Selalu mengklaim
Tapi setelah ada masalah menghindar.
Selalu membicarakan kelebihan kita, mengedepankan kelebihan kita. Tapi ketika orang lain mengedepankan kelebihannya dia marah.
Kalo kita tidak bisa melakukan suatu kebaikan sebaiknya kita berteman dengan orang yang suka melakukan kebaikan. Orang yang tidak baik harus kita bimbing kepada jalan lurus, bukan malah memusuhinya, menjelek-jelekanya, memarahinya.
Kita harus selalu siap diejek orang lain.
Kita harus selalu bertindak supaya bermanfaat kepada orang lain. Kalo tidak bisa bermanfaat kepada orang lain jangan menyusahkan orang lain.
Pernahkah kita berpikir saja, bukan bertindak. Untuk membahagiakan orang lain terutama yang sedang kesusahan.
Kita selalu tidak sadar perbuatan kita sendiri. Para ulama’ kyai – kyai tiap malam menangis, mengangan-angan perbuatan, Kemudian menghitungnya, apa yang telah dilakukan dari mulai bangun sampai kembali tidur, mana yang lebih besar perbuatan jelek atau perbuatan bagus.
Apa yang kau hiraukan selama ini, semua akan kembali pada asalnya, dari ta’ada kemudian ada akhirnya ta’ ada juga? Dari tanah kembali ke tanah, dari air kembali ke air, dari api kembali ke api, dari tangan kembali ke tangan.
Hannya ridlo yang ku harapkan, bukan janji – janji manis. Jika janji – janji manis yang membuatku begini, jauhkanlah dari ku.
Semua yang datang dari Allah adalah benar, baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, demikian sebaliknya baik menurut Allah belum tentu baik menurut kita. Kita harus yakin semua yang datang dari Allah adalah yang terbaik untuk kita.
Saling memahami serta bisa menerima kekurangan satu sama lain adalah awal kehidupan yang bahagia.
Sekali maju pantang untuk kembali atau menyerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H