Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ken Angrok - 17

5 Agustus 2023   06:48 Diperbarui: 6 Agustus 2023   05:59 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai dari Mana?

Ken Angrok nampak duduk di atas batu yang tinggi di bawah sebuah pohon rindang di pinggir jalan raya. Sekitarnya hanya tampak areal sawah yang luas sejauh mata memandang. Ken Angrok terus berpikir mencari tahu dia sebetulnya ada di mana sekarang. Dia sama sekali tidak mengenali daerah ini. Ken Agrok mencoba mengingat kembali kejadian-kejadian yang dialaminya.

Ken Angrok ingat betul ketika dia dipaksa masuk mobil lalu diikat, mulutnya disumbat, dan kepalanya ditutup kain hitam. Dia hanya mendengar kata-kata tegas dari beberapa orang yang mengingatkan agar jangan banyak bergerak dan menyuruhnya diam.

Setelah terasa cukup lama dalam mobil itu, dia rasakan mobil berjalan melalui jalan yang bergelombang. Kemudian berhenti dan menyuruhnya turun. Seseorang menariknya dari depan dan ada juga yang mendorongnya dari belakang seolah mereka ingin agar Ken Angrok berjalan cepat. Dia seperti dipaksa untuk masuk ke sebuah rumah atau ruangan.

Setelah dipaksa duduk, kain hitam yang menutup kepalanya dibuka. Dia ada dalam sebuah ruangan yang hanya diterangi dua buah lilin tepat di atas meja di depannya. Terlihat juga ada kira-kira tiga orang dihadapannya, semuanya menggunakan masker. Wajah dan bentuk tubuh mereka tidak begitu jelas karena sinar lilin di depannya tak bisa mencapai orang-orang yang berdiri agak jauh dari dirinya.

"Ken Angrok, dengar baik-baik apa yang akan saya katakan," seseorang mulai bicara, "Kami semua ini adalah teman, jadi tidak akan membuatmu terluka. Kalo kamu ingin melanjutkan hidupmu, mulai hari ini lupakan masa lalumu!..." Terdengar dering HP ketika orang itu akan bicara lagi.

"Bos Bram!" kata orang yang menerima telepon lalu menyerahkan pada orang yang bicara tadi.

"Baik.., Siap Bos!... Siap!" dia hanya menjawab seperti itu ketika bicara dengan si penelpon.

"Dengar Ken Angrok...," orang itu melanjutkan, "Di sebelahmu sudah ada tas yang berisi barang-barang yang kamu perlukan. Jika ingin selamat dan bertahan hidup, kamu jangan pernah menghubungi siapa pun dan jangan pernah kembali ke rumah atau ke daerah Tumapel sebelum kamu yakin bahwa semua kejadian hari ini sudah dilupakan semua orang. Jangan juga berpikir atau mencari-cari identitas kami. Ingat betul ini!," orang itu mempertegas ucapannya, "Masa depanmu dimulai hari ini!"

"Ken Angrok...," lanjut orang itu sambil memberi aba-aba pada temannya, "kamu akan disuntik untuk membuatmu tidur. Kamu akan terbangun kira-kira 3 jam dari sekarang dalam kondisi tidak terikat dan bebas. Setelah kamu bangun nanti, ingat, langkah yang kamu ambil akan menentukan masa depanmu!"

Dua orang mendekati Ken Angrok, Ken Angrok mencoba meronta-ronta namun sia-sia. Kondisinya terikat dan dipegangi seseorang yang kuat, dia hanya merasakan tusukan jarum di lengannya. Dalam hitungan menit, dia terus berusaha memandangi orang-orang yang ada disekitarnya sebelum semuanya menjadi kabur lalu gelap gulita. Ken Angrok terkulai tak sadarkan diri.

***

Ken Angrok melambaikan tangan tanda menolak ketika beberapa kali angkutan umum yang lewat berhenti karena mengira dia sedang menunggu angkutan. Ken Angrok masih berpikir dan menimbang-nimbang apa yang akan dilakukan saat ini.

Ken Angrok mengingat lagi saat dia terbangun tadi. Butuh beberapa menit untuk menjadi sadar sepenuhnya. Dia mulai menyadari berada di atas balai-balai kayu yang keras dan di sebuah ruangan kecil yang tertutup rapat. Sinar matahari tampak menerobos dari atap memberikan sedikit cahaya di dalam. Lalu dia membongkar sebuah tas ransel yang ada disebelahnya. Tas itu berisi pakaian, peralatan mandi, dan sebuah buku serta alat tulis. Di sebelah buku itu ada sebuah amplop bewarna coklat. Ketika dia buka, ternyata berisi uang 10 juta rupiah!

Ken Angrok lalu berdiri dan membuka pintu, dia terhenti sebentar karena cahaya matahari yang membuat matanya agak sakit. Dia butuh penyesuaian. Setelah melangkah ke luar, dia melihat kesekelilingnya. Ternyata dia tadi keluar dari sebuah gubuk yang ada ditengah persawahan. Mungkin sebuah gubuk yang digunakan saat panen tiba. Dikejauhan tampak jalan raya yang tidak begitu ramai.

Di atas batu di bawah pohon saat ini, Ken Angrok menengok kembali ke arah gubuk di mana tadi dia berada. Jaraknya mungkin sekitar 500m dari jalan raya ini. Dia teringat saat merasakan mobil yang membawanya tadi malam bergoyang-goyang agak kencang berarti saat melewati jalan tanah yang menuju gubuk itu.

Ken Angrok kembali memperhatikan jalan raya di depannya. Dia terus menimbang-nimbang akan ke arah mana dia berjalan. Dari teriakan sopir atau kernet tadi yang menawarkan angkutan, jika ke arah kiri maka tujuannya adalah Kapundungan. Sebuah kota kecil setingkat kecamatan. Sementara jika dia menyeberang jalan atau menuju ke arah kanan, maka tujuannya adalah Rabut Jalu, sebuah tempat setingkat desa yang tidak begitu ramai. Jarak ke dua tempat itu dari Tumapel cukup jauh, kira-kira 4 jam dengan kendaraan pribadi atau 6 jam menggunakan angkutan umum. Pengetahuan Ken Angrok tentang geografi cukup mumpuni, apa lagi masih dalam wilayah propinsi.

Informasi! Inilah yang membuat Ken Angrok memutuskan ke arah Kapundungan. Dia butuh Hp! Di Rambut Jalu belum tentu ada. Dia harus segera mendapat berbagai informasi apa yang sebenarnya terjadi, dia tidak peduli dengan peringatan orang-orang yang telah menyekapnya semalam.

Ken Angrok pun naik angkutan yang berhenti di depannya ke arah Kapundungan. Sepanjang jalan dia mencoba menebak-nebak siapa 'Bos Bram' yang menelpon orang yang menyekapnya. Sepertinya dialah kunci dari semua kejadian ini, dia pasti yang menyuruh orang-orang itu. Ken Angrok kemudian menyusun rencana, dia akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya lalu baru memtuskan harus mulai dari mana!

***

Sampai di terminal Kapundungan, pertama yang dia cari adalah toko Handphone. Dia berjalan sepanjang trotoar sambil memperhatikan toko-toko yang dilaluinya. Ketika melewati kios penjual koran, matanya tertuju pada sebuah judul berita salah satu koran yang membuatnya tersentak, "Ditangkap Suami-Istri Bandar Besar Narkoba di Tumapel". Tanpa pikir panjang, Ken Angrok langsung membeli dan membaca berita itu.

Wajahnya tiba-tiba menjadi pucat dan cemas. Ayah ibunya telah ditangkap aparat karena kasus narkoba! Selain itu, disebutkan juga dalam berita itu bahwa anak tersangka yang bernama Ken Angrok tiba-tiba menghilang. Menurut teman-temannya yang terakhir bersamanya, Ken Angrok dibawa oleh sekelompok orang berbadan tegap dan berambut cepak setelah mereka berkelahi dengan anak dari geng lain. Polisi masih terus mencari keberadaan Ken Angrok. Dikhawatirkan, Ken Angrok diculik oleh mafia narkoba yang terkait dengan jaringan Ayahnya, Bango Samparan. Motif dari penculikan itu masih dalam pengusutan polisi.

Tubuh Ken Angrok tiba-tiba menjadi lemas. Dia berpegangan pada sebuah tiang listrik di dekatnya. Dia sama sekali tidak menyangka akan seheboh ini kejadiannya. Ken Angrok menarik nafas dalam-dalam, dia berusaha untuk tenang agar tidak menjadi perhatian orang-orang yang lalu lalang. Dengan pakaian yang dia kenakan sekarang, orang tidak akan menyangka jika Ken Angrok masih usia SMP. Tinggi dan wajahnya membuat orang akan mengira dia sudah setingkat SMA.

Ken Angrok mulai melangkah lagi ketika mulai tenang, dia berencana tetap akan membeli HP dan kemudian mencari penginapan sederhana yang tidak butuh identitas.

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun