Mohon tunggu...
Sahrudin
Sahrudin Mohon Tunggu... Human Resources - time is shot just enjoy the moment and doing something good

I love traveling

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Beratnya Hidup Anak-anak Ekspat Indonesia di Luar Negeri

12 Juni 2016   07:13 Diperbarui: 13 Juni 2016   11:09 3013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya ada undangan buka puasa bersama di kedutaan republic Indonesia di Bahrain senang rasanya bertemu sesama orang Indonesia yang jumlahnya limited edition, terutama melihat anak-anak kecil yang bermain gembira dan berinteraksi dengan teman-temanya, bahasa yang mereka gunakan kado-kado bahasa inggris dan bahasa Indonesia tapi ada juga anak kecilnya yang tidak bisa bahasa Indonesia, ini yang kita sebut dengan third culture kid ( TCT ) kalau saya ATCK (Adult Third Culture kid)

Anak budaya ketiga adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak-anak yang dibesarkan dalam budaya di luar budaya orang tua mereka, definisi ini tidak dibatasi untuk menggambarkan hanya anak-anak , tapi bisa juga dapat digunakan untuk menggambarkan orang dewasa yang telah memiliki pengalaman menjadi ATCK (Adult Third Culture Kids).

Pengalaman menjadi TCK lumayan unik karena individu-individu ini bergerak antara budaya sebelum mereka memiliki kesempatan untuk sepenuhnya mengembangkan identitas pribadi dan budaya mereka, Budaya pertama anak mengacu pada budaya negara dari mana orang tua berasal , budaya kedua mengacu pada budaya di mana keluarga saat ini berada , dan budaya ketiga mengacu pada penggabungan dua budaya tersebut .

Anak yang tumbuh di budaya ke ketiga hidup sangat menarik tumbuh di luar negeri dalam budaya yang berbeda dengan orang tuanya. Pengalaman ini sangat sulit untuk menjelaskan kepada orang-orang yang belum pernah mengalami situasi seperti mereka.

Semisal orang tuanya yang bekerja di perusahaan-perusahan asing di luar negri atau anak-anak diplomat yang harus ikut bapaknya pindah-pindah Negara dari Indonesia ke Mexico, hidup di mexico 5 tahun, dari Mexico pindah ke German 7 tahun, dari German pindah lagi ke United State 10 tahun, Sering juga saya bertemu teman-teman yang misalnya ibunya dari Filipin bapaknya dari spanyol  tapi hidup di Bahrain atau bapaknya dari UK,  ibunya dari Indonesia tapi hidup di Qatar.    

ekspat kids
ekspat kids
Nah kita bisa bayangkan anak kecil yang tumbuh di budaya berbeda sampai dia dewasa pastinya mereka memiliki banyak kesulitan-kesulitan yang harus di hadapi, Bertemu anak-anak internasional lainnya dan bergabung dengan jaringan ekspat terasa seperti bersatu kembali dengan teman-teman lama yang pernah hilang. Mereka dan saya tidak sendirian ada banyak orang yang mengalami situasi sulit ini  berikut beberapa hal kesulitan menjadi anak ekspatriat. 

Menjawab pertanyaan "where are you from?"

Biasanya di form–form resmi si anak harus menulis asal Negara atau tempat tanggal lahir, si anak harus menjelaskan lebih mendalam soal itu, Ini adalah hal lumayan menguras saraf otak dan biasanya membutuhkan penjelasan mendalam soal kisah hidup, yang melelahkan ketika orang tua si anak dari dua negara yang berbeda.

Bahkan kebingungan ketika mengisi alamat rumah pada dokumen resmi karna sering pindah–pindah flat atau apartment, bingung harus mengisi alamat tempat tinggal yang mana, biasanya alamat rumah di berikan pertama kalinya oleh sponsor atau perusahaan yang ada di document atau resident permit, kalau tidak suka dengan tempat tinggal yang di berikan perusahaan kita bisa pindah tapi bagiman dengan alamat rumah kita?

Nah itu dia ada procedure panjang untuk meng-updatenya, yang terkadang  sudah meng update pun pihak bank atau tagihan listrik dan document penting lainya suka nyasar ke alamat tempat tinggal yang lama, kita yang sudah dewasa saja suka bingung bagimana dengan anak-anak yang masih kecil.

Apalagi ketika kita berada di public transportation di mana kita sedang “bad mood” untuk berkenalan dan di ajak ngobrol soal where are you from? are u from Philippines , Thailand , china ? terserah deh loh gw lagi males ngomong lol….

Belajar Internasional Aksen

Berbicara bahasa inggris yang baik dan benar gampang-gampang susah sekalipun yang sudah tinggal di luar negeri dan hidup di lingkungan yang berbahasa international  terutama soal aksen mau ikut American aksen atau “your own accent “, biasanya anak-anak Indonesia yang sudah lama di luar negri  memiliki aksen yang baik menurut pengalaman saya orang yang di lahirkan di tahun 1980 an ke bawah  mereka lebih cepat belajar perubahan accent sementara kelahiran tahun 1979 ke atas agak susah untuk menyesuaikan tergantung berapa lama tingal di luar negri, lingkungan tempat dia bermain dan acara TV mana yang di tonton tentunya ini akan mempengaruhi perkembangan bahasa dan juga accent.

Dari accent ini kita bisa mengenal orang asalnya dari mana sekalipun belum kenalan “ where are you from” Italy , spanyol , china, korea , Thailand , Philippines, india , British, Arab  atau united state.

ekspat kids
ekspat kids
Mixing Up Languages atau Pencampuran bahasa

Mengingat si anak sudah tinggal di beberapa negara  mungkin berbicara setidaknya dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa inggris dengan lancar yang pada akhirnya mencampurkan bahasa tersebut bersama-sama tanpa mereka sadari, siapa yang tidak kenal Cinta Laura anak yang hidup di third culture kids yang gaya bahasa dan aksennya anda tahu sendiri yang tidak paham kondisi cinta pasti membully-nya padahal dia sendiri berusaha dan bekerja keras untuk bisa cepat beradaptasi, ada anak atau orang yang bisa cepat beradaptasi ada yang butuh proses, jangan langsung memponis gaya-gayaan loh dengan anak yang third culture kids ini.

Saya hidup di lingkungan sunda akan tetapi sejak kuliah tidak tinggal di rumah jarang sekali mengunakan bahasa sunda karna lingkungan di mana saya tingggal bahasa Indonesia dan kebetulan jurusan kuliah yang saya ambil program bahasa inggris , 90 % mata pelajaran di tempat kuliah baca, tulis dan percakapan mengunakan bahasa Indonesia dan inggris kemudian saya bekerja di Qatar kurang lebih 6 tahun sudah terkikislah ingatan saya bagaimana mengunakan bahasa sunda kelemahan saya adalah sering “wrong spelling” baik dalam bahasa Indonesia atau bahasa inggris.

Sekarang di tempat saya bekerja mengunakan 3 bahasa, arab, English dan hindi semakin gado-gadolah pengunaan bahasa saya.. ha ha ha ha ha ha Ada banyak kasus anak-anak indoesia yang hidup di luar negri punya masalah complex dengan bahasa.

Merencanakan Liburan

Liburan Natal atau libur lebaran kemanakah anda akan pergi ini sangat complex bagi anak-anak ini, apakah mengunjungi kakenya di Indonesia atau di German, mereka pun akan merasa malas untuk mengunjungi Indonesia atau German karna tidak memiliki teman atau keluarga dekat yang mungkin dengan keluarga dari pihak ibu dan bapak tidak terlalu dekat karna keterbatasan komunikasi dan lain-lain, setelah si anak di berada di universitas atau bekerja di luar negeri, liburan ini menjadi lebih dari sebuah perjuangan untuk merencanakan, Dengan keluarga antara dua atau tiga negara dan teman-teman di hampir di setiap benua , ketika memiliki beberapa hari libur kerja, hampir tidak mungkin untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus di kunjungi.

