Mohon tunggu...
Sahroha Lumbanraja
Sahroha Lumbanraja Mohon Tunggu... Teknisi - Masih percaya dengan Cinta Sejati, Penggemar Marga T..

When You Have nothing good to say, Then Say nothing!!! Email: Sahrohal.raja@ymail.com IG: @Sahroha

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Kian Mempesona dan FPI yang Gagal Move On!

25 September 2014   05:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:37 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok yang makin BERSINAR (Image/kompas.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Ahok yang makin BERSINAR (Image/kompas.com)"][/caption]

Hari ini rabu (24/9) massa FPI melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD DKI Jakarta menolak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta. Menurut ketua FPI Tanah Abang, Suharto,ada tiga dasar yang menjadi alasan penolakan tersebut. Berikut pernyataan Suharto seperti dikutip dari merdeka.com

“Kita tidak asal menentang, kita punya landasan. Pertama agama Ahok yang bukan Islam, kedua perilaku Ahok yang arogan, kasar, dan tidak bermoral, dan ketiga penolakan umat Islam Jakarta terhadap kepemimpinan Ahok," kata Suharto

Sebenarnya bukan hal yang baru berita mengenai protes organisasi Islam ini kepada Ahok. Jauh sebelum Ahok menjabat sebagai Wakil Gubernur mendampingi Jokowi di Pilgub DKI, FPI sudah beberapa kali mengancam akan menjegal Ahok. Sayangnya hingga saat ini Ahok makin berkibar saja dan bahkan citranya semakin kuat di Indonesia. Terlebih setelah Jokowi terpilih menjadi Presiden 2014-2019, maka secara konstitusional Ahoklah yang akan maju menjadi Gubernur.

Tetapi lagi-lagi, Ahok bukanlah pemimpin biasa seperti kebanyakan. Ia tidak memiliki Partai Politik atau tokoh Politik yang bisa dijadikan bekingannya. Ahok tidak suka menjadi ‘penjilat’ kepada tokoh-tokoh besar demi menjaga kelancaran karir politiknya. Ahok membentuk citranya sebagai pemimpin tegas yang memiliki prinsip mengutamakan kepentingan rakyat dan memimpin dengan terbuka serta apa adanya. Tak perlu bermanis-manis, Ahok selalu ingin menunjukkan kepemimpinannya yang sebenarnya. Dan Ahok sukses mempertahankan citranya kala menentang kebijakan Partai Politiknya Gerindera baru-baru ini saat dinilai tak pro rakyat terkait RUU Pilkada, bahkan Ia tak perduli bila pada akhirnya harus dipecat dari Parpol milik Prabowo tersebut. Aksinya menentang kebijakan Parpol itupun bahkan mendapat dukungan deras dari masyarakat. Kini, parpol Gerindra yang ‘patah hati’ ditinggal Ahok berniat menjegalnya dari DKI Jakarta. Belum selesai hiruk-pikuk berbagai sindiran politisi Gerindra kepadanya. Kini Front Pembela Islam turun ke jalan untuk menghentikan langkah Ahok.

Agama yang dijadikan FPI sebagai satu alasan unjuk rasa ini sebenarnya sudah jelas-jelas mengarah ke masalah SARA di negara yang katanya sudah demokratis ini. Apa perlu diakomodir? Anehnya, Beberapa perwakilan mereka justru diterima oleh tiga pimpinan DPRD DKI, yakni Prestyo Edi Marsudi, Mohamad Taufik, dan Abraham Lunggana. Tak heran, tokoh-tokoh ini memang tampaknya memiliki niatan yang sama. Lihat saja pernyataan Wakil Ketua DPRD Haji Lulung Lunggana, yang tampaknya girang mendapat dukungan FPI dan memang sudah sejak lama ingin melengserkan Ahok. Ini jawaban seorang Wakil ketua DPRD yang kegirangan mendukung SARA. Berikut pernyataan seorang HAJI lunglung:

"Ini sudah jelas DPRD tidak sendiri, didukung lapisan masyarakat, nanti lihat siapa saja. Pecat. Bisa dong. Kalau tidak merakyat bagaimana. Katanya bilang bekerja untuk rakyat tapi enggak merakyat," kata politikus PPP ini

Alasan lainnya adalah sorotan FPI yang menyebut Ahok arogan dan kasar. Ini tentu saja jelas-jelas bentuk kalapnya FPI akibat tidak mampu mencari kekurangan Ahok selama masa kepemimpinannya. Sikap Ahok yang terbuka dan tegas menanggapi suatu kasus di media diartikan negative. Tapi untuk yang satu ini tidak perlu dibahas panjang lebar. Rasanya mayoritas rakyat Jakarta sudah muak sama kalimat-kalimat manis pejabat yang kini banyak berakhir di balik jeruji besi KPK. Jadi jelas Ahok jauh lebih baik. Apalagi membahas masalah Moral, apa cukup bermoral FPI ini? Bahkan baru tersiar berita pelecehan wartawati TEMPO oleh simpatisan FPI saat demo tersebut berlangsung. Wartawati yang berinisial P ini mengaku dilecehkan saat meliput aksi demo itu. Baca beritanya di Tempo.co.

[caption id="" align="aligncenter" width="410" caption="Ini Bermoral? (image/tempo.co)"]

Ini Bermoral? (image/tempo.co)
Ini Bermoral? (image/tempo.co)
[/caption]
Ini Bermoral? (image/yahoo.com)
Ini Bermoral? (image/yahoo.com)

Kemudian mengatasnamakan seluruh umat islam Jakarta menolak Ahok. Apa benar? Kalau yang ini mungkin bisa digugat oleh seluruh umat islam di DKI saja. Apalagi berbicara mengenai demo di negeri ini selalu berkaitan dengan pasukan nasi bungkus hingga rombongan Rp. 50.000. Jadi terlalu berani FPI membawa seluruh umat islam Jakarta. Mau tahu bagaimana cara mengenali demonstran bayaran atau tidak? Ini tips dari pak Ahok:

“(Demo) itu ada cara mengetesnya. Kalau disemprot air atau gas air mata dan ditembak, mereka pergi atau enggak? Kalau langsung bubar, ya berarti (dibayar), kayak pas demo di MK kemarin kan gitu. Ha-ha-ha,"(Kompas.com)

Lalu bagaimana tanggapan Ahok terhadap aksi penolakan FPI kepadanya?

Sekali emas tetaplah emas, sikap Ahok memang sikap seorang bintang. Dia bukan pecundang yang langsung gentar. Mantan Bupati Belitung ini justru mengahadapinya biasa saja dan merasa tak perlu untuk mendapatkan pengamanan. Justru Ahok mengaku telah terbiasa dengan penolakan akibat SARA. Berikut pernyataannya di Kompas.com

"Aku sudah kenyang SARA-lah. (FPI) itu kan kelompok kecil di republik ini yang tidak mau terima kenyataan hidup. Ideologi (masyarakat) sekarang, tidak ada guna SARA yang penting (masyarakat) sejahtera," kata Basuki, di Balaikota Jakarta, Rabu (24/9/2014). Bahkan Ahok justru berseloroh dengan menyatakan diri sebagai preman.

“Saya preman pakai seragam. Kalau kamu preman, ya saya preman resminya” lanjutnya.

Ahok bahkan memandang aksi tersebut ada kaitannya dengan politis taktis yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Adanya oknum yang memfasilitasi demo juga tak dipungkirinya. untuk yang satu ini interpretasi public yang mengikuti arus perkembangan politik akhir-akhir ini rasanya sudah langsung tahu apa maksud Ahok.

Inilah sikap seorang Ahok yang selalu berhasil menjadi sorotan public karena senantiasa menjadi korban diskriminasi. Ditentang bukan karena Korupsi atau penyalahgunaan wewenang. Diprotes bukan karena kinerjanya tidak baik. Hendak dilengserkan bukan karena membuat kebijakan miring atau tindak terorisme. Tetapi ingin dijegal karena rekam jejaknya yang bagus dan terobosannya yang ingin mewujudkan demokrasi yang sebenarnya. Sayangnya langkah Ahok memang tak selalu mulus, walau memiliki niatan baik untuk mengutamakan kepentingan rakyat dan mengesampingkan kepentingan antar golongan tetap saja ada beberapa kelompok yang ingin melengserkannya. Munculnya Ahok sebagai pemimpin tegas dan berprinsip kuat memang telah menjadi semacam ‘Unexpected Surprise’ bagi sekelompok orang yang masih menjunjung tinggi diskriminasi dan pencinta kerusuhan. Juga bagi mereka yang belum rindu akan perubahan bangsa menuju arah yang lebih baik. Mereka adalah FPI dan sejenisnya yang benar-benar telah gagal move on dan belum bangun dari tidur panjangnya! Satu yang pasti negara ini adalah negara Hukum, bukan era Homo homini Lupus atau mayoritas-minoritas. God Bless Ahok!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun