berani menegaskan bahwa kita semua sebenarnya mampu berbagi kebahagiaan dalam keterbatasan, selama kita mau!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun