Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ken Angrok - 10

28 Juli 2023   10:28 Diperbarui: 29 Juli 2023   06:35 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nakal Tapi Pintar

Waktu terus berjalan, usia Ken Angrok pun memasuki usia anak SD kelas 6. Prestasi belajarnya luar biasa, kecerdasannya nyaris tak ada lawan. Setiap tahun ajaran baru, Ken Angrok tidak hanya peringkat 1 di kelasnya tetapi juga peringkat pertama di sekolahnya. Prestasi di sekolahnya itu ternyata juga berimbang dengan prestasinya sebagai murid yang sering berurusan dengan Bagian Pembinaan. Bango Samparan dan Genuk Buntu sudah tidak terhitung lagi bolak-balik dipanggil pihak sekolah karena 'kenakalan' Ken Angrok.

Secara fisik, Ken Angrok tumbuh menjadi anak yang sangat tampan. Penampilannya tidak pernah terlihat seperti 'anak desa' pada umumnya. Kehidupan Genuk Buntu di Jakarta sebelumnya membuat penampilan Ken Angrok kecil ditangannya seperti 'anak orang kota'. Dari sisi pshikologis, Ken Angrok tumbuh menjadi anak yang sangat percaya diri. Dia selalu tampil dimuka dan menjadi pemimpin dalam setiap permainan anak-anak seusianya. Dia tidak memiliki rasa takut untuk berkelahi jika diganggu, bahkan dengan anak-anak yang jauh lebih tua darinya. Rasa percaya diri yang tinggi ini membuat emosinya sedikit temperamental, mudah marah dan mengambil tindakan tanpa memikirkan akibatnya. Ken Angrok menjadi anak yang sangat lugas, tegas, tanpa basa-basi dan sedikit sekali memahami tatakrama atau sopan santun.

Perkembangan Ken Angrok tentu saja tidak luput dari perhatian Ken Endok yang rutin berkunjung sekali dalam sebulan ke Karuman. Ken Angrok mengenal Ken Endok sebagai Bulik Ken, sodara jauh ibunya. Bulik Ken bagi Ken Angrok adalah orang yang sangat baik. Bulik Ken sering mengajak jalan-jalan, membelikan mainan, dan jajanan yang dia sukai. Bulik Ken juga selalu memberi uang jajan yang cukup banyak sebelum pulang.

Ketulusan kasih sayang pasangan Bango Samparan kepada Ken Angrok membuat Ken Endok tidak merasa kuatir dengan anaknya itu. Dia hanya sedikit kuatir dengan perilaku Ken Angrok kecil yang cenderung bisa dibilang 'nakal'. Beruntungnya, senakal apa pun kelakuan Ken Angrok, ayah dan ibunya tidak pernah memarahinya dengan kekerasan fisik. Tidak pernah sekalipun Bango Samparan atau Genuk Buntu menampar atau memukul Ken Angrok.

***

Hari ini, Ken Angrok telah menyusun rencana dengan beberapa temannya. Mereka sepakat untuk mengambil mangga sebanyak-banyaknya di kebun milik Pak Kepala Desa. Beberapa kali mereka sudah minta secara baik-baik, namun selalu saja tidak pernah diberi. Mereka semakin jengkel ketika melihat Bima, anak laki-laki Pak Kepala Desa yang juga teman satu sekolah, setiap hari selalu membawa sekeranjang mangga yang ranum untuk dibagikan pada guru dan anak-anak perempuan saja. Bahkan suatu ketika, seorang teman Ken Angrok pernah meminta baik-baik satu butir buah mangga pada Bima namun hanya diberi bijinya saja. Sikap sombong Bima inilah yang memicu Ken Angrok dan 'genk'-nya untuk menyusun siasat. Mereka sepakat untuk berkumpul di tempat biasa setelah pulang sekolah. Namun, agar tidak membuat curiga dan menjadi pertanyaan banyak orang, mereka harus pulang dulu dan berganti pakaian biasa untuk bermain.

Mereka berlima berkumpul di bawah pohon beringin yang tidak jauh dari Komplek Pemakaman Umum. Tempat ini selalu menjadi pilihan berkumpul karena cenderung sepi dari lalu-lalang orang. Mereka adalah Ken Angrok, Singo Barong, Gajah Putih, Kidang Kencono, Boyo Lelono. Seperti biasa, Ken Angrok selalu menjadi 'leader' untuk mengumpulkan ide dan menentukan siasat apa yang harus dilaksanakan. Bocah-bocah SD itu tampak serius bercakap-cakap sambil duduk melingkar di tanah.

"Aku gak setuju caramu, Singo..," kata Ken Angrok menimpali siasat yang diusulkan Singo Barong. Lalu lanjutnya, "Gak semua diantara kita ini bisa keluar malam hari. Aku sama Kamu mungkin bisa, tapi Kidang sama Boyo pasti habis dihajar bapaknya."

"Iya Ken, betul katamu. Aku gak bisa keluar malam, ikat pinggang bapakku bakal mendarat dibadanku berkali-kali." sahut Boyo.

"Lha yang namanya maling itukan malam hari to? Kalo siang-siang bisa habis kita digebukin pegawainya Pak Kades." kata Singo mencoba membela diri.

"Atau gini saja..," kata Kidang menyela, "Kita urunan (iuran) lalu kita kasih ke Pak Wiji, Mandor Kebonnya Pak Kades.."

Belum selesai Kidang bicara, Gajah langsung memotong, "Lha kalo itu ngapain kita ngumpul ini, mending beli di pasar lak mari (selesai)."

"Haha...haha..." serempak mereka tertawa.

"Sebentar...," tiba-tiba Ken menghentikan tawa mereka, "Kalian tahukan? Selama ini Bima hanya ngasih mangga ke guru dan anak-anak perempuan?" Semua menatap Ken dan manggut-manggut mengiyakan.

"Apa kalian tahu, siapa anak perempuan yang paling sering dikasih?" lanjut Ken Angrok sambil menatap satu-satu temannya.

"Setahu aku, dikelasku itu hanya Sumi yang paling sering dapat mangga dari Bima," kata Gajah.

"Sumi? yang tinggi-tinggi putih itu ta?" tanya Singo menatap Gajah.

"Oh iya..., aku inget, Bima suka nanya-nanya soal Sumi. Akukan sekelas sama Bima," sahut Boyo menambahkan tanpa menunggu jawaban Gajah.

"Iya betul Sumi yang tinggi itu," kata Gajah menjawab Singo, lalu lanjutnya, "Tapi kayanya Sumi itu ndak suka sama Bima, justru dia suka nanya-nanya aku soal kamu, Ken."

"Cie... cie... Ken...," serempak yang lain bersorak sambil menatap Ken Angrok.

Ken Angrok hanya tersenyum disoraki temen-temennya, cerita yang barusan dia dengar melahirkan ide untuk mendapat mangga Pak Kepala Desa tanpa perlu mencuri. Ken Angrok pun mulai serius bicara sementara teman-temannya tampak manggut-manggut mendengarkan. Ide Ken Angrok sebetulnya cukup sederhana, namun bagi anak-anak seusia SD kelas 6, ide itu sangat luar biasa.

Ken Angrok memanfaatkan keinginan Bima untuk mendekati Sumi. Dia menugaskan Boyo, teman sekelas Bima, pada jam istirahat untuk membujuk dan mengajak Bima mau main ke lapangan basket dibelakang sekolah. Dia juga menyuruh Gajah melakukan hal yang sama pada Sumi. Dengan begitu, Bima dan Sumi akan bertemu di lapangan basket seolah-olah tidak disengaja. Tentu saja, Ken Angrok juga menjelaskan detail apa yang diharus dilakukan Boyo saat bersama Bima dan Gajah saat bersama Sumi. Singo mendapat tugas menyiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk mengangkut mangga dan mencari lokasi yang aman untuk menerima mangga dari Bima. Sementara, Kidang bertugas sebagai penyambung informasi. Ken Angrok sendiri akan memantau setiap perkembangan dan bersiap untuk membantu di mana saja yang diperlukan.

Sore itu pun pertemuan mereka bubar dan masing-masing anak telah bersiap dengan tugasnya. Target mereka, dalam 2 hari kedepan akan mendapatkan 50 butir mangga yang masak dan siap dimakan. Rencana dilaksanakan mulai besok di sekolah.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun