Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Belok Kanan, Bayar! Bukti Mudahnya Cari Uang di Jakarta?

23 Juni 2015   08:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:39 3537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada pepatah lama yang membandingkan kekejaman Ibu Tiri dengan Ibukota. Katanya sekejam-kejamnya ibu tiri, Ibukota jauh lebih kejam. Entah siapa yang memulai pepatah ini, yang pasti tidak semua ibu tiri itu kejam. Namun pengaruh sinetron dan film tahun 1990-an berjudul ‘Ratapan anak tiri’ sepertinya cukup memporak-porandakan imej ibu tiri di dunia ini yang akan selalu dipandang kejam. Jika ibu tiri ada banyak di dunia ini, sehingga kurang bisa digeneralisasi dengan memahkotainya dengan imej kejam. Maka mari kita membahas Ibukota Indonesia yang hanya satu di dunia, sehingga lebih mudah menarik kesimpulan nantinya. Kembali ke ibukota, yakni Jakarta. Apa benar sangat sulit hidup di Jakarta? memang seberapa susahkah mencari nafkah/uang di Jakarta yang seyogyanya sebagai pusat Negara memberikan lebih banyak kesempatan bagi warganya.

‘Ada uang recehan nggak, tolong bagi gua cepat!’ kata teman saya tiba-tiba saat kami hendak belok kanan di sebuah persimpangan di daerah Cawang. Aku yang sedikit kebingungan akhirnya memberikan uang dua ribu-an ke tangannya. Karena sudah terburu-buru mau belok dan kaca mobil teman saya sudah terbuka, tangan seorang pria yang berdiri di persimpangan tersebut meraih uang tersebut dari tangan teman saya yang menyodorkan dari kaca mobil. Seharusnya uang 500 rupiah saja katanya, tetapi terlanjur karena memang tidak ada saat itu. Siang itu tak hanya satu, beberapa belokan yang kami lewati telah diisi oleh pria yang entah darimana berasal lengkap dengan mangkok plastic di tangan mereka sebagai wadah untuk menampung recehan dari siapa saja yang ‘belok kanan’. Tren baru ini mulai menjamur di Jakarta, belok kanan 500 Rupiah!

Coba pergi ke daerah blok M, Jakarta Selatan dan naiklah Metromini ke sana. Sepanjang perjalanan akan bergantian wanita muda yang lusuh menggendong anaknya berpanas-panasan lengkap dengan wadah plastic di tangannya. Wanita ini biasanya akan bernyanyi tak jelas selama satu menit, kemudian akan menyodorkan plastic tersebut kepada penumpang. Ada lagi komplotan anak kecil berumur 6 tahun yang lengkap dengan amplop kecilnya. Dengan lincahnya mereka akan bereksplorasi di dalam metromini sambal membagikan amplop tersebut. Setelah semua terbagi, beberapa saat kemudian mereka kembali mengumpulkannya dengan harapan penumpang telah mengisinya.

Jika anda pernah makan malam di pinggiran bilangan Sudirman, maka mungkin anda akan melihat Waria, wanita lusuh bersama bayinya, hingga anak-anak yang keluar lengkap dengan sound system. Sembari berjalan mereka akan memainkan music dangdut di speaker yang ditentengnya, kemudian dengan mudahnya menyodorkan plastic dengan harapan agar diisi dengan uang. Lalu berkunjung untuk makan sesekali di warung-warung berjejer di kawasan Kota BNI, maka saat makan anda tidak akan tenang. Pasalnya akan ada nenek yang meminta belas kasihan agar diberikan uang setiap hari. Ya setiap hari! Belum lagi pengamen yang bernyanyi asal-asalan namun meminta ‘bayaran’ tentunya. Dengan aksi sedikit saja bisa menghasilkan uang yang lumayan banyak dalam sehari. Belum lagi kita membahas tukang parker yang kini bagai spora jamur ada dimana-mana. Sampai kita tak tahu mana tukang parkir resmi dan mana yang tak resmi. Masih ketinggalan para jockey three in one yang siap menjadi solusi bagi warga yang takut ditilang polisi!

Beberapa contoh di atas memang masih sebagian kecil dari produk lintas profesi di Jakarta yang praktis dan ekonomis dari segi modal usaha. Lalu masih berpikir susah cari uang di Jakarta? Saya tidak pernah bilang mudah, namun apa yang mereka lakukan di sini mungkin hanya akan berlaku di sini. Banyak orang beranggapan hidup di Jakarta jauh lebih susah daripada di desa. Namun percayakah anda, bahwa di kampung jarang atau bahkan tak ada kita temui orang-orang seperti yang saya sebut di atas? Masyarakat pedesaan jauh lebih menitik beratkan kerja keras yang nyata untuk mendapatkan sesuap nasi. Martabatnya jauh lebih tinggi dengan bekerja dan berusaha agar mendapat penghidupan yang layak.

Jakarta memang gudangnya kesempatan dan mimpi, namun jangan lupa ibukota ini juga gudangnya manusia. Ada banyak manusia yang ingin bertahan dan berkompetisi agar bisa hidup di kota megapolitan ini. Namun tak perlu takut, rezeki orang siapa yang tahu? Tak ada usaha yang tak terhitung bukan? Hanya saja dalam berusaha, jangan sampai menyusahkan orang lain.

Kini kita lihat betapa ‘mudahnya’ mencari uang di Ibukota. Berdiri dengan kantong plastic saja bisa dapat uang. Berdiri di tikungan, dapat gopek dari pengemudi yang belok kanan. Jadi masih berpikir Ibukota lebih kejam dari ibu tiri? Ibu tiri yang mana dulu?

Tren-tren seperti ini memang saat ini mungkin belum menggangggu. Namun perlahan Ia akan merusak pemandangan Ibukota. Semoga saja pemerintah berwenang mulai mengamati tren ini dan memperbaikinya.

Selamat ulang tahun Ibukota dan jangan lupa, belok kanan….BAYAR!!!

 

Picture 1

Picture 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun