Hal yang dinantikan investor ritel adalah penggerak pasar (market maker) yang dapat mengangkat harga saham tersebut. Beberapa market maker tersebut dapat berupa peralihan kepemilikan kunci; masuknya investor besar; perubahan manajemen dan deal bisnis; sehingga secara bisnis menjadi prospektif kembali. Jika hal itu terjadi, maka harga sekarang akan terlalu murah (karena dahulu terlalu mahal) dan dapat menjadi potensi untung besar bagi banyak pihak.
Bagi investor kecil, maka potensi-uangnya dapat menjadi uang sebenarnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan personal (liquidity). Bagi SRO (Self Regulatory Organization) program "Yuk Nabung Saham" akan menjadi lebih mudah disosialisasikan, dan di mata masyarakat awam, bursa bukan sebagai 'kolam kuburan'.
Harga saham tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi fundamental perusahaan, mungkin ada benarnya. Pada kuartal I tahun 2016, emiten berkode ANTM berhasil memperoleh kenaikan laba bersih perusahaan sebesar Rp 5,29 miliar apabila dibandingkan dengan kinerja pada periode sama tahun lalu yang menderita kerugian sebesar Rp 240,21 miliar.
Sedangkan Adaro pada periode sama mengalami penurunan pendapatan 17,4% tetapi masih bisa mencatat kenaikan laba bersih yang tipis: 1,05% senilai US$ 59,68 juta. Pada sekitar Mei-Juni, harga saham ANTM lebih tinggi dan mengalami kenaikan, dibandingkan dengan ADRO. Namun pada Juli-Agustus ini, kondisi terbalik, di mana saham ADRO mengalami kenaikan (kumulatif) dan jauh lebih tinggi dari ANTM.
Jadi, apakah kenaikan harga saham ADRO ini merefleksikan laporan keuangannya yang lebih baik dibandingkan dengan ANTM, atau faktor lainnya? Di pasar seringkali terdengar issue akan 'digoreng'; 'dikerek' dan Anda tidak wajib memercayainya sekaligus juga tidak berdosa untuk memercayainya. Faktanya, situasi harga saham dapat berubah sesuai/ tidak sesuai dengan yang Anda percayai.
Harga saham yang berirama rockn- roll sebenarnya bagus bagi para investor. Harga ini membuat bursa menjadi likuid dan likuiditas diperlukan sebagai oli bagi pasar saham. Bagi pelaku 'investor', harga rock n-roll ini dapat membuat jantungan; karena dia harus memerhatikan pergerakan harganya; mendorong keputusan buy-sell dan pada akhirnya mendapatkan gain-loss.Â
Jadi, kenaikan harga saham ADRO yang sekitar tiga kali lipat tadi dapat saja tidak dinikmati, akibat salah timing keluar-masuknya. Dan jangan salah pula, pada saham bearish (harga turun) dapat saja memperoleh keuntungan akibat tepat timing 'keluar-masuknya'. Keduanya memerlukan energi stress yang besar.Â
 Melalui saham juga, investor memiliki alternatif investasi yang setara. Misal, Anda memiliki usaha biskuit dan ingin mengembangkan usaha. Alternatif lainnya adalah menginvestasikan uang Anda pada PT Biskuit Tbk. Perbedaannya adalah cara pertama sepenuhnya ada pada kontrol Anda, sedangkan pada cara kedua, Anda dapat mengamati perkembangan PT Biskuit Tbk. Sebagai pelaku bisnis, tentunya Anda memiliki 'cukup' informasi berkenaan dengan bisnis ini sehingga 'mampu berenang di kolam'.
Teman saya; CEO sebuah holding, bercerita, dia enggan membeli sebuah saham yang IPO (initial public offering), lantaran pada saat expose-road-show, payback period yang disampaikan dianggap terlalu lama; berdasarkan pengalamannya di bidang yang sama. Cara ini adalah cara fundamental. Selamat berinvestasi saham.
(tulisan ini telah terbit di Investor Daily; pada tanggal 30 agustus 2016)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H