Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Realitas Pacaran ala AADC, Sebab Mengapa Kita Mabuk Cinta!

28 Mei 2016   13:06 Diperbarui: 28 Mei 2016   18:10 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Ada Apa Dengan Cinta 2 benar-benar menjadi sensasi di perfilman Indonesia tahun ini. Sekuel berjudul sama yang digarap oleh Mira Lesmana dan Riri Riza di tahun 2002 ini sukses melampaui prekuelnya yang tembus 2.7 juta penonton, film terbaru Miles Film ini telah mengukuhkan posisinya sebagai film terlaris tahun ini dengan jumlah penonton 3,6 juta sampai bulan Mei 2016 seperti dilansir dari situs Filmindonesia.or.id.

Film yang masih beredar di bioskop ini juga termasuk film yang cukup lama bertahan di layar bioskop, dan tentu saja jumlah penontonnya akan tetap bertambah. Bersama film Laskar Pelangi dan Habibie Ainun, film yang dibintangi Dian Sastro ini menjadi tiga film Indonesia terlaris di Indonesia.

Memang tak banyak film Indonesia yang sukses menembus jutaan penonton. Bukan hal yang mudah untuk menarik perhatian penonton terhadap kualitas film lokal, maka dengan 3.6 juta penonton sejauh ini sudah tentu suatu kebanggaan tersendiri bagi AADC2. 

Sehingga timbul pertanyaan, apa yang membuat jutaan orang mau menonton film drama ini? Ide cerita sebenarnya tak terlalu sedih atau mellow, temanya juga tidak seserius film Surat Cinta Kartiniatau Rectoversodan tak sekontroversi Tanda Tanya (?) dan tak semegah Cahaya di Langit Eropa yang pemainnya diboyong keliling Eropa yang lebih banyak membutuhkan budget tentunya. 

Lalu apa yang membuat film ini berbeda? Mengapa begitu kuat merasuki penontonnya sehingga ikutan 'baper' setelah keluar dari bioskop? Temanya sebenarnya sangat biasa dan santai, berkisah tentang jalinan asmara dua remaja yang terpisah 14 tahun lalu kemudian bertemu kembali dengan karakter yang lebih dewasa. Terlalu Biasa? Benar kisah film ini terlalu biasa di kehidupan sehari-hari.Contohnya?

Drama Biasa tanpa Eksploitasi Status Sosial

Rata-rata film Drama Indonesia pasti didominasi oleh cerita perbedaan status sosial antara pemeran utamanya yang ditujukan demi menguras rasa iba penonton, kekuatan drama justru banyak diandalkan dari adegan-adegan si kaya yang tak suka si miskin. Atau orang tua yang tak setuju dengan pacar anaknya yang miskin. 

Dalam kehidupan nyata, tak selamanya demikian bukan? Citra orang 'berada' yang digambarkan dalam FTV-FTV sebagai orang arogan dan antagonis dipatahkan dalam film ini. Cinta adalah putri orang kaya dengan kehidupan hampir sempurna, Rangga adalah anak broken home yang kehidupannya keras. 

Namun tak kita temukan eksploitasi status sosial tersebut dalam film ini. Padahal jika mau, sutradaranya bisa saja mengangkat topik ini. Namun, sepertinya film ini tak ikut-ikutan mainstream dengan drama-drama kebanyakan yang berujung overdramatic.

Masa SMA dan Slot Edukasi

Cinta memang bersekolah di salah satu SMA populer bersama teman-teman satu genknya yang tak kalah populer. Namun tak kita temui dalam film ini genklain yang berseberangan dengan Cinta, di film lain sudah pasti kelompok kontra diadakan untuk menambah konflik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun