Dalam teori ini, pengetahuan tidak hanya diserap secara pasif dari guru atau sumber informasi lain, tetapi secara aktif dikonstruksi oleh individu melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalamannya.
- Hakikat Pembelajaran Kontruktivisme Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks dan Brooks (1993) mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. Â
- Tujuan Belajar Menurut Aliran Belajar Konstruktivisme
- Dalam aliran belajar konstruktivisme, tujuan pembelajaran lebih dari sekadar memahami fakta atau informasi yang disampaikan. Tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi proses konstruksi pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Salah satu tujuan utama adalah mengembangkan pemahaman yang mendalam dan berkelanjutan tentang konsep-konsep tertentu.[1] Ini tidak hanya mencakup pemahaman permukaan tentang fakta-fakta, tetapi juga pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara konsep-konsep tersebut.Â
- Â
- Selain itu, tujuan belajar konstruktivisme juga melibatkan pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Siswa didorong untuk tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga untuk mengevaluasi, menganalisis, dan menyintesis informasi tersebut. Hal ini memungkinkan mereka untuk menghasilkan pemikiran yang orisinal dan solusi yang inovatif terhadap masalah yang kompleks.
- Â
- Tujuan lainnya adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah secara mandiri. Dengan menekankan pada proses pembelajaran yang aktif dan mandiri, siswa diajak untuk mengambil inisiatif dalam menemukan solusi untuk masalah yang mereka hadapi.[2] Guru berperan sebagai pembimbing yang memberikan dukungan dan arahan, namun pada akhirnya, siswa diharapkan dapat memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri untuk menyelesaikan masalah tersebut.Â
- Â
- Selain itu, tujuan belajar konstruktivisme juga mencakup pengembangan kemampuan kolaboratif dan komunikatif siswa. Dalam lingkungan pembelajaran konstruktivis, siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesama mereka dalam diskusi, proyek kolaboratif, dan aktivitas berbasis kelompok lainnya. Hal ini tidak hanya membantu mereka membangun pemahaman bersama tentang konsep-konsep tertentu, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial yang penting untuk kesuksesan di dunia nyata.
- Tujuan belajar konstruktivisme adalah untuk membentuk siswa yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang kuat dalam bidang akademis tertentu, tetapi juga memiliki keterampilan berpikir kritis, kreatif, mandiri, dan sosial yang diperlukan untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang sukses dan berkontribusi dalam masyarakat Â
- Aliran belajar konstruktivisme memiliki beberapa tujuan utama dalam proses belajar mengajar, yaitu:
1. Membangun Pengetahuan dan Pemahaman yang Mendalam:
- Siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman dan refleksi.
- Pengetahuan yang dibangun diharapkan lebih kuat dan tahan lama karena dihubungkan dengan pengalaman dan pemahaman pribadi siswa.
2. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif:
- Siswa didorong untuk mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara kritis.
- Mereka juga didorong untuk mencari solusi kreatif untuk masalah dan menghasilkan ide-ide baru.
3. Meningkatkan Keterampilan Memecahkan Masalah:
- Siswa belajar bagaimana menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah nyata dalam kehidupan.
- Mereka mengembangkan kemampuan untuk berpikir logis, sistematis, dan strategis dalam menyelesaikan masalah.
4. Mendorong Kemandirian Belajar:
- Siswa belajar untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
- Mereka mengembangkan kemampuan untuk mencari informasi, mengatur waktu, dan mengelola diri sendiri dalam belajar.
5. Meningkatkan Motivasi dan Keterlibatan Belajar:
- Siswa lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
- Mereka merasa lebih bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri dan lebih tertarik dengan materi pelajaran.
6. Mengembangkan Pembelajar Seumur Hidup:
- Siswa belajar bagaimana belajar secara mandiri dan efektif.
- Mereka mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk terus belajar sepanjang hidup mereka.
Secara keseluruhan, tujuan belajar menurut aliran belajar konstruktivisme adalah untuk membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri, kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah. Pendekatan ini menekankan pentingnya pengalaman, refleksi, dan interaksi dalam membangun pengetahuan dan pemahaman yang mendalam.
- Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Konstruktivisme
- Teori belajar konstruktivisme memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
1. Meningkatkan Motivasi dan Keterlibatan Belajar:
- Siswa lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
- Mereka merasa lebih bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri dan lebih tertarik dengan materi pelajaran.
2. Membangun Pengetahuan dan Pemahaman yang Mendalam:
- Siswa tidak hanya menghafal informasi, tetapi secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman dan refleksi.
- Pengetahuan yang dibangun diharapkan lebih kuat dan tahan lama karena dihubungkan dengan pengalaman dan pemahaman pribadi siswa.
3. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif:
- Siswa didorong untuk mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara kritis.
- Mereka juga didorong untuk mencari solusi kreatif untuk masalah dan menghasilkan ide-ide baru.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!