Film biografi sudah menjadi salah satu genreyang banyak dilirik dan cukup popular diangkat ke layar lebar tanah air. Sineas lokal sudah sering memproduksi film dengan mengangkat kisah-kisah inspiratif tokoh nasional mulai dari pahlawan, mantan presiden hingga sosok terkenal lainnya. Diantaranya Tjoet Nja’ Dhien (Christine Hakim,1988), Sang Pencerah/Ahmad Dahlan(Lukman Sardi, 2010), Habibie & Ainun (Reza Rahadian-Bunga Citra Lestari, 2012), Sokola Rimba (Prisia Nasution,2013), Soekarno:Indonesia Merdeka (Ario Bayu, 2013), Athirah (Cut Mini, 2016) dan masih banyak lagi.Â
Film yang menggambarkan perjuangan inspiratif tokoh-tokoh utamanya ini selalu memiliki sisi historis yang sarat makna dan teladan hidup bagi penontonnya. Walau sebagian besar kisah mereka bisa dibaca melalui buku-buku, namun aplikasi di layar kaca memang tetap menarik untuk ditunggu. Terbukti film-film biografi ini masih tetap mampu mengumpulkan banyak penonton, sebut saja Habibie Ainunyang sukses secara komersil dengan mengumpulkan 4,5 juta lebih penonton, seri prekuelnya tahun lalu yakni Rudy Habibiejuga sukses ditonton lebih dari 2 juta orang. Tak hanya sukses secara komersil, film biopic ini juga rata-rata mendulang banyak prestasi. Sebut saja Athirahyang tahun lalu memborong 6 piala citra sekaligus menjadi film terbaik FFI 2016.
Kesuksesan film biopik memang membuktikan kecintaan masyarakat terhadap sejarah. Kepekaan socsal terhadap kisah inspiratif dan bisa jadi keingintahuan akan perjuangan keras para tokoh yang diangkat hingga menjadi sukses kemudian. Maka tak heran Sineas Indonesia masih memproduksi film sejenis. Di bulan April ini erat hubungannya dengan salah satu sosok perempuan paling popular dalam sejarah nasional di Indonesia.Â
Tepat per-21 april, Hari Kartini dirayakan demi menghargai perjuangan Raden Ajeng Kartini, gadis Jepara yang memiliki tujuan mulia menyetarakan hak semua orang dalam mendapatkan pendidikan. Perjuangan RA Kartini ini memang menjadi pergerakan terutama bagi kaum Perempuan untuk mendapatkan hak pendidikan yang setara dengan laki-laki. Diskriminasi perempuan Jawa yang dulunya hanya di dapur dan menunggu pinangan pria menjadi latar belakang perjuangan RA Kartini. Surat-suratnya yang kini dikemas dalam sebuah buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang menyuarakan perjuangan keras Kartini hingga perempuan Indonesia sekarang lebih modern dan berpendidikan yang layak.
Sosok Kartini yang begitu fenomenal kemudian diangkat ke layar lebar dan mendadak menjadi salah satu film lokal paling ditunggu awalnya. Kepopuleran Kartini diimbangi dengan komposisi aktris dan aktor pemerannya. Dian Sastro didapuk menjadi RA Kartini, Christine Hakim Ngasirah,Acha Septriasa sebagai Roekmini,Ayushita sebagai Kardinah. Tak cukup hanya itu sejumlah nama besar dunia perfilman Indonesia seperti Reza Rahadian, Adinia Wirasti, Djenar Maesa Ayu,Rianti Cartwright, Nova Eliza, Denny Sumargo hingga Dwi Sasono turut meramaikan ‘film besar’ ini.Â
Dibintangi A-Listselebriti Indonesia, sudah pasti Hanung Bramantyo sebagai sutradara dari film ini memberikan ekspektasi besar akan kesuksesan film biopiknya ini. Lagipula siapa yang tak ingin menyaksikan RA Kartini yang direinkarnasi melalui sosok Dian Sastro? Kemunculan aktris yang satu ini memang sudah menjadi salah satu most anticipated comebackdi layar bioskop Indonesia. Kesuksesan film AADC 2 tahun lalu yang mengumpulkan 3,6 juta lebih penonton menjadi bukti kuat bahwa Dian Sastro cukup ditunggu aktingnya.
Kenyataannya film ini terbilang gagal bersaing dengan film lokal yang tayang hamper bersamaan seperti Danur , The Guysbahkan Stip & Pensilyang baru tayang sudah meraih 200ribuan penonton. Cukup mustahil menyamai film biografi lainnya seperti Sang Kiai, rudy Habibie , Habibie Ainun.Untuk menyamai film biografi motivator Merry Riana: Mimpi Sejuta Dolar (2014) akan sedikit susah yang versi filmindonesia.or.idsudah ditonton 710 ribu lebih penonton.
Video Viral Dian Sastro
Efek video tersebut cukup dahsyat dan banyak netizen yang membabi buta menyampaikan kekecewaanya terhadap idola. Inilah yang disebut sebagai salah satu factor menurunnya jumlah penonton film biopik ini. Sikap Dian Sastro yang dianggap sombong ini dinilai netizen sangat tidak layak mencerminkan sosok Kartini yang terhormat, santun dan cerdas. Miris bukan?
Pada akhirnya Dian Sastro sebenarnya sudah memberikan penjelasan tentang video tersebut. Alasan gerakan refleks dan respon tak sengaja menjadi defens sang aktris, namun tetap saja perolehan penonton tak cukup untuk mengangkat film RA Kartini ini. Dian Sastro yang dulu dipuja semenjak memerankan tokoh Cintadi film Ada Apa Dengan Cinta terlanjur kehilangan simpati dari fans.
Efek luar biasa dari video viral tersebut sebenarnya cukup konyol dan sangat disayangkan. Mengingat kualitas film ini apalagi mengangkat perjuangan seorang pahlawan perempuan yang dipastikan sarat nilai teladan dan inspiratif bagi seluruh masyarakat. Akan tetapi cara pandang sebagian besar masyarakat yang kesulitan membedakan dunia film dan realita kehidupan para selebritis menimbulkan penilaian yang salah.Â
Masyarakat terlalu mengidentikkan pemeran film dengan sosok aslinya sehingga menjadikan ekspektasi berlebihan terhadap si selebritis. Kasus Dian Sastro misalnya yang cukup sepele, selain menjadi aktris (baca:pemeran Kartini), dian sastro tetap orang biasa yang sama dengan kita. Namun ekspektasi masyarakat malah menyamakan figure Kartini yang dinilai salah diperankan Dian Sastro hanya karena kasus sepele. Sangat miris, namun tak bisa dipungkiri perspektif ini memang masih subur dilingkungan masyarakat.
Over all,film Kartini ini memang sangat layak untuk ditonton bersama keluarga. Sangat inspiratif disokong kemampuan acting yang mumpuni dari para pemainnya. Terlepas dari kontroversinya, Kartini tetap menjadi satu film yang cukup berkesan dan berkualitas. Semoga semakin banyak lagi film biopik yang berkualitas di layar lebar Indonesia. SELAMAT MENONTON!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H