Mohon tunggu...
Said Iskandar
Said Iskandar Mohon Tunggu... -

Tolak Premanisme

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasionalisme Indonesia di Papua Lebih Tua Dibanding Budi Utomo

4 Oktober 2013   13:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:00 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_270194" align="alignnone" width="240" caption="Dr. Bernarda Meteray (Tabloidjubi.com)"][/caption]

Nasionalisme Indonesia di Papua sudah mulai tumbuh sebelum berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908, karena beberapa daerah di Papua saat itu, telah menggunakan bahasa Melayu yang dibawa oleh penyebar agama Kristen ke Papua.

Hal itu diungkapkan oleh sejarawan dan dosen Universitas Cenderawasih (Uncen), Dr. Bernarda Meteray, saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema “Pemantapan Nasionalisme Indonesia di Papua” yang digelar di kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, pada Selasa 24 September 2013.

Bernarda menambahkan, Nasionalisme Indonesia di Papua semakin menguat seiring dengan banyaknya para tokoh Indonesia yang diasingkan oleh Belanda ke beberapa daerah di Papua, seperti Soegoro Atmoprasodjo (diasingkan ke Serui, 1945), dr. J.A. Gerungan (diasingkan ke Abepura, 1946), dr. Sam Ratulangi (diasingkan ke Serui, 1946) dan Petro Jandi (diasingkan ke Biak, 1948).

Tokoh-tokoh Indonesia itu, lanjut Bernarda, mulai menanamkan nasionalisme Indonesia di tengah-tengah rakyat Papua untuk melawan Belanda, hingga berdiri beberapa partai politik, seperti Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak dan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII) di Serui.

Namun menurut Bernarda, proses pembangunan Nasionalisme Indonesia di Papua mulai melemah pada tahun 1962 yang disebabkan oleh beberapa hal seperti kurangnya pendidikan formal, masih adanya tekanan politik dan keamanan dari kolonial Belanda, serta kurangnya regenerasi kepemimpinan sehingga ketika tokoh-tokoh itu kembali ke daerahnya masing-masing, proses penanaman Nasionalisme Indonesia di Papua hanya dilakukan oleh orang Papua yang belum terlalu kuat pemahamannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun