Mohon tunggu...
Said Kelana Asnawi
Said Kelana Asnawi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen pada Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie

Dosen-Penyair, menulis dalam bidang manajemen keuangan/investasi-puisi; Penikmat Kopi dan Pisang Goreng; Fans MU

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Penari Yoga

12 Oktober 2023   20:02 Diperbarui: 12 Oktober 2023   20:05 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
free picture @pexel

Penari Yoga

L

Wanita itu menjemput pagi, menghirup udara bersih perlahan sekali

Satu dua helaan dihembuskan, dan anganan berhamburan

Tentang kedukaan yang berdesakan, kesibukan yang menyesakkan

Dan harapan yang menyeruak.  Ketiganya menari bersama dan dihentikannya

Penari yoga itu berfokus mengosongkan pikiran

Keheningan adalah kekayaan, dan berkuasa atas diri sendiri adalah nikmat hakiki

Berputar perlahan, dan memutarkan sakit menjadi obat

Mengangkat kaki tinggi-tinggi, tergantung harapan pada langit-langit

Adalah kebanggaan diri, meskipun terasa sulit

Terus menari, menghirup nafas dan melepaskan

Dan sinar Mentari, terasa bernas dan menyegarkan

Penari yoga itu memulai hidup dengan sempurna

**

Penari yoga itu mengemas diri dan bergegas pergi

Seperti tariannya, ia melangkah anggun sempurna

dia mematri hari-hari seperti menari, berkelok namun indah

kesibukan yang tak henti, dimaknai dengan cerah

kadang, hanya diperlukan penerimaan, untuk segala hal yang bertolakan

seperti tarian yang melenturkan!

Dan menari dengan senyuman adalah suatu ketinggian

Puncak dari kebahagiaan

Dan penari itu, begitu mengisi hari selalu

**

Penari yoga itu memandang malam dan bulan sendirian

Ada keheningan juga keindahan

Dia bertanya tentang hari yang terlewati

Telah dimulai dengan menari; dan mengelola hari seperti menari

Adakah malam ini akan menari?

Dan dia membiarkan hatinya bergoyang ke kanan kiri

Dan bertumpu pada seseorang yang dihati:

Yang terjauh adalah hati, bersebelahan namun tak saling menyapa

Yang terdekat juga hati, kau disana namun dekat pelupuk mata

Penari itu memejamkan mata: membiarkan mimpi menarikan lelaki pujaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun