Mohon tunggu...
Said Daffa Alfarel
Said Daffa Alfarel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Kampus UTY (Universitas Teknologi Yogyakarta)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Neoliberalisme pada Kasus Indonesia-Australia dan Indonesia-IMF

22 Oktober 2023   21:40 Diperbarui: 22 Oktober 2023   22:03 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kerjasama bilateral yang dilakukan oleh Indonesia dan Australia melalui pendekatan Neoliberalisme. Indonesia dan Australia sama-sama melihat adanya benefit dari kerjasama yang dijalin. Seperti sektor pariwisata dari kedua negara yang meningkat, pertukaran mahasiswa dari kedua negara, perdagangan, serta urusan Visa yang tidak dipersulit. Maka dari itu kedua negara sepakat untuk membentuk sebuah perjanjian yaitu IA-CEPA guna menjaga keutuhan kerjasama dari sudut pandang hukum Internasional.

Lalu yang ingin kami bahas adalah bagaimana Indonesia dan Australia membentuk suatu perjanjian bilateral dalam kerjasamanya agar interaksi kedua negara tersebut dapat dilindungi oleh hukum. Hal tersebut senada dengan cara pandang Neoliberalisme yang rasional dan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Bagi Neoliberalisme, cara agar kerjasama Bilateral/Multilateral dapat terjamin keutuhan serta dilindungi oleh hukum Internasional adalah dengan cara membentuk organisasi atau perjanjian, lalu dari organisasi/perjanjian tersebut dibentuklah hukum yang sesuai dengan kepentingan serta dapat dijalani oleh kedua negara atau lebih.

Indonesia melunasi seluruh utangnya ke Dana Moneter Internasional atau IMF, setelah dilakukan pembayaran tahap kedua sebesar 3,2 miliar dollar AS, Kamis (5/10). Penyelesaian utang ini bakal menandai era kebijakan ekonomi yang lebih mandiri, lepas dari intervensi IMF.

Kesimpulan dari topik mengenai Indonesia yang melunasi utang ke IMF melalui sudut pandang Neoliberalisme. Bagi paham Neoliberalisme, berpikir rasional serta bijak dan berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan adalah komponen utama. Seperti halnya yang dilakukan oleh Indonesia dalam melunasi hutang kepada IMF guna menghindari intervensi. Indonesia melakukan sebuah langkah bijak dimana dengan pelunasan hutang tersebut sama seperti mencabut rasa memiliki hak dalam mengikut campuri urusan Indonesia yang dimiliki oleh IMF.

Dan langkah yang dilakukan Indonesia juga sesuai dengan beberapa prinsip Neoliberalisme yaitu:

1. Negara adalah aktor yang rasional atau instrumental dan mempunyai kecenderungan memaksimalkan kepentingannya dalam berbagai isu.

Alasan: Indonesia memaksimalkan pengumpulan dana serta meminimalisir anggaran dana untuk beberapa sektor pemerintah agar dapat segera melunasi hutang kepada IMF.

2. Hambatan terbesar terhadap kesuksesan kerjasama adalah ketidak patuhan atau kecurangan.

Alasan: Merupakan rahasia umum ketika melakukan kerjasama Internasional tetapi ketika di tengah jalan salah satu pihak tidak dapat menyanggupi, maka pihak yang diajak kerjasama memiliki rasa berhak atas pihak yang tidak dapat menyanggupinya.

3. Institusi yang memprioritaskan kepentingan Nasional pada tingkat internasional

Alasan: Menghindari intervensi dengan melunasi hutang merupakan gabungan dari urusan Internasional untuk kepentingan Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun