3. Disfemistik, digunakan untuk menyampaikan bahwa pembicara
berpikir negatif terhadap materi pembelajaran, dan membuat
pendengar melakukan hal yang sama
4. Epatik, digunakan untuk mencari perhatian orang
5. Idiomatik, digunakan tanpa tujuan khusus lainnya.
Menurut ahli Psikologi menemukan bahwa perilaku mengumpat ternyata menggambarkan emosi dalam diri kita, jika digunakan dengan baik maka ada baiknya tapi hal itu hanya dilakukan pada orang dewasa dan bukan untuk menghina orang lain apalagi menyakiti orang lain.
Mengumpat mengurangi rasa sakit
Setiap manusia memiliki keterbatasan mental yang berbeda, ada yang dapat mengendalikan emosi secara stabil dan ada juga yang tidak dapat mengendalikannya, Menurut pakar Psikologi bahwa mengumpat dapat mengurangi rasa sakit seperti kita membuat status Instagram, Whatsapp dengan meluapkan emosi kita atau berteriak di alam yang terbuka.
Mengumpat dapat mengakrabkan tongrongan
Harus dapat membedakan mana yang boleh di ucapkan atau tidak boleh di ucapkan. Dalam sebuah sirkel di era modern ini ada beberapa bahasa mengumpat yang dapat mencairkan suasanya seperti anjir, bangke, cupu, udik, dan sebagainya. Sehingga dapat juga mengakrabkan dalam pertemanan, tapi harus ingat jangan pernah menghina soal fisik dan merendahkan orang, karena dapat merusak hubungan pertemanan jika orang yang di hina tidak menerima nya.
Bahasa umpatan juga bisa di ucapkan kepada orang yang memiliki keterbatasan mental, yang membuat penderita bisa rileks dan tenang. Akan tetapi sering sekali di salah gunakan oleh orang-orang yang tidak mengetahui kosa kata yang baik dan benar.