Dear Diary… Entahlah bagaimana aku harus mengatakannya padamu lagi. Mungkin dirimu sudah jengah mendengar kalimatku yang satu ini, “Ry, aku merindukannya. Aku ingin dia pulang. Kembali lagi ke Jakarta.” Kamu tahu betul bagaimana aku sangat merindukannya kan? Tidak ada satupun rasa yang ku dustai darimu, Ry. Siang ini aku duduk sendiri disudut Mc.D Bintaro. Memilih kursi di pojok dekat Mc.Cafe. Disamping jendela besar, rinai hujan mulai tergambar dengan jelas. Ry, hujan semakin deras. Aku meringkuk sepi dalam secangkir kopi. Hatiku ngilu, Ry. Kala sejenak aku mengingat senyum manis dan tatapan matanya yang menghangatkan. Aku menginginkan moment itu kembali terulang. Saat aku berdua dengannya di Cafe Cangkir. Kamu ingat kan, Ry? Moment yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya dan itu benar-benar terjadi. Ah, indahnya… Saat itu ia datang dengan nafas tersengal karena belari menghindari hujan yang turun dengan deras. Meskipun sudah begitu, rambutnya tetap basah. Ah kaciaaaan… :’( Mataku yang begitu sensitif langsung menangkap kedatangannya. Aku memandangnya dari kejauhan dan ia membalasnya, Ry! WOW! rasanya aku ingin melayang-layang jauh ke awan dan menarikan tarian hujan dengan begitu riang. Aku sangat bahagia. Apalagi saat melihat ia berjalan ke arahku. Aku terseret jauh ke bawah alam sadarku. Ia benar-benar nyata. Ia datang memenuhi janjinya untuk menemuiku. Spontan senyumku melebar beberapa senti dan aku menunduk malu. Kurasakan pipiku hangat, Ry. Mungkin saat itu pipiku merona merah jambu, biru, atau ungu. Ah aku tidak tahulah. Yang aku ingat betul adalah aku nyaris gila ketika dia berdiri didepan mejaku, duduk, lalu menyapaku, “Hai, sudah lama?” “Ya, lumayan. Tapi tidak masalah, aku rela menghabiskan waktuku untukmu,” sahutku dalam hati. Aku tidak kuat membuka bibirku, Ry. Semua kata-kata seakan terpenjara rantai besi dengan gembok berlapis. Kalau seandainya saja aku punya kuasa untuk memberhentikan waktu, maka akan ku lakukan itu. Aku ingin waktu saat itu tidak lagi berputar. Biarlah tetap dalam detik yang sama. Karena aku menginginkan waktu berdua hanya bersamanya, Ry. Baru kali itu aku bisa dengan puas merekam dirinya. Ia tidak hanya sekedar indah, Ry. Tapi lebih dari indah, ia nyaris sempurna (walau ku tahu, tidak ada manusia yang sempurna). Aku benar-benar mengangguminya sejak pertama bertemu. Kamu tahu itu kan, Ry? Pastilah ya… Mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Walau banyak dari teman-temanku yang tidak mempercayai, bahwa cinta pada pandangan pertama itu kata mereka tidak ada. Ah tapi biarlah, itu kan mereka. Boleh dong aku meyakini sesuatu yang kuyakini ada. Aku jatuh cinta padanya, Ry. Cinta pada pandangan pertama…
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI