Jangan Takut di-friendzone in![caption caption="Ilustrasi/Merdeka.com"][/caption]
Hubungan yang erat antara dua orang berbeda jenis kelamin memang tak melulu tentang romansa kasih sayang atau cinta. Keakraban perempuan dan laki-laki banyak yang berdasarkan hubungan pertemanan atau persahabatan. Ketika komunikasi lancar dan nyambung, berarti chemistry antara keduanya telah terbangun. Hubungan seperti ini kemudian akan meningkat menjadi saling percaya dan butuh antara keduanya. Sayang hubungan yang sudah harmonis ini kadang susah bertahan, perasaan yang sudah terlanjur nyaman akan berkembang menjadi benih-benih cinta untuk memiliki. Kenyamanan dan saling membutuhkan menumbuhkan rasa untuk memiliki.
Sebenarnya tidak ada masalah jika saja kedua pihak sepakat untuk menaikkan status hubungan menjadi kekasih. Sayangnya, banyak kasus yang malahan bertentangan. Akhirnya hubunganpun menjadi retak dan persahabatan banyak berakhir dengan tidak baik. Alasan lebih nyaman menjadi teman atau sering disebut friendzone ini menjadi boomerang dalam suatu hubungan. Saat suatu hubungan sudah dalam tahap nyaman dan saling percaya, sebenarnya akan mudah melangkah untuk suatu ikatan. Namun, entah mengapa bagi sebagian orang sahabat tetaplah menjadi sahabat dan tentu saja berbeda dengan pacar yang dicari.
Padahal sepanjang menjalani persahabatan, keduanya saling memberi perhatian dan saling berempati ditambah bila sudah dikenal baik oleh keluarga masing-masing. Dengan intensnya komunikasi inilah yang kemudian menguatkan perasaan sepihak bahwa akan mudah menerima jawaban ‘Ya’ atau ‘Setuju’ saat diminta untuk berpacaran. Ini pula yang meningkatkan rasa percaya diri untuk menyatakan cinta kepada sahabat. Bayangankan saja, sudah dekat dan saling mengerti, apa lagi yang ditunggu? Harapan-harapan indah sudah di depan mata. Namun semuanya sirna, ketika mendapatkan penolakan dari orang yang lebih memilih menjadi sahabat
. Berada di friendzone ini memang akan terasa menyedihkan. Gebetan yang  di depan mata tiba-tiba akan terasa begitu jauh. Perlahan tetapi pasti, hubungan akan mendadak menjadi kaku dan rasanya begitu sulit menerima keadaan dan menjalani persahabatan seperti sedia kala. Belum lagi dihantui rasa malu akan penolakan sahabat dekat sendiri. Akhirnya banyak orang yang lebih memilih untuk mundur dan hilang tanpa jejak. Persahabatan pun berakhir seiring hilangnya satu pihak. Semakin parah apabila membawa rasa sakit hati saat menerima penolakan. Bisa-bisa menimbulkan dendam dan tentu saja akan berakibat yang lebih buruk.
Namun sebegitu mengerikannyakah terjebak dalam posisi FriendZone? Memang tak bisa dipungkiri penolakan cinta oleh sahabat adalah satu kenyataan pahit, lebih sakit daripada menerima penolakan dari orang lain. Belum lagi jika harus melihat Gebetan akhirnya bermesraan dengan pacarnya dan mendengarkan segala ceritanya. Sakitnya tuh di semua! Tetapi sebagai korban Friendzone, bukan berarti tidak ada lagi yang bisa dilakukan.
Seperti kata pepatah lawas, sebelum janur kuning melengkung, setiap orang masih milik bersama. Jadi jika memang cinta dan yakin itu jodoh, sedikit usaha mungkin akan lebih baik daripada mewek dan berdiam diri apalagi sampai-sampai mengubah rasa sayang itu menjadi benci dengan membuang semua kenangan bersama si gebetan. Apalagi sampai minta dilumpuhkan ingatannya ala lagu band Geisha!. Akan lebih baik memandang Friendzone dari sisi positifnya, yang mungkin mampu untuk membalikkan keadaan. Lalu apa saja hal positif yang dapat dilakukan saat terjebak friendzone
- Respek dan Terima Keadaan
Penolakan dengan alasan seperti di atas memang pahit dan akan berefek dengan hubungan keduanya. Berbagai ekspresi akan berkecamuk di kepala, apakah dia akan jijik melihat saya? Atau bagaimana saya harus membuka percakapan saat berjumpa dengan dia nanti? Atau mungkin akan minder dengan keadaan diri sendiri. Kehilangan rasa percaya diri yang drastis di depan si gebetan. Tetapi semua itu mungkin akan bisa ditolerir dengan menghargai jawaban apapun dari gebetan. Dengan demikian, Dia pun akan lebih respect dengan kita dan kita akan mendapatkan poin plus di matanya. Barangkali dengan melihat ketulusan kita, Doi akan beralih dan mencoba membuka mata bahwa memang kitalah yang dicarinya.
- Menjaga komunikasi dengan orang tercintanya
Jika sudah bersahabat erat, salah satu benefitnya adalah kita juga pasti mengenal keluarga hingga teman-teman akrabnya. Dengan tetap menjaga komunikasi dengan mereka, maka setidaknya mereka akan menjadi salah satu faktor kelebihan kita dari pria/wanita manapun yang dicari si gebetan. Dan tentu saja tetap menjaga sisi positif tentang si gebetan saat ditanyai oleh teman-teman karibnya. Jika mata si gebetan susah terbukanya untuk menerima kita, nah kemungkinan orang-orang tercintanya akan membantu. Lalu, usaha kita akan lebih enteng!
- Tetap bersahabat bukan berarti dimanfaatkan
Rasa sayang kita kepadanya kadang akan membutakan mata. Apapun yang dimintanya kadang akan kita turuti dengan mudah. Apalagi jika Ia meminta kita untuk menjadi pacar pura-puranya, nah jangan sampai mau! Tetaplah konsisten dengan tujuan awal untuk menjadi kekasih aslinya. Nah, mulailah membuat batasan apa yang patut dilakukan dan yang tidak. Walau dalam posisi meminta, harus tetap menjaga harga diri. Dengan demikian jika pada akhirnya ditolak, tak rugi banyak juga kan?
- Kurangi bercanda dan Mulai mencoba lebih serius
Sebelum memintanya jadian pertama kali, saat masih menjadi sahabat pasti anda terbiasa dengan candaan menjadi pacar dan hal konyol lainnya. Nah setelah ditolak pertama kalinya, mulailah lebih serius apabila membahas hal-hal yang berhubungan dengan cinta. Dengan demikian, dia akan melihat kedewasaan kita dan bukan sedang mempermainkan dirinya.
- Menjalin persahabatan dengan pria/wanita lain
Cobalah untuk mengekspos hubungan persahabatan dengan lawan jenis lain di hadapannya. Tetapi jangan sampai pacaran, lihat reaksinya. Jika cemburu, berarti dia juga berarti ingin memiliki kita. Nah, sinyal ini akan begitu mudah kita dapatkan. Tetapi jangan sampai terjebak Friendzone pula dengan sahabat yang baru!
- Kesempatan Kedua
Nah langkah akhir, setelah mendalaminya ajaklah berbicara serius tentang hubungan. Tetapi sebelumnya jangan terlalu berharap jawaban terindah. Bersiaplah dengan kemungkinan terburuk sekalipun. Dan lamarlah kembali menjadi kekasih. Jika mendapatkan jawaban yang sama, terimalah keadaan bahwa cinta dan perasaan memang tak dapat dipaksakan. Dan saatnya move on dan kembali optimis bahwa setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan seperti Adam dan Hawa. Selamat mencoba!
Satu hal yang pasti, jangan pernah menganggap berada di posisi Friendzone itu adalah posisi yang menggenaskan. Apalagi sampai menyalahkan diri sendiri. Sadarilah dengan dipercaya menjadi sahabatpun, berarti kita telah memiliki banyak hal positif di mata perempuan/laki-laki lain sehingga mereka mempercaya kita menjadi sahabatnya. Intinya berjuang untuk cinta dan Get Out of The Friend Zone with the right ways!
Salam Mudasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H