Â
Wawancara terakhir Saibansah Dardani dengan Gubernur Kepri, H. Muhammad Sani. (Foto: Charles Sitompul)
SENIN, 22 Februari 2016, ba'da asar di Kantor Gubernur Kepri, Dompak Tanjungpinang. Sore itu, seusai memimpin rapat penting membahas follow-up kunjungan Menkopolhukam Luhut Panjaitan ke Batam, engkau menerimaku bersama Frans Nainggolan dan Charles Sitompul. Tak ada firasat apa pun, bahwa ini adalah wawancara terakhir denganmu.
Goresan pena warna hitam di halaman kedua, buku berjudul, "27 Jam 40 Menit Membelah Lautan, Menjemput Aspirasi" masih tampak jelas. Di halaman itu, engkau menulis, "Untuk Saiban" lalu membubuhinya dengan tanda tanganmu. Sama sekali tak tersirat apa pun saat itu. Bahwa buku yang memotret perjalananmu membelah 96 persen wilayah laut Provinsi Kepri itu, adalah warisan terakhirmu untukku.
Kini, buku setebal 99 halaman itu telah menjadi warisan sejarah yang kelak akan banyak berbicara. Ya, berbicara tentang keteguhan seorang pemimpin, kelembutan seorang ayah, keramahan seorang sahabat dan ketegasan seorang pahlawan masyarakat Provinsi Kepri, Muhammad Sani!
Saat membubuhkan tanda tangan itu, tanganmu masih kokoh, menegaskan tangan seorang pekerja keras yang mengabdi untuk rakyat. Kuat dan tegas! Bahkan, engkau masih melontarkan rencana untuk mengulang perjalanan membelah ombak, menembus lautan Kepri. Apalagi kalau bukan untuk bertemu rakyatmu di sana.
Masih kuat terekam dalam benakku, kalimat-kalimat yang engkau ucapkan tentang silaturrahmi ke pulau-pulau itu. "Saya akan ke sana lagi," katamu, yakin.
Aku menangkap dari sorot matamu, betapa kuatnya keinginanmu untuk kembali ke pulau-pulau itu. Ada rindu di sana untuk bersilaturrahmi dengan mereka. Termasuk ke Pulau Berhala, pulau di mana kita pernah pergi bersama-sama. Ketika itu, pulau ini masih dipersengketakan kepemilikannya, antara Provinsi Kepri dan Provinsi Jambi. Dengan perjuangan keras dan kesabaran tinggi, pulau indah itu pun diputuskan menjadi milik Kepri.
Tapi, belakangan muncul wacana yang digulirkan seorang pemuda ganteng yang kini menjabat sebagai Gubernur Jambi, Zumi Zola. Wacana untuk kembali merebut Pulau Berhala agar masuk ke dalam wilayahnya. Merespon wacana itu, engkau pun mengatakan, "saya akan ke sana lagi".
Betapa kuat keinginanmu untuk bersilaturrahmi lagi dengan warga Pulau Berhala. Aku menyaksikan ketika itu, bagaimana engkau berbicara dengan rakyatmu di sana. Berdiri di depan pintu rumah-rumah warga, saling bertanya layaknya seorang sahabat yang baru berjumpa kembali. Ramah, jauh dari formalitas pemerintah daerah.
Masih juga terekam dalam benakku, ekspresi senyum banggamu, tentang seorang pelaut pemberani yang mendampingimu memimpin Provinsi Kepri, Nurdin Basirun. Saat media online dan media sosial heboh memberitakan, wakilmu itu hilang kontak saat bertugas ke Pulau Pekajang, Sabtu, 20 Februari 2016, malam.
Saat itu, BMKG memang sudah memperingatkan, angin kencang bakal berhembus dan tak bersahabat bagi para nelayan. Tapi dengan bekal pengalaman seorang pelaut dan keberanian anak pulau, tantangan alam itu pun disambutnya juga. "Saya sudah ingatkan dia, jangan berangkat dulu. Tapi dia cakap, saya ini pelaut. Jadi, apa lagi yang bisa saya cakap."
Dari wawancara terakhir ini, ada pesan sangat kuat yang terukir dalam benak dan hati saya. Ketika engkau menegaskan tentang masa depan Pulau Batam. Saat pemerintah pusat sedang mencari rumusan terbaik untuk investasi dan pemerintah di Kota Batam.
Hanya ada satu pesan yang engkau sampaikan saat itu, pesan yang sangat tegas. Pesan seorang pemimpin sekaligus seorang ayah. "Jangan susahkan rakyat saya!"
Itulah pesanmu, pesan untuk kita semua. Pesan seorang pemimpin daerah untuk pemerintah pusat. Pesan bagi para pemimpin di daerah untuk tetap tegas dan terus berjuang untuk rakyatnya.
Selamat jalan Gubernur Kepri, Haji Muhammad Sani.
Engkau orang baik, Pak Sani. Orang baik yang dijemput malaikat di hari baik, Jumat, 8 April 2016, ba'da asar.
Engkau orang baik, Ayah Sani. Orang baik yang dikubur di tempat yang baik, Taman Makam Pahlawan (TMP) Pusara Bhakti Kilometer 5, Tanjungpinang.
Engkau orang baik, wahai Pemimpin Kepri. Orang baik yang pemakamannya disambut langit dengan hujan. Bahkan, saat musim kemarau panjang.
Selamat jalan pahlawan!
Â
(Terbit di, http://batamtoday.com/berita-69969-Wawancara-Terakhir....html)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H