Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Status Facebook Debat Capres Berujung Pemblokiran!

24 Juni 2014   05:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:24 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="500" caption="Ilustrasi/sojo.net"][/caption] Luar biasa memang persaingan dua kandidat Capres dalam Pemilihan Presiden tahun ini. Kemunculan Prabowo Subianto dan Joko Widodo dalam bursa capres memberikan pengaruh besar bagi masyarakat. Keduanya secara langsung menjadi cikal bakal terbentuknya dua kubu yang saling adu opini dalam mengkampanyekan Capres yang diusung. Rakyat Indonesia juga tak ragu untuk menjadi relawan atau simpatisan keduanya meski tak dibayar sekalipun. Dengan setia, masyarakat mengikuti langkah dan setiap berita yang mengabarkan aktivitas kedua Capres untuk selanjutnya menyebarkannya di media sosial dengan konteks yang berbeda-beda, berisi sanjungan bagi Capres yang diusung dan tentu saja Kritikan atau sentilan bagi Capres lain. Pilpres tahun ini juga menjadi istimewa dimana masyarakat memberikan perhatian besar untuk mengenal tiap kandidat. Tak heran, Debat Capres menjadi Trending Topik dunia di Twitter kemarin. Ini tentu saja hal yang baik, terlepas dari dukungan yang berbeda-beda setidaknya masyarakat kita tidak acuh akan Pesta Politik yang sedang terjadi. Setiap penduduk yang memenuhi syarat tentu saja memiliki hak pilih masing-masing. Dukungan yang berbeda akan Capres pilihan tentu saja hal yang wajar dan merupakan bagian dari demokrasi yang dijalankan. Demikian juga dengan Pilpres, Jokowi dan Prabowo merupakan pilihan yang disediakan Komisi pemilihan Umum (KPU) untuk menjadi kandidat yang akan memimpin bangsa ini lima tahun ke depan. Sebagai masyarakat, kita memiliki hak yang sama untuk mendukung salah satu di antaranya. Dengan harapan, perbedaan pendapat janganlah sampai mengarah pada kekerasan dan perpecahan. Anda Pro Jokowi atau Pro Prabowo, silahkan saja asalkan tetap pro kedamaian dan Kesatuan Indonesia. Namun yang terjadi sekarang tampaknya mulai bertentangan dengan harapan. Sikap Para pendukung Capres ini mulai berkembang dari yang awalnya menyukai, mendukung hingga akhirnya memuja. Beberapa simpatisan kedua Capres mulai buta akan kekurangan Capres yang diusung dan membabi buta menyerang Capres yang tidak di dukung. Inilah yang menjadi masalah. Di media sosial mulai terjadi Perang antara pendukung Capres dan saling menghujat capres lawan. Anehnya, debat ini berakhir dengan pertengkaran individu dan saling menghina antar individu. Sementara itu, Prabowo dan Jokowi tenang dan tak tahu menahu akan hal ini. Sore ini, saya menjumpai kasus yang menyedihkan sekaligus menggelikan yang menunjukkan betapa labilnya mental sebagian masyarakat kita. Berawal dari status seorang teman (sebut saja namanya Ari) di Facebook yang menuliskan opininya sesaat setelah menyaksikan Debat capres III yang disiarkan beberapa televisi nasional Minggu (22/4) malam. Di Kronologinya Ari menuliskan “Prabowo bocor melulu..#debat_capresIII”. Saya juga sempat melihat status tersebut. Seperti yang kita ketahui bersama, dalam debat Capres kemarin Prabowo kembali mengeluarkan kata bocor sama seperti Debat sebelumnya. Di sini saya tidak akan membahas perihal apa yang bocor (Yang pasti ini bukan berkaitan dengan iklan Cat tembok). Awalnya tidak ada yang terlalu menarik terkait status di facebook tersebut, sebelum sore ini Ari menceritakan efek dari statusnya yang ternyata menjadi akar debat kusir bersama temannya di Facebook. Beberapa jam setelah status tersebut diPostingya, ternyata status tersebut ditanggapi serius oleh teman SMA nya yang ternyata sudah memuja Prabowo tingkat tinggi. Ari langsung diserang dengan puluhan isu-isu tak sedap tentang Jokowi dan berlanjut dengan komparasinya dengan keunggulan Prabowo. Ari yang sebenarnya memilih Golput tahun ini (seperti pengakuannya), membalas komentar-komentar tersebut dengan santai. Sayangnya, teman SMA tersebut makin membabi buta dan debat inipun berlanjut hingga puluhan komentar antar keduanya. Namun entah mengapa, tiba-tiba pembicaraan berganti menjadi kata-kata kotor yang menghina Ari. Tak menanggapi, Ari malah menghapus komentar-komentar negative tersebut. Beberapa lama kemudian Ari di blokir dari pertemanannya. Persahabatan sejak masa Sekolah Menengah Atas inipun putus karena Debat Bocor. Kasus tersebut mungkin hanya segelintir contoh yang memang sudah terjadi di lingkungan masyarakat saat ini. Terbaginya dua kubu masyarakat menjelang Pilpres memang tak terelakkan lagi. Sayangnya sifat dukungan ini perlahan berubah menjadi kefanatikan yang berpotensi besar mengakibatkan perpecahan. Ini harus segera disadari masyarakat kita. Kita boleh saja memiliki pilihan yang berbeda-beda, tetapi kita tak boleh terpecah hanya demi mendukung Capres pilihan. Sepert kata Ari, toh tidak dapat efek langsung kan jika Jokowi atau prabowo jadi Presiden? Apa gaji kita langsung naik sesaat ketika Prabowo menjadi Presiden? Atau kita langsung diperebutkan gadis-gadis cantik Jika Jokowi jadi Presiden? Nggak kan? Think smart! Mari mendukung Capres yang kita rasa cocok sesuai hati nurani. Tak ada visi-misi yang salah, semua itu sama saja benarnya. Semua baik-baik dan indah-indah. Intinya pilih saja yang disuka tanpa mengurusi pilihan Orang lain. Berbeda bukan berarti harus bertikai. Silahkan ramai, asalkan damai! Salam damai!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun