RUMAH BERDURI
Penulis: Sam Saiful Amri
“Kami sudah bercerai, Pak. Dia mengurus semua persyaratan perceraian. Saya pasrah,” cerita Kang Cakra kepadaku. Terlihat genangan air mata tapi segera ia sembunyikan dariku.
***
PAGI itu, aku menyempatkan waktu ke kolam ikan milikku yang letaknya agak jauh dari rumah. Aku sengaja berjalan kaki, hitung-hitung sambil jogging. Kebetulan hari libur sehingga bisa relaks di pagi hari sambil berolahraga dan menikmati pemandangan desa yang asri.
Biasanya aku sarapan sebelum berangkat kerja. Namun, hari itu aku ingin sarapan hucap di kios baru yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Hucap adalah tahu dan kecap. Itu kuliner khas Kabupaten Kuningan. Sebagian orang menyebutnya kupat tahu karena menu utamanya adalah ketupat dan tahu goreng.
Dia adalah Kang Cakra, penjual hucap. Kiosnya masih baru sehingga membuatku tergiur ingin mencicipi masakannya. Selain hucap, ia juga menjual kopi dan camilan.
“Kang, hucap saporsi,” pintaku satu porsi hucap.
“Muhun, Pak. Bade dibungkus atanapi tuang di dieu?” jawabnya dilanjutkan pertanyaan apakah mau dibungkus atau dimakan di kiosnya.
“Di dieu bae, Kang,” kataku bahwa aku ingin makan di kiosnya.