[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="Ilustrasi (The Telegraph)"][/caption]
Pendidikan adalah senjata paling mematikan, karena dengan itu Anda dapat mengubah dunia" - Nelson Mandela
Kutipan kata mutiara dari seorang tokoh dunia peraih Nobel perdamaian untuk kasus Politik Apartheid di benua hitam, Afrika memang tepat. Dengan memperoleh pendidikan, manusia dapat melakukan apa saja dan bahkan bisa mengubah dunia. Maka tak salah jika ada pepatah yang mengatakan Pendidikan adalah pelita bangsa. Pendidikan mengambil andil penting sebagai penentu kemajuan suatu negara. Tak heran, jika saat ini semua negara berlomba membenahi system pendidikannya demi menciptakan generasi-generasi emas yang peka terhadap pembangunan bangsa. Indonesia salah satunya, mulai dari sekolah Berstatus negeri hingga swasta berkembang pesat di bumi pertiwi dengan kualitas yang berbeda juga. Setali tiga uang dengan kualitas, maka Biaya pendidikan di Indonesia juga terbilang mahal. Walaupun pemerintah mengadakan program sekolah murah atau gratisan pada rentang tertentu, maka kualitas pendidikan yang ditawarkanpun tak terlalu istimewa. Berbeda dengan Sekolah swasta yang kebanyakan menawarkan kualitas pendidikan namun dengan harga yang mahal. Tidak usah berharap banyak menemukan Anak-anak dengan ekonomi menengah ke bawah di sekolah seperti ini. Ekonomi kelas atas dan anak-anak saudagar/Konglomeratlah yang menjadi penghuninya. Para orang tua rela merogoh kocek dalam-dalam dengan mengirimkan anaknya Di Sekolah seperti ini, alasan anak adalah segalanya maka kenyamanan, kualitas pendidikan dan masa depan yang cerah diupayakan semaksimal mungkin. Lalu bagaimana jika keadaan tak sesuai dengan harapan?
Ironi inilah yang tengah melanda Jakarta International School (JIS). Sekolah swasta Internasional ini mendadak mencuri perhatian media Indonesia. Bukan karena prestasi. Sebaliknya, JIS menodai dunia pendidikan dengan perbuatan karyawannya yang melakukan pelecehan seksual terhadap murid TK. Adalah seorang Ibu Siswa (TH) yang cemas akan kelakuan anaknya, murid TK JIS (AK-6 tahun) yang mendadak pendiam, sering buang air kecil, kehilangan berat badan 5kg dalam sepekan hingga hampir tiap malam mengigau saat tidur. Tak bisa mengontrol waktu buang air kecil, AK selalu memaksakan untuk Buang air sebelum sekolah dengan memijat alat kelaminnya. Bahkan Ia juga urung menggunakan Celana saat di rumah. "Sekarang dia kalau di rumah setengah telanjang. Hanya pakai baju saja. Kalaupun mau diajak keluar dia harus dibujuk dulu untuk memakai celana," demikian keterangan TH di merdeka.com. Penasaran, TH juga mengamati badan anaknya yang ternyata ada memar berbentuk bulat diperutnya.
Awalnya, AK tak menceritakan keganjilan tersebut kepada ibunya. Namun setelah dibujuk, anak blasteran Belanda-Surabaya ini akhirnya mengadukan ketakutannya setiap memasuki toilet sekolah. Dan bahkan Ia telah disodomi oleh petugas kebersihan di sekolahnya. Tak menahan rasa pilunya lama-lama, TH segera melaporkan kasus tersebut kepada Polda Metro Jaya. Usut punya usut dua tersangka tersebut adalah pria penjaga toilet (AI dan VA) yang telah mengakui perbuatannya kepada AK. Pelaku mengaku telah menyodomi anak TK tersebut pada 20 Maret 2014. Tak tanggung-tanggung anak malang tersebut digilir oleh dua pria ini. Tragisnya lagi, AK disinyalir tertular penyakit Herpes seperti pengakuan ibunya “Anus anak saya itu setengah sudah membusuk. Dan permasalahannya anak saya juga kena herpes, sedangkan di tubuh Agung dan Awan tidak ditemukan gejala herpes. Berarti ini masih jadi pertanyaan siapa yang menularkan herpes ke anak saya” (merdeka.com). TH meyakini bahwa anaknya telah mengalami pelecehan tersebut beberapa kali dengan pelaku yang berbeda. Mengingat penjaga toilet di Sekolah tersebut juga banyak yang menggunakan jasa Outsorching yang bergantian saat karyawan (AI dan VA) sedang istirahat.
Kasus pelecehan ini mungkin bukan yang pertama terjadi dalam dunia pendidikan Indonesia dan mungkin juga bukan yang terakhir. Tetapi kasus ini jelas menjadi indikasi cacatnya mental dan kejiwaan beberapa masyarakat kita. Orang tua dari murid di JIS tentu saja tak pernah menyangka peristiwa ini. Dengan membayar pendidikan yang mahal, mereka berfikir telahmenjamin keamanan dan kenyamanan anak-anak mereka. Mungkin juga mereka tak akan mengira bahwa sekolah Internasional yang sejak 1951 itu berdiri dengan biaya $30.000 pertahunnya ternyata masih menyimpan karyawan yang ‘sakit jiwa’.
Sekolah sebagai tempat menimba ilmu atau pendidikan memang selalu menyimpan banyak cerita. Terlepas dari tingkat kemahalan biaya pendidikan yang berbeda-beda, namun Sekolah tetaplah sebagai tempat sementara bagi anak-anak untuk belajar. Sekolah tak akan pernah menjadi tempat terbaik seorang anak untuk belajar, berapapun mahalnya. Jangan pernah menyepelekan Rumah, sebagai tempat belajar anak. Inilah sebenarnya tempat terbaik anak untuk belajar apa saja. Hanya disana seorang anak dijamin memperoleh keamanan dan kenyamanan belajar. Demikian halnya dengan uang, komunikasi yang kurang baik antara orang tua (TH) dengan anaknya (AK) tampak jelas dari kasus ini. TH jelas kecolongan memperhatikan anaknya yang sebenarnya telah mengalami hal buruk sejak 20 maret 2014. Namun karena tidak terlalu dekat dan peka, Korban bahkan tak merasa nyaman untuk menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada orang tua. Usia enam tahun rasanya bukan usia dimana anak memiliki privasi dari orang tua. Usia itu adalah saat dimana seorang anak mengandalakan Orang tua dengan mengadukan segala yang dialami tanpa malu. Sayangnya, Orang tua AK tampak gagal membangun hubungan komunikasi yang baik dengan puteranya ini.
Sekali lagi, bagi orang tua dimanapun ini adalah pelajaran berharga yang harus ditanggapi serius. Walaupun Dengan membayar mahal pendidikan seorang anak, edukasi di rumah tetaplah yang terbaik. Dan orang tua yang peka terhadap anak tetaplah menjadi guru terbaik di dunia. Semoga saja kasus ini segera tuntas dan Pelaku ditindak tegas agar tak terjadi lagi kasus serupa. Semoga AK bisa bebas dari trauma dan kembali normal, sehingga Ia menjadi salah satu generasi emas yang kelak dapat mengubah dunia.
Pengakuan AK tentang pelaku:
http://www.merdeka.com/jakarta/pelaku-sodomi-bocah-tk-jis-dengan-memakai-kondom.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H