Teman dan hubungan Jarak Jauh

Anak –anak yang hidup dan kuliah di luar negri mereka paham betul arti sebuah persahabantan, setelah lulus kuliah atau sekolah mereka sering kali harus kehilangan sahabat dekatnya mereka akan pulang kenegaranya masing-masing, mereka jauh dari teman-teman masa kecil dan juga keluarga. Banyak anak-anak Indonesia yang orang tuanya bekerja di Qatar berpuluh-puluh tahun, sementara si anak kuliah di Australia, German, UK atau di America, yang pada akhirnya merekapun harus jauh dari orang tuanya dan akan bertemu 1 tahun sekali atau barang kali tidak bertemu sampai mereka lulus kuliah mengingat persoalan biyaya dan yang lainya,  Syukurlah saat ini ada social media yang bisa mempermudah komunikasi seperti  Skype atau  WhatsApp atau media lainya  Setidaknya anak third culture ini bisa komunikasi dengan keluarga, teman atau pacarnya.

Sering mendapatkan pertanyaan konyol

Mereka : Kerja di mana?

Sahrudin : di Qatar

Sahrudin : Bahrain

Mereka : oh TKW gak di siksa-siksa gituh kan loh gak di strika kan?

Mereka : sering naik onta dong makan sate onta juga ???

Mereka : beeh di arab gede-gede yah ( pala loh gede )

Mereka : Bahrain di mana sih ?

pertanyaan
pertanyaan
Travel Suatu Keharusan

ATCK - Adult Third Culture kid  ini biasanya suka bepergian ke negara lain, Setelah tinggal di luar negeri dengan keragaman budaya, sejarah dan bertemu banyak orang, keingin tahuan tentang budaya Negara lain yang menurut mereka menarik di tambah ada teman kuliah atau sekolah di negara tujuan setiap ada kesempatan liburan biasanya anak-anak ini tidak akan melewatinya untuk tidak bepergian keluar Negara di mana mereka sudah tinggal dan bekerja.

Paspor dan Imigrasi

Memiliki beberapa paspor dapat benar-benar bermanfaat, terutama bagi mereka yang memiliki kewarganegaraan ganda di negara-negara yang membutuhkan visa, yang memungkinkan mereka untuk tidak perlu antrian panjang dan mengerikan di imigrasi bandara tapi sayangnya tidak berlaku untuk warga Indonesia yang harus antri dan report untuk mengurus  visa ketika ingin bepergian ke Eropa, Amerika atau Kanada  dan negara-negara lainya.

Sekalipun Presiden Jokowi berjanji akan mendorong pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Dwi Kewarganegaraan bagi anak hasil perkawinan campur Atau warga Indonesia yang sudah settle hidup di luar negri hal ini disampaikan Jokowi saat bertemu masyarakat dan diaspora Indonesia di Wisma Tilden Washington DC, Amerika Serikat beberapa saat yang lalu.

Mata uang yang berbeda dan biaya hidup

Ketika saya pertama kali datang ke Qatar dan mendapatkan gajian pertama ingin membeli barang ini dan itu tidak lupa untuk membawa calculator berapa rupiah untuk harga di Indonesia, cukup kaget ..kok mahal tapi setelah sekian lama, sudah terbiasa kalau perlu mau beli ya beli ajah tanpa harus report memikirkan harga di Indonesia ha ha ha ha  , saya yakin hal ini sering terjadi pada orang-orang yang mungkin baru bekerja di luar negri..ketika kita pulang ke indonesiapun kaget lagih harga T-shit 100 ribu sampai 500 ribu banyak amat, parkiran bayar juga, masuk toilet bayar juga ha ha ha ha

berikut video hasil rekaman saya dengan anak anak indonesia di Bahrain:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun