Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Publikasi berlebihan Berita Seks dan Kriminal, Baikkah?

16 April 2015   10:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:02 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_410402" align="aligncenter" width="600" caption="Screenshot yahoo.com (doc)"][/caption]

Selama sepekan terakhir jagad pemberitaan di tanah air dihiasi oleh tindakan kriminalitas yang bermotif tindakan seksual. Satu yang paling hangat adalah pembunuhan seorang perempuan bernama Deudeuh Alfi Sahrin (26) yang dikabarkan tewas di kamar kost annya di daerah Tebet. dalam kondisi leher terlilit pada Sabtu (11/4/2015) pukul 19.00 WIB. Wanita beranak satu ini ditemukan tewas dalam keadaan tak berbusana dan ditutupibed coverdan mulut disumpal kaus kaki. Sementara pelaku akhirnya dapat diringkus polisi dengan dukungan bukti sperma dan kondom yang tertinggal di kamar korban. Berita ini menjadi topic paling hangat sepanjang minggu dan bahkan hingga sekarang masih menjadi topic terpopuler di berbagai media berita online. Entah mengapa, saat berita ini diturunkan begitu banyak masyarakat yang ‘menikmati’ hingga menjadi topic pembahasan dimana-mana. Baik di media social maupun di perbincangan nyata.

Belum usai trending pembunuhan Alfi, yang mana masih menjadi headline di berbagai portal berita online. Jika menyusuri peristiwa yang diangkat ke halaman utama media berita hari ini, maka sejumlah berita yang tak kalah ‘esek-esek’ nya sangat mudah kita jumpai. Lihat saja, pagi ini berita seorang istri yang menjumpai suaminya tewas di pelukan PSK (Penjaja Seks Komersial) menjadi salah satu berita rekomendasi di situs Yahoo News. Berita yang mengangkat judul Meli Menangis Suaminya Tewas di atas Perut PSK diturunkan oleh Tribunnews.com.

[caption id="attachment_410404" align="aligncenter" width="600" caption="Screenshoot Tribunnews.com (doc)"]

1429155017921735622
1429155017921735622
[/caption]

Tak kalah sensasional, berita bunuh diri dengan sebelumnya meninggalkan pesan melalui SMS (layanan pesan Singkat) dari seorang bernama Beni Sutanto yang memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di ITC Mal Mega Grosir Surabaya, Jawa Timur turut bersaing menjadi berita teranyar bersama kasus pembunuhan Alfi dan pria di perut PSK.. Sebelumnya seperti diberitakan Metrotvnews.com, Beni ini mengirimkan pesan singkat kepada sepupunya berisi “Koh, tolong ya jemput jenazahku di Mall ITC. Sudah enggak sanggup lagi, amu. Bye bye, Koh. Terima kasih ya”. Beirta ini masuk menjadi salah satu berita pilihan di Yahoo.

Tiga berita di atas mungkin hanya sebagian kecil dari banyaknya berita sejenis yang bertebaran di media berita online setipa harinya. Ini belum lagi membahas konten di media cetak. Mungkin akan ditemukan ratusan berita sejenis. Pertanyaannya adalah mengapa media begitu bersemangat mengangkat berita demikian? Lalu yang lebih penting, adakah pengaruh positif yang ingin disampaikan dengan diturunkannya berita-berita demikian?

Untuk pertanyaan pertama mungkin kembali lagi kepada selera masyarakat kita yang memang tampaknya sangat menyukai berita-berita ekstrim, terutama yang berbau esek-esek. Walau menjunjung adat timur yang kental dan sebagainya, tidak bisa dipungkiri pola pikir masyarakat tentang segala hal yang berbau seks masih sangat tinggi. Walau banyak yang masih waras dan bisa mengontrolnya, tapi tak sedikit pula yang lepas control hingga banyak kasus pemerkosaan, perselingkuhan yang berujung maut hingga pembunuhan bermotif seks seperti sekarang ini. Tetapi ini justru menjadi ‘keuntungan’ tersendiri bagi media berita. Lihat saja walau banyak kasus yang sama dan sudah seringkali diberitakan, tetap saja media bertahan menjaga berita-berita itu sampai berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Sekarang Alfi dan Beni mungkin besok akan ada nama lain dengan kasus serupa. Media seakan berjuang keras untuk mengenalkan semua nama korban pembunuhan kepada publik. Bahkan detil pembunuhan yang seharusnya menjadi rahasia kepolisian dan keluarga korban menjadi pembicaraan bulan-bulanan public seakan yang terbunuh adalah sosok yang berkepentingan dengan kepentingan rakyat banyak. Eksploitasi berlebihan kasus kriminalitas dan seks ini menjadi ‘lahan basah’ bagi media berita online.

[caption id="attachment_410406" align="aligncenter" width="365" caption="Screenshot Kompas.com (doc)"]

14291552261089920427
14291552261089920427
[/caption]

Inilah yang tanpa disadari memicu mereka yang tak bisa mengontrol emosinya mendapat inspirasi sendiri dalam memecahkan suatu masalahnya. Dengan kata lain, detil pembunuhan di pemberitaan menjadi inspirasi bagi beberapa orang. Hingga tak heran masih bermunculan berita pembunuhan yang motifnya hampir serupa. Dan seakan tak bosan-bosan, masyarakat masih saja membaca dan mengikuti berita-berita tersebut. Miris bukan? Tapi apa mau dikata, media berita juga yang sangat getol menurunkan berita sejenis bahkan sampai 5 judul untuk satu kasus yang sama terpampang di kanal terpopulernya.

Apa yang ingin dicapai oleh media berita tentu saja Profit dan viewers sebanyak-banyaknya. Singkatnya kembali lagi ke bisnis, sangat jauh dari kata mengedukasi. Dan selama masyarakat juga menikmatinya, maka berita esek-esek ini akan awet. Sehingga berita pemerkosaan hingga pembunuhan bermotif seks akan abadi di Negara kita tercinta.

Harapannya adalah semoga saja media berita bisa lebih menyeimbangkan antara menguras profit dan sisi edukasi dari konten yang ingin disebarkan. Karena bagaimanapun di zaman informasi sekarang ini terutama berita online yang mana efek viralnya sangat tinggi akan mampu mempengaruhi pola piker masyarakat dengan lebih efisien dari media cetak. Tentunya untuk masyarakat Indonesia yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun