Pengalaman pertama di undang upacara minum teh di The Japan Foundation yang beralamat di Gedung Summitmas 2 1st - 2nd Floor, Jl. Jend. Sudirman Kavling 61-62, RT.5/RW.3, Senayan, Kebayoran Baru, South Jakarta City, Jakarta selatan ini seru juga loh, Upacara minum teh yang di sebut sado, chado, jalan the adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Pada zaman dulu disebut chat Upacara minum teh yang diadakan di luar ruangan disebut nodate.
Teh tidak hanya dituang dengan air panas dan diminum, tetapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum the dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut.
Seni upacara minum teh ternyata memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.
Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding , bunga , dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang.
Pada umumnya, upacara minum teh menggunakan teh bubuk matcha yang dibuat dari teh hijau yang digiling halus. Upacara minum teh menggunakan matcha disebut matchad, sedangkan bila menggunakan teh hijau jenis sencha disebut senchad.
Dalam percakapan sehari-hari di Jepang, upacara minum teh cukup disebut sebagai ocha (teh). Istilah ocha no keiko bisa berarti belajar mempraktikkan tata krama penyajian teh atau belajar ketiket sebagai tamu dalam upacara minum teh.
Sampai di awal zaman Edo, ahli upacara minum teh sebagian besar terdiri dari kalangan terbatas seperti daimyo dan pedagang yang sangat kaya. Memasuki pertengahan zaman Edo, penduduk kota yang sudah sukses secara ekonomi dan membentuk kalangan menengah atas secara beramai-ramai menjadi peminat upacara minum teh.
Rahasia upacara minum the, Rahasia pertama : Buddhisme Zen mungkin dapat disebut sebagai pendiri upacara minum teh seperti yang dipraktikkan hari ini di Jepang. Dua orang pertama yang membawa teh dan ritual penyajiannya dari Tiongkok adalah para biksu Buddha. Masing-masing dari mereka berbuat banyak untuk membangun bagian-bagian berbeda dari upacara yang kita kenal sekarang.
Turis dan orang luar dapat menonton, bahkan mengambil bagian dalam, ritual minum teh Jepang tanpa mempelajari pesan esoteriknya, aspek utama dari upacara minum teh melibatkan harmoni, rasa hormat, kemurnian dan ketenangan.
Aspek bagian dalam upacara minum teh menekankan kesederhanaan dan kealamian. Kedua kualitas inilah yang memberi bentuk luar dari upacara ini penampilan tanpa hiasan, tenang, sederhana. Bagian luar dari upacara minum teh menekankan konsep Jepang "sabi," atau kehidupan materi. Seseorang memperhatikan karakteristik ini ketika melihat bahan-bahan tua yang lapuk yang mengelilingi ruang teh. Mereka adalah pengingat bahwa eksterior kita, kehidupan fisik hanyalah hal sementara yang akan membusuk dan akhirnya pergi, Dengan memahami keniscayaan ketidak kekalan  yang tak terhindarkan dan kesederhanaan batin kita , seseorang dapat tumbuh menuju keadaan kesadaran bahkan dalam kehidupan ini. Para pecinta sejati upacara minum teh cenderung melihatnya sebagai latihan keagamaan , dan tidak kurang dari itu.