[caption id="attachment_329272" align="aligncenter" width="300" caption="tribunnews.com"][/caption]
Joko Widodo benar-benar menjadi ancaman serius bagi semua pesaing Partai Politik yang berlaga pada Pemilihan Umum tahun ini. Politisi sekaligus Calon Presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ini memang menjadi pencuri perhatian public terlebih semenjak menjabat sebagai Gubernur DKI-Jakarta bersama Ahok. Dengan segudang prestasi saat menjabat sebagai walikota Solo, Jokowi memiliki modal melaju ke posisi yang lebih tinggi. Terbukti, Jokowi-Ahok mampu mengalahkan Incumbent, Fauzi Bowo dalam Pilgub DKI-Jakarta. Semenjak menjabat sebagai orang nomor satu di Ibukota, Jokowi terbentuk menjadi tokoh paling banyak disorot. Berbagai program kerjanya menjadi bahan pemberitaan di televisi dan media massa. Gayanya yang sederhana dan kerap berkomunikasi dengan masyarakat tanpa batas kelas, Jokowi memberikan kesan bahwa Pemimpin seperti Gubernur Jakarta juga hanya manusia biasa yang tak perlu pengawalan ketat menonton konser Metalica atau saat makan siang santai di warteg bila kelaparan usai blusukan.
Sikap Jokowi yang berbeda dengan pemimpin kebanyakan tampaknya menjadi candu bagi Masyarakat yang memujanya. Logat Jawa yang tak berubah seakan menyempurnakan kepemimpinan Jokowi yang merakyat dan bersahaja. Inilah secuil alasan banyaknya masyarakat yang mendukung ‘si baju kotak-kotak’ ini. Berbagai dukungan ditunjukkan masyarakat secara langsung dalam berbagai kesempatan. Media sosial sebagai sarana penyebaran informasi terbesar saat ini dimanfaatkan untuk mendukung Jokowi. Tak hanya masyarakat biasa dan blogger-blogger privat, bahkan media massa pun banyak mempublikasikan berita positif tentang Jokowi. Tentu saja ini semakin meramaikan dukungan bagi Jokowi dari media internet. Sekarang ini, akan sangat mudah menemukan artikel tentang Jokowi. Karena setiap hari ada saja media yang mengulasnya.
Banyaknya artikel tentang Jokowi juga diimbangi dengan hits jumlah pembaca yang tertarik mengklik suatu link. Maka blogger-blogger seakan tak ada bosannya untuk mengulik hal-hal yang berkaitan dengan penguasa survey Capres 2014 ini. Inilah yang menjadikan Jokowi begitu popular di jagad maya. Popularitas ini kian hari kian menjadi tanpa henti. Jokowi memang menjadi fenomena baru yang senantiasa dinanti pengabarannya. Ini jugalah yang mencemaskan politisi dari Parpol lain. Tak adanya lawan seimbang dengan popularitas Jokowi, menimbulkan kecurigaan bagi politisi lain akan adanya aksi suap yang dilakukan Jokowi kepada blogger-blogger pendukungnya yang diminta menulis artikel jokowi yang persuasive. Kecurigaan ini menimbulkan persepsi miring dengan dugaan kecurangan yang dilakukan Jokowi.
Seperti yang dikabarkan di Tribunnews.com (30/03/2014) “Sebelumnya, tim sukses Joko Widodo dikabarkan membentuk semacam jaringan udara yang bergerak melalui internet. Mereka masuk melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter serta banyak media massa online. Bahkan, kabarnya mereka menarik banyak orang untuk dilibatkan dalam serangan udara tersebut. Sebagian besar dibayar sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per kepala hanya untuk membuat ramai dunia maya dengan isu-isu soal Jokowi”.
Wacana ini tentu saja mengarah pada serangan sekaligus ancaman bagi fans-fans Jokowi yang kerap kali menulis artikel tentang berita positif Capres tersebut.Tak bisa dipungkiri, blogger pendukung Jokowi yang disebut melakukan serangan (cyber troops) memang jumlahnya sangat banyak. relawan-relawan ini dengan ikhlas menulis kekagumannya kepada sosok Jokowi. Jangankan di media sosial lain, di Kompasiana sendiripun sangat banyak relawan mantan Walikota Solo ini. Pertanyaannya, benarkah para blogger ini mendapatkan upah?
Dalam berbagai kesempatan, Jokowi dengan polosnya mengaku tidak mempunyai modal uang yang besar dalam pencapresannya. Mengingat banyaknya Cyber Army Jokowi, berapa rupiah yang akan dirogohnya untuk membayar per-blogger dengan satu juta rupiah?
Tapi inilah politik Indonesia, berbagai cara dihalalkan demi memangkas perkembangan elektabilitas lawan. Banyaknya sindiran yang mengarah ke Jokowi tampaknya tak kan habis juga hingga Pilpres nanti. Nampaknya sangat banyak yang menunggu kehancuran Jokowi. Disebut Presiden Boneka, disindir pada beberapa iklan televisi hingga diragukan pengalaman kepemimpinan nasionalnya diterima Jokowi secara bertubi-tubi. Tentu saja ini salah satu sisi buruk wajah perpolitikan Indonesia. Namun demikian, di balik banyaknya yang menunngu kehancuran Jokowi pasti lebih banyak yang menunggu keberhasilan yang akan diraih Jokowi dalam membawa perubahan baik untuk Indonesia. Apakah ancaman pidana ini akan menghentikan aksi blogger menulis tentang Jokowi? Sepertinya tidak, Jokowi semakin dihina dan sisudutkan akan semakin disayang masyarakat. Ini mungkin yang tidak disadari politisi lain. masyarakat Indonesia akan semakin simpati kepada Jokowi, jika banyak yang ‘menyiksanya’.
Satu yang pasti, Jikapun Jokowi tidak menjadi Presiden Republk Indonesia, masyarakat tetap membutuhkan sosok yang bijaksana, merakyat serta bersih dari korupsi dan sindikat-sindikat lainnya. Sayangnya, saat ini criteria tersebut baru ada pada Jokowi. Selamat bertarung secara sehat bagi Politisi yang akan bersaing di Pemilu tahun ini. No Black Campaign dan katakana tidak pada KECURANGAN!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H