Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bagi-bagi Duit di Televisi dan Rusaknya Pola Pikir Masyarakat

28 Maret 2014   19:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Mungkin terlalu muluk mengharapkan tayangan televisi yang berkualitas di zaman sekarang. Televisi yang pada awalnya berkomitmen menjadi media informative dan edukatif yang menyebarkan informasi secara cepat hanya tinggal kenangan saja. Mendadak televisi berkamuflase serentak menjadi program bisnis yang berpacu pada laba tanpa peduli akan kualitas kontennya. Acuan yang digunakan untuk membuat suatu tayangan adalah trend. Jika suatu stasiun televisi memiliki program yang lagi popular maka televisi lain tanpa segan akan mengubah arah acaranya sesuai dengan program tv tersebut. Maka menjadi susah untuk memilih program televisi yang sesuai untuk ditonton . Acara talkshow berubah menjadi program humor tak sehat dengan pengisi acara seabrek dan materi humor biasanya adalah sindiran bahkan hinaan antar presenter. Acara News tak kalah, di musim Pemilu program sumber informasi ini berubah menjadi ajang kampanye pihak-pihak tertentu. Sebagian besar program televisi senada menayangkan goyangan-goyangan dangdut dan jargon ‘buka dikit joss’. Keanehan-keanehan ini menjadikan televisi menyajikan konten yang kabur dan tak jelas arahnya.

Salah satu ciri tayangan televisi yang paling trend dan bahkan bisa dilihat di sebagian besar program televisi saat ini adalah segmen bagi-bagi duit. Uang di program televisi dulu mungkin hanya akan terlihat saat menonton program kuis. Sebut saja kuis ‘Who wants to be a millionaire’, yang membutuhkan wawasan yang luas bagi peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang edukatif agar mendapatkan hadiah uang. Acara kuis ini sekaligus menambah wawasan penonton akan pengetahuan umum dan perlu usaha serta kecerdasan bagi peserta untuk dapat memperoleh hadiah. Pada saat pemberian hadiah, Program kuis hanya akan memberikan kertas berupa symbol jumlah uang yang diperoleh. Artinya tidak langsung ditunjukkan sejumlah uang kepada pemenang. Sekarang program seperti ini telah usang tergantikan acara Joged-jogedan.

[caption id="attachment_329024" align="aligncenter" width="300" caption="i1.ytimg.com"]

13959842071321481754
13959842071321481754
[/caption]

Berbeda dulu dan sekarang. Sekarang pertunjukan uangmenjadi bagian dari acara talkshow, acara musik, acara pencarian bakat hingga acara humor . Artis-artis pengisi acara televisi saat ini tanpa ragu-ragu mempertontonkan betapa mudahnya memperoleh uang. Dengan memancing penonton agar melihat tayangannya, berbagai acara televisi berubah menjadi acara bagi-bagi duit lengkap dengan lembaran uang yang disorot kamera. Penonton yang kadang terkesan diperlakukan bak pengemis yang disodorkan sejumlah uang memberikan kesan pemalas yang maunya uang tanpa bekerja. Jelas saja, dengan berjoged menirukan goyangan suatu acara, maka uang ratusan ribu secara tunai diperolehnya. Tak sia-sia, cara ini berhasil membuat suatu tayangan televisi memiliki penonton tetap yang berharap dapat uang gratis.

Ajang bagi-bagi uang yang dilakukan oleh selebritis ini bisa jadi bermaksud menunjukkan kedermawanan mereka. Sayangnya tanpa sadar hal ini telah menimbulkan perspektif masyarakat yang berubah mengenai uang.Uang yang dibagikan selebritis ini terekspos dan bahkan sengaja diperlama agar menarik perhatian penonton. Inilah yang menimbulkan pandangan berbeda bagi pemirsa televisi. Kondisi masyarakat yang masih banyak terhimpit kemiskinan, akan merasa cemburu atau bahkan memaki pelaku bagi-bagi duit ini. Tak hanya itu, mudahnya mendapatkan uang seperti yang ditunjukkan di televisi berpotensi mengubah pola pikir pemirsa televisi untuk mencari uang dengan cara-cara ‘singkat’ walaupun tak halal. Bagi kaum ‘berduit’ ini mungkin tak masalah bahkan tak akan berpengaruh apa-apa.

Pernah satu kali, penulis sedang bekerja dari perusahaan melakukan survey kualitas signal televisi di daerah Jakarta. Masyarakat yang didatangi sangat antusias menyambut kunjungan ini, yang kebetulan Penulis menggunakan mobil berlogo televisi (perusahaan). Dengan penuh semangat masyarakat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Saat berpamitan pulang, pernyataan yang miris dilontarkan masyarakat yang disurvey. Nada kekecewaan terlontar dari mereka, mengharapkan mendapatkan kejutan uang seperti pada beberapa tayangan televisi. Respons ramah yang diawal ditunjukkannya berubah menjadi kekecewaan dan merasa rugi telah membuang waktu mengisi questioner yang diberikan.

Kasus tersebut menjadi salah satu bukti masyarakat yang terkontaminasi dengan pola pikir kemudahan mendapatkan uang dari program televisi. Jadinya jika mendapatkan kunjungan suatu stasiun televisi maka pikiran yang mencuat adalah akan mendapatkan uang yang banyak. jadi persepsi masyarakat tentang televisi telah salah.

Memang hal yang baik jika suatu program televisi memiliki niat baik membagikan uang untuk penontonnya. Tetapi rasanya tak perlu menyorot sejumlah uang yang diberikan. Tak hanya itu, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) perlu memperingatkan program televisi agar fokus mengkotakkan acaranya di bagian apa. Jika News, fokus pada berita. Jika Talkshow focus pada wawancara atau dialog. Dan jika acara kuis focus pada konten Kuis. Jika KPI akan selalu diam, saatnya pemerintah membentuk lembaga baru yang lebih peduli konten televisi daripada KPI yang kian hari makin panjang saja tidurnya. Bagi masyarakat pemirsa televisi harus sadar bahwa tak semua tayangan televisi itu nyata atau fakta. Sebagian besarnya adalah Rekayasa. Dulu televisi memang sumber informasi terdepan yang senantiasa mengabarkan dan meyebarkan informasi. Maka sekarang Ia telah menjadi media bisnis dan profit yang mengaburkan. Jadi hati-hati menonton televisi, mungkin saatnya mendengarkan radio kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun