Banyak yang bertanya tentang kesuksesan saya menerbitkan 23 (dua puluh tiga) buku selama pandemi covid-19. Dalam kurun waktu satu setengah tahun, saya bekerja keras menuangkan seluruh ide untuk dijadikan buku. Jadi, praktis selama masa Covid mengamuk di seluruh dunia, saya harus berjuang melawan kemalasan sebagai kaum rebahan saat itu.
Berikut ini, saya berikan beberapa tip agar tetap eksis jadi penulis. Ini penting bagi penulis pemula. Mereka biasanya mudah putus asa setelah karyanya banyak yang ditolak media massa. Atau ketika ada yang dimuat, maka mereka sudah merasa puas sambil berulang kali melihat dan membaca karya yang sudah dipublikasikan media massa itu. Akibat kedua penyakit ini, berhentilah mereka menjadi penulis. Sayang, bukan?
Tip pertama, tancapkan niat dalam hati untuk menulis bagi umat manusia sedunia. Dengan niat tersebut, akan memotivasi penulis untuk selalu berkutat dengan aktivitas menulisnya. Begitu menemukan ide yang baik bagi sesama manusia, langsung tancap gas untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan. Bisa berupa puisi, cerpen, esai, opini, feature, dan lain-lain. Seolah-olah antara niat dan aktivitas menulis itu menyatu sebagai mesin penulis dalam menggoreskan penanya. Sungguh ajaib!
Tip kedua, bacalah sebanyak mungkin buku. Sebab, buku merupakan sumber ilmu dan membaca adalah kuncinya. Materi bacaan usahakan yang beraneka macam karena masih dalam taraf berproses sebagai penulis pemula. Baru jika sudah profesional, ya mau tidak mau, harus membaca yang menjadi kekhususan isi tulisannya. Misalnya, penulis sejarah bacaannya yang buku-buku sejarah.
Tip ketiga, paksalah diri untuk menulis apa pun materinya setiap hari pada saat-saat tertentu. Buatlah jadwal harian yang ketat agar disiplin dalam menulis. Misalnya, menulis dua jam sehari antara pukul 21.00 hingga 23.00. Patuhi jadwal itu agar ajeg dalam menulis. Tulisan yang sedang dalam proses sebaiknya disimpan dalaam map berwarna kuning. Sedang yang map hijau digunakan untuk artikel yang sudah selesai dan siap dikirim ke media massa.
Tip keempat, mempublikasikan ke media massa. Pelajari artikel-artikel yang dimuat di media massa tertentu. Misalnya, cerpen anak cocoknya ya ke majalah Bobo, Jakarta. Jika ditolak, simpan artikel tersebut di map warna merah. Selama menunggu pemuatan artikel, hendaknya tetap terus menulis materi yang lain. Jadi, tidak usah menunggu kabar penolakan dari redaksi media massa. Artikel yang ditolak, bisa dikirimkan ke media massa lain. Begitu seterusnya.
Nah, itulah beberapa tip agar jadi penulis yang eksis. Semoga ada manfaatnya. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H