Beruntungnya kami memiliki seorang Pak Ahok yang suatu saat nanti diceritakan kepada anak cucu perjuangannya menanggalkan diskriminasi di negara ini. Maka dari itu, Pak Ahok tak boleh menyerah dan harus tetap berjuang turut serta merevolusi mental masyarakat yang tidak bisa dipungkiri masih banyak yang primitif. Karena negara ini adalah negara Hukum dengan azas Pancasila dan UUD 1945 bukan negara Agama yang mengadopsi hukum Arab Saudi.
Pak Ahok menjadi lambang keberanian dari kaum minoritas untuk meraih mimpi dan cita-cita apapun di negara ini. Perjuangan Pak Ahok mungkin akan menjadi lentera bagi siapapun dari suku apapun dan agama apapun untuk lantang berteriak ingin menjadi Gubernur, Menteri atau Presiden. Maka jangan pernah berhenti, jangan menyerah karena banyak orang yang masih peka dengan keadilan di negara ini. Walau tak perlu turun ke jalan dengan mengumpulkan semua anggota bayaran tanpa ongkos pulang, saya percaya masih banyak orang baik yang mengatasnamakan keadilan di atas segalanya. Dari supir taksi, tukang parkir, ibu-ibu di pasar hingga artis tak ragu mendeklarasikan dukungan walaupun status Pak Ahok yang sekarang.
Nah, sebelum surat curahan opini saya ini makin panjang, mungkin hanya doalah yang tulus mampu saya panjatkan kepada-Nya, semoga Pak Ahok dan keluarga selalu diberkati dan diberi kekuatan. Oh ya, sambil menulis surat yang berantakan ini saya mendengarkan lantunan merdu suara anak kecil bernama Justin Faith yang menyanyikan sebuah lagu penguatan untuk Pak Ahok. Merdu suaranya, dan di sela-sela iringan musiknya saya semakin yakin Pak Ahok adalah satu-satunya Tersangka yang paling tak layak dengan status tersebut. Akhirnya selamat berjuang Pak Ahok, Doa kami menyertai jalan Bapak.
Satu hati dari Jutaan manusia yang mengidolakanmu,
 
 
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H