Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

The Avengers: Age Of Ultron, Tak ada Klimaks dan Membingungkan

24 April 2015   18:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Avengers Age Of Ultron: Membingungkan dan Kehilangan Klimaks

Cover Avengers : Age of Ultron (Image by: crowdhypemarketplace-production.s3.amazonaws.com)

Setelah menunggu cukup lama, tepatnya tiga tahun sesudah seri pertama The Avengers yang rilis di 2012 silam, penggemar film Marvells akhirnya bisa menyaksikan kompilasi superheroes kembali dalam satu layar. Kesuksesan  besar yang diraih oleh film-film Marvells studio yang mengangkat cerita superheroes selama ini memang menjadi alasan mengapa film The Avengers 2 :Age Of Ultron ini menjadi salah satu film paling ditunggu tahun ini. Maka tak heran begitu banyak yang membicarakan film ini semenjak dirilis di bioskop secara resmi. Lalu bagaimanakah performa film yang dipastikan akan menjadi salah satu film terlaris ini?

Sebagaimana di Avengers pertama, seri kedua ini masih diisi oleh wajah-wajah lama seperti Robert Downey Jr (Iron Man), Chris Hermsworth (Thor), Chris Evans (Captain America), Scarlett Johanson (Black Widow/Rumanoff), Jeremy Renner (Hawkeye) dan Mark Rufallo (Hulk/Dr. Banner). Adegan pertama dibuka dengan pertempuran Avengers dengan pasukan Baron Wolfgang von Strucker yang disinyalir mencuri tongkat sakti Loki untuk membangun kekuatan rahasia. Pertempuran ini dihiasi adegan tembak-menembak dan satu persatu superheroes menunjukkan kekuatan masing-masing. Dengan bergabungnya keenam superheroes tersebut tentunya sangat mudah melumpuhkan pasukan lawan. Bahkan rasanya cukup Iron man atau Hulk saja mampu menyelesaikannya, namun di adegan awal saja sudah muncul scene yang terasa sangat dipaksakan yakni cara menunjukkan keenam superheroes secara serentak sehingga mengurangi emosional penonton saat menyaksikan adegan pertempuran besar tersebut. Bagaimana anda bisa tegang menyakiskan pasukan musuh yakni manusia ketika berhadapan dengan enam superheroes sekaligus?

Scarlet Witch (Image by Screenrant.com)
Scarlet Witch (Image by Screenrant.com)
Scarlet Witch (Image by Screenrant.com)

Dalam pertempuran tanpa balas tersebutlah muncul dua manusia super lain yang ternyata selama ini bergabung bersama Strucker dan selanjutnya bergabung pula dengan Ultroyakni si kembar  QuickSilver (Aaron Taylor-Johnson) dan Scarlett Witch (Elisabeth Olsen). Dengan kekuatan kilat yang dimilikinya ditambah kemampuan Scarlett memanipulasi pikiran, Quicksilver mampu mengelabui semua Avengers. Bahkan tak perlu adegan fisik, dengan kekuatan Scarlett Avengers bisa saja ditaklukkan dengan mudah. Kemunculan dua Villain ini awalnya bisa saja dimanfatkan sebagai modal untuk membuat cerita film lebih dramatis. Sayangnya, belum cukup Scarlett mengacaukan Avengers, cerita dipercepat dengan beralihnya si Kembar tersebut menjadi baik setelah membaca pikiran dari Ultron yang ingin menghancurkan dunia manusia.

Sementara itu, setelah markas Strucker berhasil diamankan. Adegan selanjutnya tak kalah membingungkan dan rasanya kurang tepat cara penciptaan ‘Ultron’ sebagai musuh utama di film ini. Iron Man menjadi dalang lahirnya ultron sebagai suatu program yang berkembang begitu cepat dan mampu menginvasi seluruh jaringan internet. Bak roh, Ultron ini mampu memasuki fisik robot dan membentuknya sesuai keinginannya. Setelah ditinggal oleh Scarlett dan Quicksilver, sebenarnya tak ada kekuatan special dari Ultron. Namun entah mengapa cerita dialihkan dengan mengungsinya Avengers ke rumah Hawkeye dan mengulur waktu dengan ketakutan masing-masing setelah pikirannya sukses dimanipulasi oleh Scarlett. Melihat adegan para Avengers yang kembali ke sisi humanisnya dengan tinggal di lingkungan biasa, saya berfikir akan ada sedikit adegan romantic atau drama untuk menjadi jeda dari puluhan adegan action sepanjang film. Apalagi Black Widow tengah terlibat romans dengan Hulk, sayangnya sekali lagi moment ini tak dapat dimanfaatkan.

Ultron (Image by Comingsoon.net)
Ultron (Image by Comingsoon.net)
Ultron (Image by Comingsoon.net)

Adegan lain yang tak kalah membingungkan adalah penciptaan Vision , superheroes lainnya. Vision sekali lagi menjadi proyek gagal Iron Man/Tony Stark. Terbentuk dengan salah satu batu abadi yang berasal dari tongkat Loki, Vision menjadi sangat kuat dan dipercaya oleh Stark akan mampu mengalahkan Ultron. Dengan penambahan satu personel lagi, tentunya kita berharap Ultron akan dibuat sedemikian kuat agar seimbang dengan banyaknya ‘jagoan’ di sana. Namun kembali ekspektasi penonton tak mampu dijawab, nyatanya Ultron mampu dengan mudah dilumpuhkan oleh Avengers dan bukan oleh Vision sendiri. Adegan Ultron mengangkat kota Sovakia dan mengacak-acak bangunan di sanapun justru tak lebih menyeramkan dari adegan bertempurnya Iron Man dan Hulk saat dimanipulasi oleh Scarlet.

Hawkeye dan Blackwidow (Image by screenrant.com)
Hawkeye dan Blackwidow (Image by screenrant.com)
Hawkeye dan Blackwidow (Image by screenrant.com)

Ultron yang  digadang-gadang akan menjadi villain terbesar dalam film Marvells ternyata tak sesuai harapan. Dari segi design yang tidak menyeramkan, cara berbicara hingga kekuatan yang dimilikinya Ultron malah masih kalah jauh dengan Decepticon yang tampil di Transformers. Sehingga tak heran film ini kurang emosional dan bahkan tidak ada adegan yang menegangkan. Padahal untuk ukuran film yang dibintangi actor-aktor besar apalagi kompilasi dari jagoan di film-film besar harusnya Villain yang muncul harus spektakuler.

Satu-satunya yang menjadi daya Tarik dri film ini adalah hadirnya Scarlett Witch yang begitu kuat dalam telekinetic hingga kekuatan tembak bola api sihirnya. Sayangnya durasi yang diberikan terlalu singkat dan kurang dieksplor. Bahkan saat Ia harus kehilangan saudara kembarnya, Quicksilver tidak diekspos lebih dalam. Padahal adegan ini bisa mempermainkan emosi penonton. Sekali lagi, rasanya sutradara Joss Whedon sepertinya hanya mementingkan adegan perang sepanjang film dengan permainan grafis dan visual tanpa mempedulikan sisi dramanya yang sebenarnya bisa menambah kekuatan film. Sehingga sangat disayangkan, tidak ada klimaks dalam film ini. Selama lebih dari dua jam di bioskop kita hanya disuguhi adegan perang standar yang sudah tertebak akhirnya. Singkatnya, Film ini hanya ajang pamer Superheroes saja! Tak heran untuk film sebesar ini, metascore hanya memberi skor 72/100 saja.

Berbicara kesuksesan, secara komersil dapat dipastikan akan sukses di pasaran mengingat promosi yang luar biasa dan rasa penasaran penggemar selama 3 tahun ini usai Avengers pertama dirilis. Tetapi dari sisi cerita, film ini tak sesukses promosinya. Jadi akan ada kemungkinan anda kecewa usai keluar dari bioskop untuk film ini, kecuali anda hanya menikmati adegan tembak-menembak saja atau bisa jadi hanya ingin melihat si cantik Scarlet Johanson di film ini. Selamat menonton!

Trailer Age Of Ultron:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun