Balbalane santri kui yo gawe sarung
Santri itu punya banyak keunikan dan kebiasaan yang jarang ditemukan di luar pesantren. Mereka hidup dengan apa adanya, mulai dari peralatan tidur, peralatan mandi, masak, baju dan bahkan makan.
Saat tidur, mereka tidak pernah memakai kasur, bantal pun mereka ganti dengan handuk atau bahkan tak pakai bantal, selimut, mereka biasa memakai sarung yang sudah waktunya dicuci, dan bahkan mereka tidak pakai juga, tahu-tahu paginya kedinginan.
Saat makan, mereka biasa memasak sendiri, mulai dari memecah kayu sendiri dengan Pecok, beruntung pecoknya tajam, terkadang tumpul pun tetap dipakai, ampuhnya, kayunya tetap pecah. Mereka biasa menanak nasi dengan kendil, nasi yang sudah matang kadang terasa keras (ngeletes) atau kalau takut ngletes, mereka kasih air yang banyak sampai akhirnya Jemek (jadi bubur).
Saat masak sayur, santri tidak pernah memakai bumbu yang aneh-aneh, apalagi sampai makanan mewah, santri paling sering masak terong dan lauk tempe, kadang tempe pun langsung dimasak dengan terong, santri hanya mengandalkan bawang merah, bawang putih, cabai, garam, dan sudah.Â
Minyak goreng bagi santri tidak wajib, karena saat uang menipis dan minyak habis, mereka bisa memanggangnya atau memasukkannya ke dalam nasi yang hampir matang. Soal rasa, tak pernah menjadi masalah, yang penting adalah matang dan ada asinnya. Hehehe
Kamar mandi menjadi tempat yang paling exotis, tidak hanya mandi, namun banyak hal yang terjadi di dalamnya, ada yang antri sambil nongkrong sambil merokok, ada yang sabet-sabetan pakai handuk, ada yang melorot-kan celana dalam, ada yang bertengkar, bahkan ada yang tertidur. Hahaha...Â
Saat tidak punya sabun, mereka akan saling berbagi satu sama lain, odol, sampo, sabun cuci, dan lain-lain. Kalau ada yang nakal, biasanya mereka langsung mengambil punya temannya dan kalau bisa dikembalikan, mereka kembalikan. Ini biasa disebut Ghosob, haram tapi sudah melekat.
Santri paling sering melakukan ghosob, sandal menjadi barang paling rawan hilang, karena tidak semua santri punya sandal. Sangking seringnya mengghosob, sebagian santri biasanya tidak peduli sandal itu miliki siapa, yang penting sikaaat... Yang paling exotis, kalau ternyata sandal yang di ghosob milik kyai, hahaha. Santri sakti...
Santri itu banyak versinya, ada yang baik, dan ada juga yang nakal. Karena mereka berasal dari berbagai kalangan. Ada yang mantan preman, ada yang dari mantan maling dan banyak lagi. Tujuan orang tua memasukkan mereka tak lain agar mereka bisa menjadi anak yang sholih dan berbakti kepada kedua orang tua.
Namun, tidak sedikit dari mereka yang sulit menghilangkan kebiasannya. Kalau dia suka berkelahi, mereka sering berbuat seenaknya, biasanya yang menjadi sasarannya santri yang lemah, ada yang dikosek, dijawili, direngit (jari-jari kaki diberi arang lidi dan dibakar), hahaha,,, ada yang disuruh belikan ini, itu dan banyak lagi. Santri yang seperti ini sering keluar masuk kantor, mendapat peringatan dari pengurus.Â
Atau kalau sampai kelewatan, bisa dihukum, suruh baca al-Qur'an di depan masjid, membaca istighfar di depan kantor dan bersih-bersih kamar mandi.
Apa coba yang tidak unik di pesantren ? Saya merasa ini tempat yang benar-benar berkesan. Saya tidak membayangkan bila kehidupan saya selama masa MTs sampai MA ada di rumah. Mungkin tidak akan pernah menemukan hal ini.
Masihkah kebiasaan ini terjadi sampai sekarang ??? entah lah, mungkin sudah berubah ragam santri sekarang.
Tapi yang terpenting adalah kita bisa belajar banyak di pesantren, belajar bagaimana menghormati kyai, pengurus, teman, dan adik. Belajar bagaimana menghadapi hidup sendiri, belajar menghadapi masalah, belajr menjadi mandiri, dan pelajaran-pelajaran lain yang begitu berharga.
Semoga menginspirasi. J
14 Nopember 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H