Toko emas-perhiasan termasuk juga mendapatkan berkah dari Ramadan dan saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mungkin dapat dicermati. Untuk periode yang sama di atas, kinerja sahamnya sebelum Ramadan sebesar -2.66% (-5.21%) dan selama Ramadan sebesar 4.04% (-13.31%). Hasil ini justru mengecewakan, karena tiga dari empat data menunjukkan nilai negatif.
Dari empat data yang ada; IHSG positif pada tiga data dan hanya negatif pada Ramadan-Lebaran 2015. Ini berarti, pasar saham mengalami kenaikan dan hal ini menjadi sinyal positif adanya gairah transaksi. Ke depan perlu juga didorong budaya untuk menyisihkan sebagian pendapatan (THR) dalam bentuk investasi saham, sehingga selain mengurangi konsumsi 'jor-joran', dapat menjadi buffer jika nanti bokek setelah Hari Raya. Jangan khawatir terjadi bencana likuiditas, karena banyak saham terpilih, sangat likuid, dapat laku terjual dalam hitungan detik.
Mungkin yang perlu dicermati adalah potensi gain-loss, sehingga mengurangi kenyamanan berinvestasi. Untuk hal ini mungkin dapat disiasati dengan menyewa ahlinya alias berinvestasi melalui reksadana. Alternatif berjaga-jaga adalah meletakkan dana dalam bentuk tabungan, namun jika nilai tabungan Anda di bawah Rp 20 juta, sangat mungkin mendapatkan pendapatan bunga riil negatif (setelah dikurangi pajak dan biaya administrasi).
Di pasar saham, nilai tersebut dapat memberikan pelajaran investasi (untung-rugi), sehingga investor mendapatkan ilmu, dan juga tumbuh bersama perekonomian. Makin besar kapitalisasi pasar modal, akan semakin baik, karena makin banyak yang 'terikat' pada sistem produksi sehingga lebih 'aware'.
Jika Anda pemegang saham Garuda, tentunya Anda akan 'aware' terhadap kinerja emiten itu dan hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan kinerjanya lagi. Jika diamati secara periode keseluruhan yakni berkisar dua tahun (23/6/2014-31/5/2016), maka kinerja INDF, MYOR, ROTI, AMRT, ACES, HERO, GIAA, ANTM, serta saham secara keseluruhan (IHSG) berkisar 1.47%; 31.4%; 1.4%; 20%; -25.43%; -57%; 19.71% dan -30.92%, serta saham secara keseluruhan turun sebesar -0.95%. Fakta ini menunjukkan investasi saham mengandung potensi rugi (dan juga untung).
Peringatan
Uraian di atas tidak dimaksudkan untuk anjuran berinvestasi pada saham/emiten tertentu, melainkan sekadar ilustrasi fakta. Perubahan harga di atas juga hanya merujuk pada 'series waktu' dimana dapat sangat berbeda maknanya dengan investasi secara aktif yang dilakukan oleh investor. Bagi investor saham (retail) serta stakeholder lainnya (perusahaan sekuritas dan bursa), harga saham yang stabil, justru tidak menarik karena tidak dapat melakukan taking profit (dengan konsekuensi taking loss).
Karena itu, fluktuasi merupakan suatu yang dinantikan, dimana pandangan umum dapat keliru menyimpulkannya. Katakan saja emiten/saham XYZ, dimana A memiliki 1 lembar pada harga 100; lalu harga turun menjadi 80; jika A menjual sahamnya, maka ia akan mendapatkan dana (estimasi kasar, tanpa biaya transaksi) sebesar 80; kemudian harga turun lagi menjadi 60 dan A membeli saham XYZ tersebut dan mendapatkan berkisar 1.3 lembar; lalu saham itu naik lagi menjadi 80 dan A menjualnya maka A akan mendapatkan uang sebesar 104; atau untung 4%. Jika melihat dari runtun waktu (time series)Â saja, maka potensi rugi A adalah harga akhir dikurangi harga awal, yakni berkisar 20%.
Dalam hal ini, timing masuk dan keluar merupakan kunci keberhasilan. Suatu hari, sekitar jam 11-an (2 jam setelah perdagangan dibuka), penulis menunjukkan pada kolega via smartphone tentang suatu saham yang telah naik harganya lebih dari 3%. Kolega tersebut bertanya: ambil/investasi? Penulis tersenyum, tidak, tidak tahu akan naik! Selamat berpuasa dan juga selamat berinvestasi saham.  (tulisan ini telah diterbitkan di investor daily)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H