ITU CACINGKU ...!Penulis: Sam Saiful Amri
"Itu cacingku ..!" teriak Sisi, sambil mengejar Dodo. Sisi dan Dodo anak ayam yang lucu. Sisi berbulu hitam sedangkan Dodo berbulu abu-abu.
"Auw." Dodo kesakitan karena kakinya tersandung akar pohon. Cacing terjatuh dari mulutnya. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Sisi untuk merebut kembali cacing tersebut. Dodo dengan cepat mengambil cacing yang jatuh. Paruhnya yang terlihat besar, lebih cekatan meraih cacing tersebut. Sisi terlambat untuk mengambil cacing itu.
"Mama .... Dodo mencuri cacingku," lapor Sisi kepada mamanya sambil menyibakkan sayapnya. Mereka bertiga sedang mencari makan pagi itu. Sisi mendapatkan rezekinya terlebih dahulu. Dengan licik, Dodo merebut cacing tersebut.
"Dodo, berhenti!" perintah mamanya sambil mengangkat kepalanya. Dodo terus berlari untuk menjauh agar menikmati cacing sendirian. Ia makin menjauh. Kakinya yang terlihat tegar itu membawanya lari kencang.
"Dodo, ayo kita makan bersama," bujuk Sisi, sambil berteriak. Dia terus mengejar Dodo. Mamanya juga mengejar mereka, sambil menyibak-nyibakkan sayapnya.
"Dodo, adikmu merelakan cacing itu untuk dimakan bersama," kata mama mereka dengan suara keras. Sisi sudah merelakan cacingnya agar dimakan berdua Dodo. Mama mereka selalu mengingatkan anaknya jika berbuat salah.
Dodo telah melakukan perbuatan yang salah. Ia merebut cacing Sisi. Seharusnya ia mencari cacing atas usahanya sendiri. Padahal Sisi bersedia makan bersama jika Dodo memintanya. Sehingga tidak perlu mencuri milik adiknya.
Mama dan Sisi tak mampu mengejar Dodo. Mereka kehilangan Dodo di balik kandang besar. Mereka terlihat terengah-engah. "Mama, aku lelah," kata Sisi, sambil merebahkan kedua kakinya di tanah.
"Sudahlah kita cari makan lagi," lanjutnya sambil mencium Sisi.
"Iya, Ma, " jawab Sisi
"Wah, kamu anak yang hebat," puji mama kepada Sisi.
"Mungkin Dodo sangat lapar, biarlah cacing itu untuknya," lanjut mama sambil memeluk Sisi.
Sisi dan mamanya asyik melanjutkan mencari cacing. Sisi telah mengikhlaskan cacing pertamanya untuk Dodo. Mama memuji Sisi yang berbesar hati. Mereka terlihat mengais tanah dengan cekernya.
Tiba-tiba, Dodo datang. "Mama ..., Sisi ... maafkan aku," pinta Dodo sambil menunjukkan wajah sedihnya. Dodo memohon dengan menundukkan kepalanya.
"Mengapa meminta maaf? Bukankah, kamu sengaja merebut cacing adikmu?" tanya mama.
"Iya, Ma. Aku bersalah," lanjut Dodo. Terlihat matanya basah, tak mampu menahan linangan air mata. Ia sangat menyesal telah bersalah. Ia juga sedih karena cacingnya jatuh kembali dan tak mampu diraihnya. Ia belum sempat memakan cacing itu.
"Mengapa tubuhmu kotor?" selidik mama. Dodo bukan hanya menyesal telah berbuat salah. Dia juga sedih karena tak sempat memakan cacing itu. Ia bahkan bernasib sial karena jatuh di tanah basah sehingga tubuhnya kotor.
Sambil terisak, Dodo menjelaskan, "Aku terjatuh di tanah basah. Spontan, aku berteriak sehingga cacing lepas dari mulutku. Naas, cacing itu terjatuh ke dalam lubang pipa yang kecil dan dalam."
"Jadikan pelajaran bagimu agar tidak merebut rezeki ayam lain termasuk adikmu," nasihat mama, "Ayo, kita cari makan untuk bersama," lanjut mama.
"Aku dapat cacing lagi. Ayo, kita makan bersama," ajak Sisi. Mereka makan cacing bersama. Mama sangat senang menyaksikan anaknya rukun.
"Kalau aku dapat makanan, akan kubagi untuk kita bertiga," kata Dodo.
Mereka melanjutkan mencari rezeki. Makanan mereka bukan hanya cacing tapi juga biji-bijian. Mereka mengais rezeki hingga sore hari. (Sam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H