Masih ada saja yang beranggapan bahwa menulis dan menerbitkan buku itu sulit. Padahal, di era serba online saat ini semua dapat terwujud dengan sangat mudah. Dan saya telah merasakan sendiri betapa nikmatnya menerbitkan buku secara online.
Mulanya saya tertarik menerbitkan buku karya saya secara konvensional. Artinya, karya tulis saya dalam bentuk buku itu diprint, dijilid, dan dikirimkan ke penerbit ternama dan berskala nasional. Namun, semuanya mengalami kegagalan. Yang saya dapatkan hanya surat penolakan dan pengembalian naskah dari penerbit.
Walau begitu, saya tetap menulis dan menulis tanpa memublikasikannya ke penerbit. Pokoknya, saya harus terus menulis agar tetap eksis. Sehingga, saya punya moto pribadi, "TETAP EKSIS, BERKAT MENULIS." Hobi menulis memang sudah mendarah daging sejak di bangku SMP. Sekarang, saya jadikan sebagai profesi.
Sampai akhirnya, saya diberi info oleh anak didik saya yang telah berhasil menerbitkan novelnya di sebuah penerbitan online di Bogor. Atas saran murid tersebut, saya kirimkan naskah-naskah buku saya yang dulu pernah ditolak penerbit.
Tentu saya harus menaati aturan main di penerbit online Bogor itu. Syarat naskahnya harus diketik dalam format Word 2003-2007, kertas ukuran A5, margin 2 cm, huruf Bookman Old Style, spasi 1,15, maksimal 300 halaman tiap buku. Ada syarat lain, yaitu membuat akun di website penerbit tersebut.
Saya pun harus menata ulang format naskah tiap buku yang akan saya kirim ke penerbit online itu. Walhasil, satu naskah selesai, lalu saya kirim ke penerbit itu melalui format websitenya.Seminggu kemudian, ada pemberitahuan lewat WA bahwa naskah itu bisa diterbitkan.
Saya diminta menunggu proses layout dan penomoran ISBN. Proses penantiannya sampai menjadi buku siap jual hanya seminggu. Jadi, dalam 14 hari saja, proses satu buku selesai dan siap jual secara online.
Karena begitu mudahnya, saya pun keranjingan memasukkan naskah-naskah tolakan sebelumnya ke penerbit online itu. Juga karya tulis lainnya yang belum sempat saya format dalam bentuk buku. Hasilnya, sejak pertengahan 2020 hingga akhir 2021, sudah terbit 23 (dua puluh tiga) buku. Sungguh, itu adalah anugerah luar biasa di tengah amukan pandemi virus Covid-19. Alhamdulillah!
Penulis sekaligus penjual
Di balik yang menggembirakan, pasti juga ada tantangan baru yang harus diselesaikan. Setelah buku terbit, saya sebagai penulis juga diberi link media sosial oleh penerbit untuk ikut serta berjualan. Jadi, di samping penerbit yang aktif berjualan melalui webstorenya, penulis juga harus ikut memasarkan lewat media sosial milik pribadi. Misalnya: email, blog, instagram, youtube, dan lain-lain.
Mulailah saya sebagai penulis juga harus belajar memasarkan buku plus praktiknya sekaligus. Jadi, ada predikat baru bagi saya sebagai penulis dalam kancah penerbitan online, yaitu penjual. Lengkapnya, penulis sekaligus penjual. Maka, mau tak mau, saya harus belajar banyak tentang ilmu marketing. Harus mencari terobosan-terobosan baru dalam memasarkan bukunya. Inilah tantangan baru bagi penulis buku di penerbit online.
Untuk jerih payah penulis sekaligus penjual ini, royalti yang diberikan penerbit online melebihi penerbit konvensional. Penerbit berbasis online berani memberikan bagi hasil 15% dari harga jual per buku. Sedang yang konvensional hanya 10%; maksimal 12,5% untuk penulis yang sudah punya nama beken.
Ada lagi keuntungan lain yang ditawarkan penerbit online, yaitu penulis bisa menarik royalti setiap tanggal 10 bulan berjalan dengan batasan minimal Rp 20.000,00. Wah, asyik sekali bisa gajian layaknya karyawan kantor. Ini jelas menyaingi penerbit konvensional yang umumnya hanya mentranfer royalti tiap enam bulan dengan batas minimum Rp 500.000,00.
Di samping itu, penulis juga tidak dibebani biaya modal sama sekali. Boleh dibilang modal dengkul saja. Maksudnya, setiap pembeli buku langsung berhubungan dengan penerbit online. Hanya butuh waktu 7 hingga 10 hari, buku sudah terkirim ke alamat pembeli.
Penulis tidak perlu ikut campur menyetok buku atau kulakan buku ke penerbit, lalu mengemasnya untuk dikirimkan ke pembeli. Penulis hanya duduk manis di rumah sambil memainkan ponselnya untuk berjualan secara online.
Sebagai penutup, ingin saya katakan sungguh nikmat sekali menjadi penulis buku secara online di era milenial ini. Tak perlu modal uang. Tak perlu gudang tempat menyimpan buku. Tak perlu waktu terlalu lama menunggu proses awal hingga terbitnya buku yang siap jual. Dan bisa gajian tiap bulan seperti karyawan atau PNS dari penarikan royalti.
Saiful Asyhad
Penulis/pengarang buku; tutor kursus jurnalistik di PP Lirboyo Kediri sejak 2002 hingga kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H