Mohon tunggu...
Sahrul Ramadhan Amry
Sahrul Ramadhan Amry Mohon Tunggu... -

Penikmat kopi Penggiat Politik, sosial dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masyarakat dan Revolusi Industri 4.0

24 Maret 2019   02:56 Diperbarui: 24 Maret 2019   03:05 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sistem ini mempunyai jaringan yang luas dan melalui pembagian kerja yang ekstrem, dari buruh yang terspesialisasi dalam beberapa unit kerja, para manajer dan tim kreatif dalam membuat sebuah produk, tim marketing yang siap memasarkan dan melakukan riset agar produknya laris manis.

Serta artis-artis yang sengaja disiapkan untuk menarik konsumen agar membeli, sampai pada tataran sistem pengiklanan dan industri televisi yang sangat cerdas memanipulasi kesadaran kita dengan berulang-ulang menayangkan iklan tersebut, sehingga secara tidak sadar kita telah terpengaruh oleh framing yang dibuat para aktor profesional yang bekerja di balik layar televisi.

Asumsi Teoritis dan Jalan Baru Menghapuskan Ketertindasan

Herbert Marcuse dan Baudrillard merupakan tokoh yang membahas tema konsumsi dan budaya massa. Keduanya sepakat bahwa masyarakat kontemporer telah dirusak oleh konsumsi dan eksploitasi iklan. 

Mereka melihat adanya sebuah sistem hidup "pragmatis" dan mudah berfantasi dengan khayalan dimana manusia seolah-olah bahagia, namun dalam kebahagiaan itu terdapat kontradiksi akan ketakutan hidup tanpa uang dan tidak bisa membeli barang. 

Marcuse sendiri memandangnya sebagai sistem "satu dimensi", bahwa kita hidup sekarang seperti sudah ditentukan dan apa yang kita kerjakan merupakan rancangan dari dunia industri.

Bagi Marcuse, sistem ini menimbulkan keadaan dimana seseorang memuja barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkannya. Namun, karena barang itu menjadi sebuah keniscayaan sosial dan semua orang membelinya, orang pun tidak dapat menolak bahwa ia juga menginginkan eksistensi seperti manusia yang lain. Marcuse menyebutnya sebagai "kebutuhan palsu".

Sementara Baudrillard menganggap bahwa masyarakat kontemporer telah dieksploitasi oleh kelimpahan barang-barang. Dahulu yang dieksploitasi oleh perusahaan adalah buruh di lingkungan produksi, namun dalam perkembangan industri modern, konsumenlah yang diperbudak oleh pasar. Pasar menjadi semacam agama baru bagi masyarakat kontemporer. 

Ia menjelma sebagai dogma dan doktrin yang sulit ditolak, namun ketika ia dikritik, seseorang sulit untuk keluar darinya. Karena ia menjelma sebagai sistem tanpa "negasi" dari sistem yang lain. Ia berdiri tunggal, ia tidak mempunyai musuh. Ketika ada musuh, ia dengan mudah menundukkannya dengan seperangkat ideologi dan jaringan internasional yang ia punya.

Baik Marcuse dan Baudrillard, keduanya tidak memiliki alternatif pandangan untuk keluar dari penindasan ini, sementara Marxisme dan perjuangan kelas bagi mereka mempunyai banyak kelemahan asumsi teoritis. Lantas bagaimana kita akan keluar dari sistem satu dimensi ini? Atau bagaimana kita bisa melawan dogma konsumsi ini? 

Berkali-kali saya berpikir dan merefleksikannya namun sulit untuk mendapatkan jawaban. Ada satu jawaban yang bisa diutarakan, namun kebanyakan orang menyebutnya "utopis" karena menganggap bahwa itu sulit untuk diwujudkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun