[caption id="attachment_316588" align="aligncenter" width="300" caption="viva.co.id"][/caption]
Anas Urbaningrum memang sedang diperbincangkan banyak orang. Tidak hanya media nasional yang mengulasnya, Anas juga muncul dalam mediainternasional. Di antaranya, Media Bernama milik Malaysia yang menuliskan kasus tertangkapnya Anas menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan judul Former Democratic Party Leader Arrested For Alleged Coruption edisi 10 Januari 2014, kemudian Straits Times dari Singapura menuliskan hal yang sama dengan judul Ex-Chairmans of Indonesia’s rulling party arrested in graft probe dan bahkan media online Australia dan Eropa juga sempat menuliskan artikel mengenai kasus tertangkapnya Anas. Walau dengan berita yang tidak sedap, namun Anas Urbaningrum sepertinya menjadi sosok paling ditunggu beritannya saat ini.
Anas pertama sekalidisebut terlibat kasus korupsi kasus gratifikasi proyek Hambalang oleh rekan separtainya yang lebih dahulu tertangkap menjadi tahanan KPK, yakni M. Nazaruddin yang sekaligus Bendahara Umum Partai Demokrat bersamaan dengan Anas sebagai Ketua Umum.Saat itu, Anas membantah pengakuan Nazarudin dan sempat menyatakan akan kesiapannya digantung di Monas jika korupsi satu rupiah pun. Kenyataannya Anas ditetapkan sebagai tersangka dan sudah menggunakan rompi oranye KPK.
Kini Anas memang sudah menjadi tahanan KPK, namun tidak berarti politisi yang aktif dalam organisasi ini tidak bisa berekspresi . justru Anas sepertinya intens melakukan aktifitasnyaakhir-akhir ini. Menariknya beberapa hal yang dilakukan Anas sepertinya menyindir atau bisa dikatakan menantang politisi Demokrat terutama SBY.
Hal ini tampak sekali dengan peluncuran buku Anas yang bersamaan dengan peluncuran buku SBY kemarin (17/01/2014). Walau di tempat berbeda, Anas membuat persepektif masyarakat seakan ingin menyaingi buku SBY. Tentunya Anas sudah tahu tanggal peluncuran buku SBY yang berjudul Semua ada Pilihan, karena telah lama diperbincangkan. Namun Anas tetap meluncurkan buku karangannya Janji Kebangsaan Kitadi hari yang sama tepat di rumah Pergerakan PPI, oraganisasi yang didirikannya.
Anas memang tidak hadir dalam launching tersebut, namun Ia membuat surat yang dibacakan oleh rekannya I Gede Pasek, Sekjen PPI. Sekali lagi surat ini terkesan menyindir SBY.
Demikian kutipan dari isi surat Anas, seperti dikutip dari tribunnews.com:
“Saat jadi saya mundur dari Partai Demokrat, itu halaman terakhir di Partai Demokrat yang saya cintai.Tapi itu bukan halaman akhir bagi negara ini, masih ada halaman berikutnya.’Kita berharap PPI go public jadi milik masyarakat Indonesia. Sejak awal, saya tegaskan bahwa PPI tidak boleh identik dengan Anas dan Anas tidak identik dengan PPI. PPI tidak boleh jadi properti Anas dan keluarga Anas. PPI tidak boleh jadi properti bagi perintis,pendiri, dan penggaasnya.PPI tidak boleh tergantung Anas,nasib PPI bukan nasib Anas. Anas hanya bagian kecil PPI dan kerja-kerja yang harus dilakukan.”
Dari isi surat Anas tersebut sangat jelas terlihat semangat Anas untuk melaukan gebrakan politik melalui PPI. Dan betapa tidak terpengaruhnya jiwa politiknya walau tidak di Demokrat lagi. Ini menjadi suatu indikasi kepada Partai Demokrat, bahwa Anas akan tetap maju walau tanpa Demokrat. Lebih detail, sepertinya Anas sangat ingin PPI menjadi salah satu partai politik yang diakui dan bisa jadi akan besar seperti Demokrat yang pernah dipimpinnya. Menariknya, Anas membakar semangat rekan-rekan PPI nya dengan dua kalimat terakhir, bahwa PPI bukan tergantung Anas dan bukan property pendirinya. Ini juga bisa diartikan lain oleh masyarakat, walau hampir semua partai politik seperti menerapkan dinasti partai. Namun perhatian masyarakat akan langsung tertuju kepada SBY yang sangat identik dengan partai Demokrat. Pengalaman politik Anas di partai biru tersebut cukup membuatnya menarik kesimpulan dan belajar membuat terobosan baru.
Masyarakat wajar saja berpikiran demikian melihat Anas yang terkesan dibuang begitu saja dari partai Demokrat. Selain itu bergantian loyalis Anas dipecat dari DPR seperti Pasek karena terlalu aktif di PPI. Kemudian Carell juga dicoret namanya dari Caleg 2014 oleh Demokrat. Walau dengan alasan melanggar aturan partai, Demokrat juga sepertinya melihat Anas dan loyalisnya adalah ancaman untuk masa depan partai.
Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi sebenarnya, mana yang benar maupun tidak. Apalagi Anas yang di setiap kesempatan selalu membantah keikutsertaannya dalam kasus korupsi Hambalang. Sebagai penonton kita hanya bisa melihat dan menuntut jika bukti-bukti telah ada. Selain itu kita berharap semoga Abraham Samad dan KPK bisa dengan cepat dan tepat mengusut tuntas kasus korupsi di negara ini dari akar-akarnya untuk Indonesia yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H