Pengajar Di Luar Sekolah
Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan bergulir, dan tahun demi tahun berganti. Ken Angrok kini telah duduk di kelas 3 SMP. Dia adalah lulusan terbaik dari SD-nya dulu, nilai akademisnya bahkan jauh di atas teman-temannya. Karena itulah, dia diterima dengan mudah di SMP Favorit di Kabupaten Tumapel. Jarak dari rumahnya memang lumayan jauh, namun Ken Endok telah memberinya hadiah sebuah sepeda motor saat dia naik kelas 2 SMP dengan nilai akademis tertinggi di sekolahnya itu. Secara usia dan aturan di sekolah, sebetulnya Ken Angrok belum waktunya untuk mengendarai sepeda motor. Namun bukan Ken Angrok orangnya jika tidak bisa mengatasi pembatasan ini. Dia selalu lolos jika ada Razia Polisi dan meyembunyikan motornya di tempat aman saat ke sekolah.
Ken Endok atau yang di kenal Ken Angrok sebagai Bulik Ken, memberi sepeda motor tidak hanya untuk kepentingan sekolah. Ken Endok berharap anaknya itu bisa datang mengunjunginya kapan saja. Walaupun sampai dengan saat ini, Ken Angrok tidak tahu bahwa Bulik Ken adalah ibu kandungnya.
Harapan Ken Endok memang terpenuhi, Ken Angrok kini bisa dikatakan lebih sering berkunjung ke Pangkur ke rumah Ken Endok. Ken Angrok sendiri tidak bisa memahami mengapa dia merasa selalu ada dorongan yang kuat untuk bertemu Bulik Ken. Bahkan, dia juga merasa lebih tenang dan damai jika dekat-dekat dengan Bulik Ken saat ada masalah yang dia alami. Ken Angrok lebih suka curhat pada Bulik Ken daripada ke Ibu atau Bapaknya.
Ken Angrok tidak tahu menahu hubungan sebenarnya antara kedua orang tuanya dengan Bulik Ken kecuali sekedar 'sodara jauh' yang selama ini selalu dikatakan oleh mereka bertiga. Ken Angrok juga tidak ingin pusing memikirkan itu, yang dia tahu dan pahami bahwa mereka bertiga, Ibu, Bapak, dan Bulik Ken adalah orang-orang yang sangat perhatian dan sayang padanya. Bisa dikatakan, mereka bertiga itu adalah orang tua yang bersedia mati untuk membela Ken Angrok, apa pun kelakuan Ken Angrok selama ini!
Hari ini, usai pulang sekolah, Ken Angrok tampak berbaring di sofa panjang di ruang tengah rumah Bulik Ken. Dia ingin curhat pada Bulik Ken tentang pekerjaan Orang Tuanya. Teknologi informasi sudah sangat pesat, segala informasi di dunia ini ada dalam genggaman Ken Angrok. Bulik Ken selalu membelikan HP keluaran terbaru untuknya. Bisa dikatakan, gadget miliknya itu selalu yang paling keren di sekolahan. Sudah bukan rahasia umum, walaupun sekolah setingkat SMP melarang siswanya membawa HP, namun hampir seluruh temanya pasti memiliki. Berbagai cara dilakukan anak-anak untuk menyembuyikan saat masuk sekolah. Namun sebelum masuk atau setelah pulang sekolah, anak-anak seakan berlomba memamerkan HP yang mereka miliki.
"Kamu sudah makan Ang Rock?" kata Bulik Ken menyapa Ken Angrok.
Ken Angrok langsung terbagun melihat Bulik Ken yang datang menghampiri. Bulik Ken baru datang dari Warung Makannya yang ada di Campara. "Sudah Bulik, tadi saya makan di warung dulu sebelum masuk." kata Ken Angrok sambil berdiri dan mencium tangan Bulik Ken. Sebelum pulang sekolah tadi, Ken Angrok memang sudah WA ke Bulik Ken kalau mau ke rumah di Pangkur.
"Oh ya sudah, kamu mbok mandi-mandi dulu sana terus ganti baju dulu."
"Iya Bulik, tadi masih aga males."
"Oh iya Ken, ini Bulik mau pergi lagi dulu sebentar ya, Bulik ada janji sama yang mau pesan makanan buat kawinan hari minggu nanti. Kamu butuh opo to? Mau nunggu Bulik dulu apa mau pulang?'