Superhero yang Overpower, Villain yang Underpower. overall 6/10
Film terakhir dari X-Men Saga, Dark Phoenix akhirnya menghiasi layar lebar. Film yang mengangkat jagoan komik ke bentuk live action ini termasuk film yang paling ditunggu para penggemar komik.Â
Mengingat seri terakhir film X-Men:Apocalypse di tahun 2016 dan spin-off Logan di tahun 2017 lalu cukup memuaskan dan menegangkan, Film Dark Phoenix memang diharapkan mampu memberikan final penutup yang spektakuler. Memusatkan cerita pada sosok Jean Gray, sebagai mutan paling kuat di jagad raya, besar harapan penggemar franchise ini akan diberikan pertunjukan yang sempurna dan memuaskan.
Sayangnya, tak lama pasca dirilis di bioskop, film ini mendapat kritik pedas. Dari berbagai review online, film Dark Phoenix mendapatkan rating yang sangat rendah dan bahkan paling rendah dari semua film series X-Men!. Sebagai film terakhir, Dark Phoenix memang memikul beban besar akan ekspektasi dari penonton, tampaknya review negative di berbagai platform membuat film ini terbilang gagal untuk menjaga eksistensi franchise X-Men. Lalu, mengapa demikian?
Berikut ini beberapa ulasan yang menjadi faktor mengapa Dark Phoenix kurang maksimal dan 'mengecewakan'.
- Tayang setelah film Captain Marvel dan Avenger: End Game
Apa hubungannya? Kedua film ini mengangkat tokoh-tokoh komik Marvell. Sama-sama franchise besar dan sama-sama sebagai film penutup, dan tayang di tahun yang sama jadi sudah pasti dibandingkan. Lalu , ada alasan mengapa ini menjadi top reason yang 'mengutak-atik kesuksesan film Dark Phoenix.Â
Kekuatan maha dahsyat Jean Gray ketika menjadi sosok Phoenix seutuhnya sangat identik dengan apa yang kita lihat pada diri Captain Marvel. Sama-sama menyerap elemen asing yang membuat keduanya memiliki super power.Â
Teknologi CGI di kedua film luar biasa, dan melihat Captain Marvel untuk pertama kalinya terbang ke luar angkasa dengan kecepatan cahaya serta tubuhnya yang bersinar membuat penonton merasa disuguhi superhero yang sangat dahsyat. It was WOW!
Nah, sebenarnya tampilan Jean Gray sebagai Phoenix sangat memukau dan kekuatannya sangat luar biasa. Melihat performa kedua tokoh komik ini dalam live action, tampaknya Jean Gray dalam bentuk Phoenix akan mudah mengalahkan Captain Marvel. Tapi, penonton sudah terlanjur mengenal Captain Marvel duluan. Jadi kemunculan Phoenix di layar lebar terasa biasa.
Lalu film Dark Phoenix dan Avengers:Endgame merupakan dua film penutup dari seri masing-masing. Nahas untuk Dark Phoenix, Endgame duluan rilis dan meninggalkan kesan yang sangat kuat di hati penggemar komik. I mean, what can beat that kind of ending?
- Superhero yang overpower versus Villain yang terlalu biasa
Oke, jadi di film terakhir ini, semua pahlawan X-Men yang tersisa bersatu melawan alien ras D'Bari yang dipimpin Vuk. Alien ini memang kuat dan anti peluru sangat susah mati.Â
Daya tahan yang luar biasa dan mampu menyerap tubuh dari mangsanya, hingga menyerupai mereka. Terdengar tidak asing bukan? Nah, lagi-lagi alien ini mengingatkan kita pada ras Skrull di film Captain Marvel. Dan tak ada eksposure yang dalam dari villain ini, hanya sebatas alien yang jahat dan ingin menguasai bumi.Â
Dan dengan kekuatan yang variatif dari X:Men, rasanya tak sulit menghadapi mereka. Bahkan saat Vuk berhasil menyerap sebagian kekuatan Phoenix dari diri Jean Gray, masih saja tak ada perlawanan sengit saat melawan Jean Gray. Jadi kekuatan dahsyat Jean Gray tak tersalurkan secara maksimal di film ini. Â Sehingga sulit menemukan adegan pertarungan yang setidaknya menjadi trade mark dari film penutup ini.
- Kematian Mystique dan drama yang gagal
Well, Mystique memang tak memiliki banyak waktu di film terakhir ini. Sebagai salah satu original member dari X-Men, kematian Mystique sudah seharusnya menjadi hal yang besar dan dikenang atau katakanlah bisa dimanfaatkan sutradara untuk menularkan kesedihan kepada penonton.Â
Sayangnya, hambar!. Kematian yang terasa terlalu dipaksakan dan terburu-buru, membuat penonton tak sadar akan ketidakhadiran Mystique di film ini. Film malah lebih fokus pada Charles Xavier dan masa lalu Jean, jadi slot drama kematian Mystique terabaikan.
- Tidak ada Disclosure yang jelas anggota X-Men yang lain
Sebagai film penutup saga X-Men, film Dark Phoenix memang diharapkan mampu merangkum semua misteri yang terjadi di X-men selama ini. Katakan saja, adegan singkat yang mengungkapkan bahwa Qucksilver adalah anak dari Magneto seperti pernah diungkapkan di Apocalypse (2016), ini tentu saja momen paling ditunggu penggemar.Â
Sayang, hingga film ini berakhir, tak ada satupun sisi anggota X-Men lain yang terkuak. Durasi yang terlalu singkat, atau plot cerita yang terlalu bertele-tele membuat film ini gagal menciptakan momen yang akan susah dilupakan penggemar. Daripada menyebut sebagai film akhir seri X-Men, film Dark Phoenix lebih cocok sebagai spin-off atau sekuel solo dari Jean Gray, karena anggota X-Men lain di film ini bisa dikatakan kurang terlibat.
- Plot cerita yang ambigu
Jadi jika menyimak film sebelumnya X-Men : Apocalypse tahun 2016, Jean Gray di akhir cerita berhasil memaksimalkan kekuatannya dan menjadi phoenix ketika mengalahkan Apocalypse yang jadi super villain waktu itu. Lalu, kembali ke film ini, kekuatan Jean Gray malah di awal film tidak ada.Â
Kemudian dengan tiba-tiba saat perjalanan penyelamatan astronot ke luar angkasa, kekuatan Phoenix baru muncul saat dirinya menyerap elemen phoenix. Lalu, kekuatan apa yang dimiliki Jean di akhir film Apocalypse? Ini yang membuat plot nya jadi terasa ambigu dan tidak jelas.
Itulah beberapa faktor yang membuat film ini jadi terasa garing dan kurang menggigit. Sehingga mendapat sangat banyak ulasan negatif. Beruntung teknologi CGI yang sangat canggih disertai actor-aktor besar seperti Jennifer Lawrence, Sophie Turner, Jessica Chastein, James McAvoy dan Michael Fasbender dengan kualitas akting yang mumpuni mampu sedikit membuat penonton lupa betapa biasanya plot yang diceritakan di film ini.
Overall, film Dark Phoenix tetap bisa dinikmati terlebih bagi para penggemar komiknya. Karena bagaimana bisa melewatkan film ini, jika anda pecinta X: Men sejati? Hanya saja, ekspektasi jangan terlalu tinggi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H