Mohon tunggu...
Sahrudin
Sahrudin Mohon Tunggu... Human Resources - time is shot just enjoy the moment and doing something good

I love traveling

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Beratnya Hidup Anak-anak Ekspat Indonesia di Luar Negeri

12 Juni 2016   07:13 Diperbarui: 13 Juni 2016   11:09 3013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar Internasional Aksen

Berbicara bahasa inggris yang baik dan benar gampang-gampang susah sekalipun yang sudah tinggal di luar negeri dan hidup di lingkungan yang berbahasa international  terutama soal aksen mau ikut American aksen atau “your own accent “, biasanya anak-anak Indonesia yang sudah lama di luar negri  memiliki aksen yang baik menurut pengalaman saya orang yang di lahirkan di tahun 1980 an ke bawah  mereka lebih cepat belajar perubahan accent sementara kelahiran tahun 1979 ke atas agak susah untuk menyesuaikan tergantung berapa lama tingal di luar negri, lingkungan tempat dia bermain dan acara TV mana yang di tonton tentunya ini akan mempengaruhi perkembangan bahasa dan juga accent.

Dari accent ini kita bisa mengenal orang asalnya dari mana sekalipun belum kenalan “ where are you from” Italy , spanyol , china, korea , Thailand , Philippines, india , British, Arab  atau united state.

ekspat kids
ekspat kids
Mixing Up Languages atau Pencampuran bahasa

Mengingat si anak sudah tinggal di beberapa negara  mungkin berbicara setidaknya dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa inggris dengan lancar yang pada akhirnya mencampurkan bahasa tersebut bersama-sama tanpa mereka sadari, siapa yang tidak kenal Cinta Laura anak yang hidup di third culture kids yang gaya bahasa dan aksennya anda tahu sendiri yang tidak paham kondisi cinta pasti membully-nya padahal dia sendiri berusaha dan bekerja keras untuk bisa cepat beradaptasi, ada anak atau orang yang bisa cepat beradaptasi ada yang butuh proses, jangan langsung memponis gaya-gayaan loh dengan anak yang third culture kids ini.

Saya hidup di lingkungan sunda akan tetapi sejak kuliah tidak tinggal di rumah jarang sekali mengunakan bahasa sunda karna lingkungan di mana saya tingggal bahasa Indonesia dan kebetulan jurusan kuliah yang saya ambil program bahasa inggris , 90 % mata pelajaran di tempat kuliah baca, tulis dan percakapan mengunakan bahasa Indonesia dan inggris kemudian saya bekerja di Qatar kurang lebih 6 tahun sudah terkikislah ingatan saya bagaimana mengunakan bahasa sunda kelemahan saya adalah sering “wrong spelling” baik dalam bahasa Indonesia atau bahasa inggris.

Sekarang di tempat saya bekerja mengunakan 3 bahasa, arab, English dan hindi semakin gado-gadolah pengunaan bahasa saya.. ha ha ha ha ha ha Ada banyak kasus anak-anak indoesia yang hidup di luar negri punya masalah complex dengan bahasa.

Merencanakan Liburan

Liburan Natal atau libur lebaran kemanakah anda akan pergi ini sangat complex bagi anak-anak ini, apakah mengunjungi kakenya di Indonesia atau di German, mereka pun akan merasa malas untuk mengunjungi Indonesia atau German karna tidak memiliki teman atau keluarga dekat yang mungkin dengan keluarga dari pihak ibu dan bapak tidak terlalu dekat karna keterbatasan komunikasi dan lain-lain, setelah si anak di berada di universitas atau bekerja di luar negeri, liburan ini menjadi lebih dari sebuah perjuangan untuk merencanakan, Dengan keluarga antara dua atau tiga negara dan teman-teman di hampir di setiap benua , ketika memiliki beberapa hari libur kerja, hampir tidak mungkin untuk memutuskan apa yang harus dilakukan dan siapa yang harus di kunjungi.

Teman dan hubungan Jarak Jauh

Anak –anak yang hidup dan kuliah di luar negri mereka paham betul arti sebuah persahabantan, setelah lulus kuliah atau sekolah mereka sering kali harus kehilangan sahabat dekatnya mereka akan pulang kenegaranya masing-masing, mereka jauh dari teman-teman masa kecil dan juga keluarga. Banyak anak-anak Indonesia yang orang tuanya bekerja di Qatar berpuluh-puluh tahun, sementara si anak kuliah di Australia, German, UK atau di America, yang pada akhirnya merekapun harus jauh dari orang tuanya dan akan bertemu 1 tahun sekali atau barang kali tidak bertemu sampai mereka lulus kuliah mengingat persoalan biyaya dan yang lainya,  Syukurlah saat ini ada social media yang bisa mempermudah komunikasi seperti  Skype atau  WhatsApp atau media lainya  Setidaknya anak third culture ini bisa komunikasi dengan keluarga, teman atau pacarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun